Pejabat Kodam Hadiri Tradisi Acara Pukul Sapu Mamala-Morella
http://www.beritamalukuonline.com/2019/06/pejabat-kodam-hadiri-tradisi-acara.html
AMBON - BERITA MALUKU. Sejumlah Pejabat Teras Kodam XVI/Pattimura turut menghadiri acara tradisi baku Pukul Sapu Lidi, yang diselenggarakan oleh Negeri Mamala dan Negeri Morella, yang dipusatkan di dua tempat yaitu di Stadion Mini Hatusela (Halaman Masjid Negeri Mamala) dan Stadion Baku Pukul Sapu Lidi Kapaha (Belakang Masjid Morella), Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, pada Rabu (12/06/2019).
Berdasarkan sejarah, Pukul Sapu adalah salah satu tradisi atau budaya di Negeri Mamala dan Negeri Morella yang hanya diselenggarakan setahun sekali setiap tanggal 7 Syawal dalam penanggalan Islam atau 7 hari setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini bermula ketika peperangan antara VOC melawan Kapitan Tulukabessy untuk mempertahankan Benteng Kapahaha. Dalam peperangan yang dimenangkan oleh VOC, Sang Kapitan berhasil meloloskan diri dari penangkapan. Walau berhasil lolos, banyak sekali pasukan Sang Kapitan yang ditawan untuk dijadikan Sandera VOC.
Demi membebaskan pasukannya, Sang Kapitan rela menyerahkan diri. Setelah menyerahkan diri, VOC menjatuhi hukuman gantung kepada Kapitan Tulukabessy. Untuk memperingati peristiwa tersebut, pasukan Kapitan Tulukabessy yang tersisa mengambil Lidi Enau dan saling mencambuk hingga tubuh mereka mengeluarkan darah. Inilah asal muasal kenapa tradisi Baku Pukul Sapu diselenggarakan yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajahan dan kecintaan terhadap tanah air.
Sebelum dimulai tradisi ini, acara diawali dengan penampilan beberapa artis daerah dengan lagu-lagunya, selain itu acara ini juga menampilkan berbagai tari-tarian seperti Ganding, Gaba-gaba, Bambu gila, pukul sapu lidi dan juga tarian Huul yang berasal dari bumi Sapalewa Seram.
Pada puncak acara yang ditunggu-tunggu, panitia Pukul Sapu Negeri Mamala mempersilahkan istri Gubernur Maluku, Pangdam XVI/Pattimura yang diwakili oleh Asrendam. Kol. Inf. Saripudin, S. Sos., M.Si., dan perwakilan dari Polda Maluku, sedangkan dalam waktu yang sama di Negeri Morella Panitia Pukul Sapu juga mempersilahkan Gubernur Maluku yang diwakili Staf Ahli Gubernur, Danrem 151/Binaiya, Kolonel Inf Hartono yang juga mewakili Pangdam, Aspotmar Danlantamal IX/Ambon mewakili Danlantamal IX Ambon, Wakil Bupati Maluku Tengah dan Kapolres Pulau Ambon dan PPL yang juga mewakili Polda Maluku untuk terlebih dahulu memukul peserta tari pukul Sapu dengan menggunakan Sapu Lidi yang telah disediakan, yang menandakan bahwa kegiatan Tari Pukul Sapu dibuka.
Setelah itu acarapun dilanjutkan dengan warga penari saling memukul satu sama lain di bawah iringan musik tiva. Usai acara Pukul Sapu, para penari kemudian diusap dengan minyak Mamala guna menyembuhkan serta membersih luka-luka bekas pukulan menyapu. (Pendam16)
Berdasarkan sejarah, Pukul Sapu adalah salah satu tradisi atau budaya di Negeri Mamala dan Negeri Morella yang hanya diselenggarakan setahun sekali setiap tanggal 7 Syawal dalam penanggalan Islam atau 7 hari setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini bermula ketika peperangan antara VOC melawan Kapitan Tulukabessy untuk mempertahankan Benteng Kapahaha. Dalam peperangan yang dimenangkan oleh VOC, Sang Kapitan berhasil meloloskan diri dari penangkapan. Walau berhasil lolos, banyak sekali pasukan Sang Kapitan yang ditawan untuk dijadikan Sandera VOC.
Demi membebaskan pasukannya, Sang Kapitan rela menyerahkan diri. Setelah menyerahkan diri, VOC menjatuhi hukuman gantung kepada Kapitan Tulukabessy. Untuk memperingati peristiwa tersebut, pasukan Kapitan Tulukabessy yang tersisa mengambil Lidi Enau dan saling mencambuk hingga tubuh mereka mengeluarkan darah. Inilah asal muasal kenapa tradisi Baku Pukul Sapu diselenggarakan yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajahan dan kecintaan terhadap tanah air.
Sebelum dimulai tradisi ini, acara diawali dengan penampilan beberapa artis daerah dengan lagu-lagunya, selain itu acara ini juga menampilkan berbagai tari-tarian seperti Ganding, Gaba-gaba, Bambu gila, pukul sapu lidi dan juga tarian Huul yang berasal dari bumi Sapalewa Seram.
Pada puncak acara yang ditunggu-tunggu, panitia Pukul Sapu Negeri Mamala mempersilahkan istri Gubernur Maluku, Pangdam XVI/Pattimura yang diwakili oleh Asrendam. Kol. Inf. Saripudin, S. Sos., M.Si., dan perwakilan dari Polda Maluku, sedangkan dalam waktu yang sama di Negeri Morella Panitia Pukul Sapu juga mempersilahkan Gubernur Maluku yang diwakili Staf Ahli Gubernur, Danrem 151/Binaiya, Kolonel Inf Hartono yang juga mewakili Pangdam, Aspotmar Danlantamal IX/Ambon mewakili Danlantamal IX Ambon, Wakil Bupati Maluku Tengah dan Kapolres Pulau Ambon dan PPL yang juga mewakili Polda Maluku untuk terlebih dahulu memukul peserta tari pukul Sapu dengan menggunakan Sapu Lidi yang telah disediakan, yang menandakan bahwa kegiatan Tari Pukul Sapu dibuka.
Setelah itu acarapun dilanjutkan dengan warga penari saling memukul satu sama lain di bawah iringan musik tiva. Usai acara Pukul Sapu, para penari kemudian diusap dengan minyak Mamala guna menyembuhkan serta membersih luka-luka bekas pukulan menyapu. (Pendam16)