Investor India Berminat Bangun Pabrik Gula di Saumlaki
http://www.beritamalukuonline.com/2016/09/investor-india-berminat-bangun-pabrik.html
BERITA MALUKU. Gubernur Maluku, Said Assagaff, mengapresiasi minat investor asal India, Madhucon Sugar and Power Industries Ltd, membangun pabrik gula di Saumlaki, ibu kota kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).
"Saya siap memfasilitasi, baik lahan hingga proses perizinan karena kehadiran pabrik gula itu strategis bagi pembangunan dan kesejahteraan Maluku," katanya, dikonfirmasi, Senin (19/9/2016).
Karena itu, berdasarkan koordinasi dengan BupatiMTB, Bitzael Temmar telah disiapkan lahan sesuai kebutuhan investor yakni 30.000 hektare.
Lahan itu merupakan hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK) seluas 20.000 Ha dan lahan areal penggunaan lain (APL) atau milik masyarakat.
"Jadi nanti lahan intinya 20.000 hektare dan plasmanya 10.000 hektare," ujar gubernur.
Dia mengakui, berdasarkan penelitian para ahli dari Kementerian Pertanian ternyata MTB maupun Kepulauan Aru idial dikembangkan perkebunan tebu skala besar.
Kepulauan Aru telah ada izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan survei.
"Jadi tinggal peluang pengembangan perkebunan tebu di MTB yang ternyata strategis bila dikembangkan dalam skala besar karena ditunjang fasilitas jalan trans Yamdena dan rencana membangun jembatan Wai Arafura ke pulau Larat pada 2016," ujar Gubernur.
Dia merujuk dalam perjalanan dari Saumlaki ke Siwahan, daerah ujung pulau Yamdena untuk menyeberang ke pulau Larat sepanjang 154 KM pada 26 Desember 2015 ternyata lahan di kiri maupun kanan infrastruktur darat tersebut masih belum dimanfaatkan sehingga terbuka peluang mengembangkan perkebunan tebu.
Bila perkebunan tebu dikembangkan, maka terbuka peluang penyerapan tenaga kerja (Naker) sebanyak puluhan ribu orang sehingga mengatasi pengangguran, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya turut menurunkan angka kemiskinan.
Dia mengakui, pengoperasian perkebunan tebu juga mendorong pengembangan ternak dalam skala besar untuk mengatasi impor daging serta pabrik gula.
"Maluku khan termasuk salah satu dari 10 Provinsi yang menjadi target perluasan areal perkebunan tebu di Tanah Air oleh Kementerian Pertanian pada 2016," tandas Gubernur.
Sebelumnya, Direktur Utama Madhucon Sugar and Power Industries Ltd, Krishnaiah, mengemukakan, bakal berinvestasi US$150 juta di Provinsi Maluku.
Perusahaan berencana membuka pabrik gula, etanol, dan membangun power plant 25 megawatt (MW) di Saumlaki, kabupaten MTB.
Investasi untuk membangun pabrik gula tidak lepas dari upaya pemerintah yang telah menetapkan beberapa daerah sebagai lokasi potensial untuk pabrik gula.
Krishnaiah mengakui perusahaannya telah memiliki pengalaman panjang dalam memproduksi gula dan etanol, yang terintegrasi dengan pembangkit listrik .
Di Saumlaki, perseroan berencana membangun pabrik dalam dua fase, masing-masing pabrik lengkap dengan pembangkit listrik sebesar 25 MW.
Menurutnya, realisasi investasi dapat segera dilakukan setelah mengantongi izin prinsip dan perizinan lainnya. Selaku investor, Madhucon berharap kinerja perizinan satu pintu lebih optimal untuk memudahkan semua proses perizinan baik di tingkat daerah ataupun pusat.
Krishnaiah mengemukakan, proses pembangunan pabrik mulai dari persiapan lahan untuk tanaman tebu, membangun pabrik, hingga mulai beroperasi direncanakan selama 36 bulan. Setelah beroperasi, gula akan dipasarkan di daerah Maluku, Sulawesi Utara,dan Papua, sedangkan listrik dijual kepada PT. PLN.
