Nahla Siswa SMP Ini Menderita Tumor Ganas, Butuh Biaya Operasi!
http://www.beritamalukuonline.com/2017/03/nahla-siswa-smp-ini-menderita-tumor.html
BERITA MALUKU. Nahla Namma (14) seorang siswa SMP Negeri Sepa, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), saat ini terbaring di rumahnya karena menderita tumor Ganas.
Saat ditemui media ini, di rumahnya, kompleks Tengah, Senin (13/3/2017), Nahla tampak tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terbaring pasrah dikamarnya, karena penyakit ganas itu.
Penyakit Nahla, menurut keterangan orang tuanya, terjadi sejak Agustus 2015 lalu.
"Gejalanya sudah lama terjadi. Ia sering menjerit kesakitan di kaki bahagian kiri, sehingga harus dipijat dulu baru ia legah," tutur orang tua Nahla, Abdul Karim Namma (49).
Namun September Tahun 2015 kata Karim, Nahla Sempat dibawa periksa ke Dokter RSUD Masohi.
"2015 kemarin itu sempat ada periksa di RSUD Masohi. Dan waktu itu, dokter Syarif Malawat menganjurkan untuk dirujuk ke dokter ahli tulang di Ambon," katanya.
Menurut Karim, sebulan kemudian ia mengantar Nahla ke Ambon, bersama istri, Bidara Sopalatu (44), serta ditemani anggota Generasi Sehat Cerdas (GSC), Jasmin Sangaji.
"Dan 1 bulan kemudian, baru kita bawa Nahla ke Ambon, sama-sama dengan GSC untuk periksa di RSUD Haulussy Ambon. Dan ternyata, menurut dokter bahwa Nahla menderita tumor ganas," jelasnya.
Dikatakan, saat itu dokter Ahli Tulang yang menangani adalah dr. Wijaya. Wijaya menganjurkan untuk di amputasi, namun saat itu dokter mengatakan kepada karim, bahwa biaya yang akan dikeluarkan berkisar Rp200 hingga 300 bahkan bisa tembus Rp400 juta.
"Dokter bilang, bahwa harus diamputasi. Sementara katong (kami) tidak punya biaya. Beta (saya) hanya petani biasa, demikian juga istri. Kemudian dokter menyarankan ke Bandung untuk kemoterapi. Saya tanya biaya kemoterapi, kata dokter bisa mencapai Rp200 sampai Rp300 juta. Lalu biaya amputasi, dokter bilang sekitar Rp100 juta," tutur Karim.
Setelah mendapat penjelasan dokter, saat itu Karim kembali ke rumah guna musyawarah dengan keluarga. Dan menurut Karim, keluarga juga tidak punya uang.
"Saya pulang untuk konsultasi dengan keluarga, keluarga juga tidak punya uang sampai setingkat itu. Akhirnya anak saya sampai saat ini hanya terbaring di rumah saja," katanya.
BERHARAP KE PEMERINTAH DAN DERMAWAN
Karena tidak punya biaya sebesar itu, Karim dan dan Bidara pun pasrah. Mereka hanya bisa berhap ke pemerintah maupun para dermawan untuk membantu biaya operasi.
"Saya harap kiranya ada bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat untuk bantu biaya operasi, karena anak kami ini seorang siswi yang ingin cepat sembuh dari penyaktinya sehingga dapat melanjutkan pendidikan yang layak sama seperti teman-temannya, dengan cita-citanya lebih tinggi," kata Karim dengan penuh harap.
Ia juga membuka diri untuk siapa saja, terutama kepada para dermawan yang mau membantu biaya operasi anak mereka.
"Beta berharap juga kepada para donatur agar bisa mau membantu untuk meringankan beban kami ini," tambahnya.
Sementara Nahla dalam curhatanya, berharap agar pemerintah dapat membantu dirinya agar bisa cepat sembuh dari penyakit sehingga keinginannya bisa sekolah lagi.
"Harapan sih, mudah-mudahan ada bantuan pemerintah, supaya beta (saya) cepat sembuh dari penyakit dan bisa belajar lagi," harap Nahla yang tampak meneteskan air matanya.
Meski terbaring kesakitan, Nahla tampak setia dengan buku pelajarannya.
"Iya, saya selalu belajar. Saya ingin cepat sembuh dan bisa sekolah lagi. Cita-cita saya ingin jadi guru," katanya.
Nahla dimata guru dan wali kelasnya, dikenal sebagai orang yang sangat rajin dan hampir tidak pernah absen dari sekolah. Nahlan juga merupakan salah satu siswa cerdas di kelasnya.
"Ia sangat rajin masuk sekolah. Saya mengenalnya. Dia orang yang pintar diantar teman-temannya. Kemauan menjadi orang pintar, karena itu ia selalu membaca buku," tutur Abdullah Tihurua, Wali Kelas Nahla Namma, pada MTs Muhammadiah Sepa.
Kata Abdullah, Nahla pernah menyuruh orang tuannya agar mengantarnya ke sekolah, meski dalam keadaan yang parah.
"Orang tuanya pernah bilang ke saya, Nahla ini pengen ke sekolah, meski dia dalam kondisi sakit parah. Kami pun menyarankan agar Nahla tetap di rumah saja. Dan sampai sekarang ini, Nahla masih terdaftar sebagai siwa aktif dan sebentar lagi akan menempuh ujian. Ia juga akan ikut ujian Sekolah, meski nanti di rumah," terang Tihurua.
