BMKG Ternate Imbau Masyarakat Siaga Hadapi Gempa
http://www.beritamalukuonline.com/2017/01/bmkg-ternate-imbau-masyarakat-siaga.html
BERITA MALUKU. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate mengimbau masyarakat di Ternate dan kabupaten/kota lainnya di wilayah Maluku Utara (Malut) selalu siaga menghadapi gempa bumi.
"Wilayah Malut berada di jalur tiga lempeng aktif yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Filipina, sehingga rawan mengalami gempa bumi," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Ternate Astoro Hariatmoko di Ternate, Rabu (18/1/2017).
Selama Januari 2017 misalnya, sudah terjadi puluhan kali gempa bumi di Malut dengan kekuatan sampai 3,0-5,1 SR namun tidak sampai menimbulkan kerusakan fisik, bahkan sebagian dari gempa itu tidak dirasakan masyarakat dan hanya tercatat di peralatan BMKG.
Menurut dia, kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi itu dapat dilakukan di antaranya dengan cara melakukan tindakan yang tepat saat terjadi gempa bumi, terutama yang getarannya cukup kuat yakni dengan segera keluar rumah dan menjauhi gedung tinggi.
Khusus bagi masyarakat yang berada di pinggir pantai jika terjadi gempa bumi dengan getaran tinggi harus segera menjauh dari pantai, karena tidak tertutup kemungkinan gempa bumi itu akan menimbulkan gelombang pasang atau tsunami.
"BMKG akan selalu memberikan informasi kepada masyarakat setiap terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, untuk itu jika ada terjadi gempa dan tidak ada peringatan tsunami dari BMKG maka masyarakat tidak perlu mempercayai adanya isu dari pihak tertentu mengenai akan terjadinya tsunami," katanya.
BMKG bekerja sama dengan berbagai instansi terkait lainnya seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI) secara periodik melakukan sosialisasi kepada masyarakat, seperti di sekolah-sekolah mengenai mitigasi bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami.
Sementara itu data dari BPBD Malut menyebutkan di wilayah Malut sudah beberapa kali gempa bumi berkekuatan di atas 5,0 SR yang mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup besar, di antaranya yang terjadi di Kabupaten Halmahera Barat pada 2015 yang mengakibatkan lebih 500 unit rumah warga mengalami rusak berat dan ringan.
"Wilayah Malut berada di jalur tiga lempeng aktif yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Filipina, sehingga rawan mengalami gempa bumi," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Ternate Astoro Hariatmoko di Ternate, Rabu (18/1/2017).
Selama Januari 2017 misalnya, sudah terjadi puluhan kali gempa bumi di Malut dengan kekuatan sampai 3,0-5,1 SR namun tidak sampai menimbulkan kerusakan fisik, bahkan sebagian dari gempa itu tidak dirasakan masyarakat dan hanya tercatat di peralatan BMKG.
Menurut dia, kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempa bumi itu dapat dilakukan di antaranya dengan cara melakukan tindakan yang tepat saat terjadi gempa bumi, terutama yang getarannya cukup kuat yakni dengan segera keluar rumah dan menjauhi gedung tinggi.
Khusus bagi masyarakat yang berada di pinggir pantai jika terjadi gempa bumi dengan getaran tinggi harus segera menjauh dari pantai, karena tidak tertutup kemungkinan gempa bumi itu akan menimbulkan gelombang pasang atau tsunami.
"BMKG akan selalu memberikan informasi kepada masyarakat setiap terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, untuk itu jika ada terjadi gempa dan tidak ada peringatan tsunami dari BMKG maka masyarakat tidak perlu mempercayai adanya isu dari pihak tertentu mengenai akan terjadinya tsunami," katanya.
BMKG bekerja sama dengan berbagai instansi terkait lainnya seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI) secara periodik melakukan sosialisasi kepada masyarakat, seperti di sekolah-sekolah mengenai mitigasi bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami.
Sementara itu data dari BPBD Malut menyebutkan di wilayah Malut sudah beberapa kali gempa bumi berkekuatan di atas 5,0 SR yang mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup besar, di antaranya yang terjadi di Kabupaten Halmahera Barat pada 2015 yang mengakibatkan lebih 500 unit rumah warga mengalami rusak berat dan ringan.