"Kami mengharapkan bisa menjual ke PT. PLN karena konsumsi untuk pabrik hanya sekitar 5 MW," tegasnya.
"Saya siap memfasilitasi, baik lahan hingga proses perizinan karena kehadiran pabrik gula itu strategis bagi pembangunan dan kesejahteraan Maluku," katanya, dikonfirmasi, Senin (19/9/2016).
Karena itu, berdasarkan koordinasi dengan BupatiMTB, Bitzael Temmar telah disiapkan lahan sesuai kebutuhan investor yakni 30.000 hektare.
Lahan itu merupakan hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK) seluas 20.000 Ha dan lahan areal penggunaan lain (APL) atau milik masyarakat.
"Jadi nanti lahan intinya 20.000 hektare dan plasmanya 10.000 hektare," ujar gubernur.
Dia mengakui, berdasarkan penelitian para ahli dari Kementerian Pertanian ternyata MTB maupun Kepulauan Aru idial dikembangkan perkebunan tebu skala besar.
Kepulauan Aru telah ada izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan survei.
"Jadi tinggal peluang pengembangan perkebunan tebu di MTB yang ternyata strategis bila dikembangkan dalam skala besar karena ditunjang fasilitas jalan trans Yamdena dan rencana membangun jembatan Wai Arafura ke pulau Larat pada 2016," ujar Gubernur.
Dia merujuk dalam perjalanan dari Saumlaki ke Siwahan, daerah ujung pulau Yamdena untuk menyeberang ke pulau Larat sepanjang 154 KM pada 26 Desember 2015 ternyata lahan di kiri maupun kanan infrastruktur darat tersebut masih belum dimanfaatkan sehingga terbuka peluang mengembangkan perkebunan tebu.
Bila perkebunan tebu dikembangkan, maka terbuka peluang penyerapan tenaga kerja (Naker) sebanyak puluhan ribu orang sehingga mengatasi pengangguran, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya turut menurunkan angka kemiskinan.
Dia mengakui, pengoperasian perkebunan tebu juga mendorong pengembangan ternak dalam skala besar untuk mengatasi impor daging serta pabrik gula.
"Maluku khan termasuk salah satu dari 10 Provinsi yang menjadi target perluasan areal perkebunan tebu di Tanah Air oleh Kementerian Pertanian pada 2016," tandas Gubernur.
Sebelumnya, Direktur Utama Madhucon Sugar and Power Industries Ltd, Krishnaiah, mengemukakan, bakal berinvestasi US$150 juta di Provinsi Maluku.
Perusahaan berencana membuka pabrik gula, etanol, dan membangun power plant 25 megawatt (MW) di Saumlaki, kabupaten MTB.
Investasi untuk membangun pabrik gula tidak lepas dari upaya pemerintah yang telah menetapkan beberapa daerah sebagai lokasi potensial untuk pabrik gula.
Krishnaiah mengakui perusahaannya telah memiliki pengalaman panjang dalam memproduksi gula dan etanol, yang terintegrasi dengan pembangkit listrik .
Di Saumlaki, perseroan berencana membangun pabrik dalam dua fase, masing-masing pabrik lengkap dengan pembangkit listrik sebesar 25 MW.
Menurutnya, realisasi investasi dapat segera dilakukan setelah mengantongi izin prinsip dan perizinan lainnya. Selaku investor, Madhucon berharap kinerja perizinan satu pintu lebih optimal untuk memudahkan semua proses perizinan baik di tingkat daerah ataupun pusat.
Krishnaiah mengemukakan, proses pembangunan pabrik mulai dari persiapan lahan untuk tanaman tebu, membangun pabrik, hingga mulai beroperasi direncanakan selama 36 bulan. Setelah beroperasi, gula akan dipasarkan di daerah Maluku, Sulawesi Utara,dan Papua, sedangkan listrik dijual kepada PT. PLN.
"Kami mengharapkan bisa menjual ke PT. PLN karena konsumsi untuk pabrik hanya sekitar 5 MW," tegasnya.