Saat ditemui media ini, di rumahnya, kompleks Tengah, Senin (13/3/2017), Nahla tampak tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terbaring pasrah dikamarnya, karena penyakit ganas itu.
Penyakit Nahla, menurut keterangan orang tuanya, terjadi sejak Agustus 2015 lalu.
"Gejalanya sudah lama terjadi. Ia sering menjerit kesakitan di kaki bahagian kiri, sehingga harus dipijat dulu baru ia legah," tutur orang tua Nahla, Abdul Karim Namma (49).
Namun September Tahun 2015 kata Karim, Nahla Sempat dibawa periksa ke Dokter RSUD Masohi.
"2015 kemarin itu sempat ada periksa di RSUD Masohi. Dan waktu itu, dokter Syarif Malawat menganjurkan untuk dirujuk ke dokter ahli tulang di Ambon," katanya.
Menurut Karim, sebulan kemudian ia mengantar Nahla ke Ambon, bersama istri, Bidara Sopalatu (44), serta ditemani anggota Generasi Sehat Cerdas (GSC), Jasmin Sangaji.
"Dan 1 bulan kemudian, baru kita bawa Nahla ke Ambon, sama-sama dengan GSC untuk periksa di RSUD Haulussy Ambon. Dan ternyata, menurut dokter bahwa Nahla menderita tumor ganas," jelasnya.
Dikatakan, saat itu dokter Ahli Tulang yang menangani adalah dr. Wijaya. Wijaya menganjurkan untuk di amputasi, namun saat itu dokter mengatakan kepada karim, bahwa biaya yang akan dikeluarkan berkisar Rp200 hingga 300 bahkan bisa tembus Rp400 juta.
"Dokter bilang, bahwa harus diamputasi. Sementara katong (kami) tidak punya biaya. Beta (saya) hanya petani biasa, demikian juga istri. Kemudian dokter menyarankan ke Bandung untuk kemoterapi. Saya tanya biaya kemoterapi, kata dokter bisa mencapai Rp200 sampai Rp300 juta. Lalu biaya amputasi, dokter bilang sekitar Rp100 juta," tutur Karim.
Setelah mendapat penjelasan dokter, saat itu Karim kembali ke rumah guna musyawarah dengan keluarga. Dan menurut Karim, keluarga juga tidak punya uang.
"Saya pulang untuk konsultasi dengan keluarga, keluarga juga tidak punya uang sampai setingkat itu. Akhirnya anak saya sampai saat ini hanya terbaring di rumah saja," katanya.
BERHARAP KE PEMERINTAH DAN DERMAWAN
Karena tidak punya biaya sebesar itu, Karim dan dan Bidara pun pasrah. Mereka hanya bisa berhap ke pemerintah maupun para dermawan untuk membantu biaya operasi.
"Saya harap kiranya ada bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat untuk bantu biaya operasi, karena anak kami ini seorang siswi yang ingin cepat sembuh dari penyaktinya sehingga dapat melanjutkan pendidikan yang layak sama seperti teman-temannya, dengan cita-citanya lebih tinggi," kata Karim dengan penuh harap.
Ia juga membuka diri untuk siapa saja, terutama kepada para dermawan yang mau membantu biaya operasi anak mereka.
"Beta berharap juga kepada para donatur agar bisa mau membantu untuk meringankan beban kami ini," tambahnya.
Sementara Nahla dalam curhatanya, berharap agar pemerintah dapat membantu dirinya agar bisa cepat sembuh dari penyakit sehingga keinginannya bisa sekolah lagi.
"Harapan sih, mudah-mudahan ada bantuan pemerintah, supaya beta (saya) cepat sembuh dari penyakit dan bisa belajar lagi," harap Nahla yang tampak meneteskan air matanya.
Meski terbaring kesakitan, Nahla tampak setia dengan buku pelajarannya.
"Iya, saya selalu belajar. Saya ingin cepat sembuh dan bisa sekolah lagi. Cita-cita saya ingin jadi guru," katanya.
Nahla dimata guru dan wali kelasnya, dikenal sebagai orang yang sangat rajin dan hampir tidak pernah absen dari sekolah. Nahlan juga merupakan salah satu siswa cerdas di kelasnya.
"Ia sangat rajin masuk sekolah. Saya mengenalnya. Dia orang yang pintar diantar teman-temannya. Kemauan menjadi orang pintar, karena itu ia selalu membaca buku," tutur Abdullah Tihurua, Wali Kelas Nahla Namma, pada MTs Muhammadiah Sepa.
Kata Abdullah, Nahla pernah menyuruh orang tuannya agar mengantarnya ke sekolah, meski dalam keadaan yang parah.
"Orang tuanya pernah bilang ke saya, Nahla ini pengen ke sekolah, meski dia dalam kondisi sakit parah. Kami pun menyarankan agar Nahla tetap di rumah saja. Dan sampai sekarang ini, Nahla masih terdaftar sebagai siwa aktif dan sebentar lagi akan menempuh ujian. Ia juga akan ikut ujian Sekolah, meski nanti di rumah," terang Tihurua.