Faktor Malas Akibatkan UKG di Maluku Rendah
http://www.beritamalukuonline.com/2016/03/faktor-malas-akibatkan-ukg-di-maluku.html
BERITA MALUKU. Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Politik (FKIP) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Fredy Leiwakabessy mengatakan faktor malas mengakibatkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di Maluku selama ini sangat rendah.
"Protofolio tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak ada, jadi selama ini dilakukan pelatihan untuk apa? Akhirnya saya berasumsi bahwa tidak salah guru-guru kita itu kompetensinya rendah (UKG) karena faktor malas," katanya di Ambon, Rabu (2/3/2016).
Fredy menyatakan hal itu saat memberikan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan keprofesian berkelanjutan PTK dalam program kerja sama Unpatti Ambon dengan Sekolah Usaha Menengah Perikanan (SUPM) Waiheru-Ambon yang berlangsung selama tiga hari.
Menurut dia, bimtek seperti ini sudah diberikan kepada para guru dari tingkat sekolah dasar hingga para dosen di berbagai kabupaten dan kota Provinsi Maluku maupun Provinsi Maluku Utara.
"Untuk memperbaiki proses kerja, mereka tidak bisa atau tidak mau karena persoalannya adalah jadwal yang tidak ketat," ujarnya.
Fredy juga mengaku telah memberikan bimtek kepada semua guru SMK di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan nantinya akan kembali untuk melakukan penilaian, termasuk rencana rencana diadakan lomba PTK.
Dinas Pendidikan kabupaten maupun kelompok kerja kepala sekolah (K3S), kata dia, telah diminta menyiapkan rangsangan berupa hadiah khusus sebagai motivasi bagi para guru yang nantinya keluar sebagai pemenang dalam lomba PTK pada Juli 2016 mendatang.
"Dalam membuat PTK minimal dua siklus dan tahapnya harus sama, pertama perencanaan yang baik seperti membuat LPP model baru, menentukan materi, serta menyiapkan lembar observasi kepada guru dan siswa," jelas Fredy.
Waktu siswa kerja di kelompok harus diamati, dan yang dinilai adalah keaktifan dalam kelompok, persentasi, serta cara menjawab siswa. Setelah itu, baru dibuat lembaran observasi untuk guru, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Ditambahkan, guru profesional punya kemampuan merencanakan dan melaksanakan program, kemudian harus melakukan refleksi terhadap praktek pembelajaran yang telah dilakukan, apakah memang semuanya baik atau tidak.
Disebut kompetensi pengembangan profesi, maka guru harus melakukan penelitian sederhana dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga PTK itu bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Yang perlu kita lihat dalam penelitian tindakan kelas yang pertama adalah masalah di dalam kelas. Prestasi dan hasil belajar siswa rendah perlu dievaluasi," katanya.
"Protofolio tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak ada, jadi selama ini dilakukan pelatihan untuk apa? Akhirnya saya berasumsi bahwa tidak salah guru-guru kita itu kompetensinya rendah (UKG) karena faktor malas," katanya di Ambon, Rabu (2/3/2016).
Fredy menyatakan hal itu saat memberikan bimbingan teknis (bimtek) pengembangan keprofesian berkelanjutan PTK dalam program kerja sama Unpatti Ambon dengan Sekolah Usaha Menengah Perikanan (SUPM) Waiheru-Ambon yang berlangsung selama tiga hari.
Menurut dia, bimtek seperti ini sudah diberikan kepada para guru dari tingkat sekolah dasar hingga para dosen di berbagai kabupaten dan kota Provinsi Maluku maupun Provinsi Maluku Utara.
"Untuk memperbaiki proses kerja, mereka tidak bisa atau tidak mau karena persoalannya adalah jadwal yang tidak ketat," ujarnya.
Fredy juga mengaku telah memberikan bimtek kepada semua guru SMK di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan nantinya akan kembali untuk melakukan penilaian, termasuk rencana rencana diadakan lomba PTK.
Dinas Pendidikan kabupaten maupun kelompok kerja kepala sekolah (K3S), kata dia, telah diminta menyiapkan rangsangan berupa hadiah khusus sebagai motivasi bagi para guru yang nantinya keluar sebagai pemenang dalam lomba PTK pada Juli 2016 mendatang.
"Dalam membuat PTK minimal dua siklus dan tahapnya harus sama, pertama perencanaan yang baik seperti membuat LPP model baru, menentukan materi, serta menyiapkan lembar observasi kepada guru dan siswa," jelas Fredy.
Waktu siswa kerja di kelompok harus diamati, dan yang dinilai adalah keaktifan dalam kelompok, persentasi, serta cara menjawab siswa. Setelah itu, baru dibuat lembaran observasi untuk guru, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Ditambahkan, guru profesional punya kemampuan merencanakan dan melaksanakan program, kemudian harus melakukan refleksi terhadap praktek pembelajaran yang telah dilakukan, apakah memang semuanya baik atau tidak.
Disebut kompetensi pengembangan profesi, maka guru harus melakukan penelitian sederhana dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga PTK itu bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
"Yang perlu kita lihat dalam penelitian tindakan kelas yang pertama adalah masalah di dalam kelas. Prestasi dan hasil belajar siswa rendah perlu dievaluasi," katanya.