Ini Dampak Gerhana Matahari Total di Maluku Utara
http://www.beritamalukuonline.com/2016/02/ini-dampak-gerhana-matahari-total-di.html
BERITA MALUKU. Maluku Utara tampaknya akan beruntung mengalami gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 karena fenomena alam langka itu membawa dampak positif bagi daerah ini, khususnya di sektor pariwisata.
Dampak positif yang akan dirasakan Malut di sektor pariwisata dari fenomena alam yang disebabkan posisi matahari, bulan, dan bumi berada dalam garis lurus itu di antaranya banyak wisatawan baik domestik maupun mancanengara akan berkunjung ke daerah ini untuk menyaksikannya.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Malut Anwar Husen, Sabtu (20/2/2016) saat ini sudah ada 2.000 lebih wisman yang mengonfirmasikan kedatangannya ke Malut untuk menyaksikan GMT pada 9 Maret.
Para wisman tersebut lebih memilih menyaksikan GMT di Malut karena di daerah ini mengalami GMT lebih lama yakni sekitar 3 menit 17 detik jika dibandingkan dengan 12 provins lain di Indonesia yang juga akan mengalami GMT yakni kurang dari 3 menit.
Selain itu, sesuai prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) cuaca di wilayah Malut pada 9 Maret lebih cerah, sehingga memungkinkan bagi para wisman untuk menyaksikan fenomena alam langkah itu secara baik.
"Banyaknya wisman yang datang menyaksikan GMT di Malut tersebut akan menjadi sarana promosi pariwisata Malut yang cukup efektif. Mereka saat kembali ke negeranya pasti akan menceritakan semua yang dilihatnya di Malut kepada keluarga atau teman," kata Anwar Husen.
GMT yang akan terjadi di Malut pada 9 Maret 2016 juga menjadi berkah bagi para pengusaha hotel di daerah ini, karena dengan banyaknya wisatawan yang datang otomatis hotel akan kebanjiran tamu.
Bahkan sesuai laporan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Malut, khusus untuk di Kota Ternate dari seluruh hotel, penginapan dan losmen yang ada semua kamarnya telah dipesan para wisman, begitu pula di dua daerah lainnya di Malut yang akan mengalami GMT yakni Kota Tidore Kepualan dan Maba, Halmahera Timur.
Menurut Ketua PHRI Malut Cristhoper Herlim, untuk mengatasi banyaknya pesanan kamar dari wisman yang tidak bisa ditampung di hotel, penginapan dan losmen maka PHRI bersama pemerintah setempat telah mendorong pemanfaatan rumah warga yang layak sebagai akomodasi bagi wisman.
Usaha ekonomi kreatif di Malut juga akan menikmati manfaat dari peristiwa alam yang akan terulang di suatu wilayah setelah ratusan tahun itu, terutama usaha ekonomi kreatif yang bergerak di bidang kuliner dan kerajinan.
Oleh karena itu, para pengusaha ekonomi kreatif di daerah ini telah melakukan berbagai persiapan, usaha kerajinan batu akik dan tenunan tradisional misalnya, telah menyiapkan produk yang khas dan berkualitas yang diharapkan nantinya dapat dibeli para wisman sebagai cinderamata.
Kesiapan Pemda Menyadari banyak manfaat GMT bagi Malut maka Pemprov Malut dan pemda tiga kabupaten/kota yang akan mengalami GMT, termasuk berbagai instansi terkait lainnya melakukan berbagai persiapan secara matang sejak dua bulan terakhir.
Persiapan tersebut semuanya diarahkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan selama berada di Malut, terutama ketika saat menyaksikan GMT agar setiap wisatawan mendapatkan kesan yang baik atas daerah ini.
Menurut Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba, Pemprov Malut mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk menghadapi GMT tersebut yang di antaranya dialokasikan untuk membiayai sejumlah kegiatan yang terkait dengan pelayanan kepada wisman.
Untuk keamanan para wisman selama berada di Malut, Polda setempat telah menyiapkan ribuan personel yang akan ditempatkan diberbagai lokasi yang menjadi sasaran konsentrasi bagi wisman, seperti bandara dan pelabuhan, hotel dan penginapan, tempat wisata dan lokasi pemantauan GMT.
