Mantan Ketua Sinode GPM Titip Catatan Kepada Pengurus MPH Baru
http://www.beritamalukuonline.com/2016/02/mantan-ketua-sinode-gpm-titip-catatan.html
BERITA MALUKU. Mantan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) yang sekarang ini menjabat sebagai Majelis Pertimbangan (MP) Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM masa bakti 2015-2020, Pdt. Dr. CHR. Ruhulessin, MSi, menitipkan lima catatan kecil kepada pengurus Majelis Pekerja Harian (MPH) baru masa bakti 2015-2020 yang diketuai Pdt. Drs. A. J. S Werinussa.
Berikut ini 5 point yang menjadi catatan Ruhulessin kepada Pengurus MPH baru;
Pertama teruslah merawat kebersamaan dan solidaritas. Dirinya percaya, dalam semangat, kebersamaan dan solidaritas gereja semakin bertumbuh dan berbuah kedepan.
Kedua, bina relasi dan komunikasi dengan pemerintah dan stakeholder, serta kerjasama antar agama-agama yang telah terbina ini terus dirawat dan ditingkatkan. Dimana kita mempunyai sejarah bersama yang menegaskan satu hal bahwa agama-agama harus solid, harus saling bekerjasama mengatasi berbagai problema kemanusiaan dan ekologi saat ini. Untuk hal ini, GPM sudah teruji sebagai pionir. Olehnya itu, jangan sampai terabaikan dalam derap pelayanan ke depan.
Ketiga, penguatan jemaat-jemaatn sebagai basis. Dimana kekuatan gereja ada pada jemaat-jemaat, itu bukan saja menyangkut keuangan tetapi juga sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Jemaat-jemaat mesti digerakan untuk mengembangkan segenap potensinya, apalagi dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana hal tersebut sudah diantisipasi dalam arahan sub tema GPM 2016. Semoga benar-benar ditopang dengan niat dan program-program yanh terukur. Jemaat jugaharus menjadi basis teologi. Untuk itu MHP Sinode dapat menciptakan iklim yang membuat teologi itu mekar dan terus bertumbuh.
Keempat, penataan asset Gereja dan keuangan. Kita semua percaya bahwa gereja ini hidup atas kasih karunia Tuhan. Tapi itu tidak menafikan keseriusan dan kesungguhan kita menata asset-aset gereja dam keuangan gereja secara baik dan tantangan perekonomian tak terelakan. Sehingga GPM harus berpikir global dalam soal finansial.
Olehnya itu, pengaturan dana cadangan, pembenahan system dana pensiun serta peraturan khusus tentang aset-aset GPM perlu dipikirkan secara matang dan komprehensif.
Selain itu, para pelayan mesti terbuka dan jujur dalam menata dana 30:70 sebab hal tersebut mempunyai implikasi jangka panjang.
“Saya yakin Tuhan sumber berkat tidak akan meninggalkan gereja di bidang keuangan, tapi Tuham juga akan goyang kepala jika kita tidak bisa menata berkat-berkat itu secara tepat dan benar,” ucapnya.
Kelima, ketelibatan gereja di ruang publik. Artinya GPM memiliki peran dan kontribusi signifikan dalam diskursus public di Maluku.
Olehnya selaku lembaga GPM perlu hadir dan terlibat aktif dalam berbagai agenda publik, termasuk dalam soal-soal politik ekonom. Dimana gereja tidak bisa diam dan menarik diri.
Cara yang idela saat ini adalah gereja terus berdialog dan memainkan peran kritis profetik sambil rendah hati untuk saling belajar
“Saya melihat bahwa lembaga-lembaga di luar Gereja terus berbenah, menata manajemen dan system, meningkatkan kualitas dan kinerja. Olehnya jangan kita selalu berasumsi bahwa hanya Gereja saja yang paling baik. Memang ini perlu dan harus, tetapi itu jangan sampai membuat gereja terlena dan lupa membarui diri terus menerus,” ujarnya.
Dirinya percaya keterlibatan gereja di ruang publik sebagai garam dan terang dunia merupakan imperatif etis dan eklesiologis GPM yang relevan.
Berikut ini 5 point yang menjadi catatan Ruhulessin kepada Pengurus MPH baru;
Pertama teruslah merawat kebersamaan dan solidaritas. Dirinya percaya, dalam semangat, kebersamaan dan solidaritas gereja semakin bertumbuh dan berbuah kedepan.
Kedua, bina relasi dan komunikasi dengan pemerintah dan stakeholder, serta kerjasama antar agama-agama yang telah terbina ini terus dirawat dan ditingkatkan. Dimana kita mempunyai sejarah bersama yang menegaskan satu hal bahwa agama-agama harus solid, harus saling bekerjasama mengatasi berbagai problema kemanusiaan dan ekologi saat ini. Untuk hal ini, GPM sudah teruji sebagai pionir. Olehnya itu, jangan sampai terabaikan dalam derap pelayanan ke depan.
Ketiga, penguatan jemaat-jemaatn sebagai basis. Dimana kekuatan gereja ada pada jemaat-jemaat, itu bukan saja menyangkut keuangan tetapi juga sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Jemaat-jemaat mesti digerakan untuk mengembangkan segenap potensinya, apalagi dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana hal tersebut sudah diantisipasi dalam arahan sub tema GPM 2016. Semoga benar-benar ditopang dengan niat dan program-program yanh terukur. Jemaat jugaharus menjadi basis teologi. Untuk itu MHP Sinode dapat menciptakan iklim yang membuat teologi itu mekar dan terus bertumbuh.
Keempat, penataan asset Gereja dan keuangan. Kita semua percaya bahwa gereja ini hidup atas kasih karunia Tuhan. Tapi itu tidak menafikan keseriusan dan kesungguhan kita menata asset-aset gereja dam keuangan gereja secara baik dan tantangan perekonomian tak terelakan. Sehingga GPM harus berpikir global dalam soal finansial.
Olehnya itu, pengaturan dana cadangan, pembenahan system dana pensiun serta peraturan khusus tentang aset-aset GPM perlu dipikirkan secara matang dan komprehensif.
Selain itu, para pelayan mesti terbuka dan jujur dalam menata dana 30:70 sebab hal tersebut mempunyai implikasi jangka panjang.
“Saya yakin Tuhan sumber berkat tidak akan meninggalkan gereja di bidang keuangan, tapi Tuham juga akan goyang kepala jika kita tidak bisa menata berkat-berkat itu secara tepat dan benar,” ucapnya.
Kelima, ketelibatan gereja di ruang publik. Artinya GPM memiliki peran dan kontribusi signifikan dalam diskursus public di Maluku.
Olehnya selaku lembaga GPM perlu hadir dan terlibat aktif dalam berbagai agenda publik, termasuk dalam soal-soal politik ekonom. Dimana gereja tidak bisa diam dan menarik diri.
Cara yang idela saat ini adalah gereja terus berdialog dan memainkan peran kritis profetik sambil rendah hati untuk saling belajar
“Saya melihat bahwa lembaga-lembaga di luar Gereja terus berbenah, menata manajemen dan system, meningkatkan kualitas dan kinerja. Olehnya jangan kita selalu berasumsi bahwa hanya Gereja saja yang paling baik. Memang ini perlu dan harus, tetapi itu jangan sampai membuat gereja terlena dan lupa membarui diri terus menerus,” ujarnya.
Dirinya percaya keterlibatan gereja di ruang publik sebagai garam dan terang dunia merupakan imperatif etis dan eklesiologis GPM yang relevan.