BMKG Imbau Nelayan Waspadai Hujan Lebat di Laut Arafura
http://www.beritamalukuonline.com/2018/03/bmkg-imbau-nelayan-waspadai-hujan-lebat.html
BERITA MALUKU. Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai hujan lebat disertai petir di Laut Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru pada beberapa hari ke depan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, Minggu (4/3/2018), mengatakan, kondisi cuaca dipengaruhi awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut yang dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional, mengingat gelombang di Laut Arafura mencapai 1,25 meter," ujarnya.
Apalagi, para nelayan tradisional asal Maluku sering "hanyut" hingga diamankan pihak keamanan Australia.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas George.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, Minggu (4/3/2018), mengatakan, kondisi cuaca dipengaruhi awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut yang dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional, mengingat gelombang di Laut Arafura mencapai 1,25 meter," ujarnya.
Apalagi, para nelayan tradisional asal Maluku sering "hanyut" hingga diamankan pihak keamanan Australia.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," tandas George.