Begitu pula Dinas Kesehatan telah menyiapkan tim kesehatan yang siap memberikan pelayanan setiap saat kepada para wisman, bahkan khusus untuk di hotel-hotel tempat wisman akan disiapkan pos kesehatan yang dilengkapi dengan dokter serta peralatan medis.
Khusus di Kota Ternate yang menjadi daerah tujuan utama wisman untuk menyaksikan GMT di Malut, menurut Kepala Disbudpar Kota Ternate Anas Conoras, telah disiapkan sejumlah fasilitas untuk memberi kenyamanan kepada wisman, seperti kafe yang di dalamnya menyiapkan berbagai kebutuhan wisman.
Pemkot Ternate bekerja sama dengan Kesultanan Ternate juga akan menggelar Festival Legu Gam sehingga para wisman selain menyaksikan peristiwa alam GMT, juga dapat menikmati penampilan berbagai ritual adat dan seni budaya di festival itu.
Festival Legu Gam itu sesuai jadwal yang telah dimasukan dalam kalender kegiatan pariwisata nasional seharusnya berlangsung pada awal April, namun atas pertimbangan untuk menyemarakan GMT maka diputuskan dimajukan pada awal Maret.
Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun Ternate Mochtar Adam mengatakan, pemda memang harus memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada wisman yang akan datang menyaksikan GMT, karena kedatangan para wisman itu akan membawa manfaat ekonomi bagi daerah dan masyarakat setempat.
Namun, dalam memberikan pelayanan itu hendaknya lebih rasional, artinya jangan sampai karena keinginan memberi pelayanan sebaik-baiknya lalu mengalokasikan dana APBD sebesar-besarnya yang kalu dilihat dari segi pemanfaatan justru terkesan memberi subsidi kepada para wisman.
Para wisman itu umumnya orang kaya, oleh karena itu sangatlah tidak adil kalau dana APBD yang bersumber dari uang rakyat justru digunakan untuk membiayai kepentingan para wisman, jadi seharusnya dana APBD hanya digunakan pada hal-hal tertentu misalnya pembenahan infrastruktur pariwisata.
Dampak positif yang akan dirasakan Malut di sektor pariwisata dari fenomena alam yang disebabkan posisi matahari, bulan, dan bumi berada dalam garis lurus itu di antaranya banyak wisatawan baik domestik maupun mancanengara akan berkunjung ke daerah ini untuk menyaksikannya.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Malut Anwar Husen, Sabtu (20/2/2016) saat ini sudah ada 2.000 lebih wisman yang mengonfirmasikan kedatangannya ke Malut untuk menyaksikan GMT pada 9 Maret.
Para wisman tersebut lebih memilih menyaksikan GMT di Malut karena di daerah ini mengalami GMT lebih lama yakni sekitar 3 menit 17 detik jika dibandingkan dengan 12 provins lain di Indonesia yang juga akan mengalami GMT yakni kurang dari 3 menit.
Selain itu, sesuai prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) cuaca di wilayah Malut pada 9 Maret lebih cerah, sehingga memungkinkan bagi para wisman untuk menyaksikan fenomena alam langkah itu secara baik.
"Banyaknya wisman yang datang menyaksikan GMT di Malut tersebut akan menjadi sarana promosi pariwisata Malut yang cukup efektif. Mereka saat kembali ke negeranya pasti akan menceritakan semua yang dilihatnya di Malut kepada keluarga atau teman," kata Anwar Husen.
GMT yang akan terjadi di Malut pada 9 Maret 2016 juga menjadi berkah bagi para pengusaha hotel di daerah ini, karena dengan banyaknya wisatawan yang datang otomatis hotel akan kebanjiran tamu.
Bahkan sesuai laporan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Malut, khusus untuk di Kota Ternate dari seluruh hotel, penginapan dan losmen yang ada semua kamarnya telah dipesan para wisman, begitu pula di dua daerah lainnya di Malut yang akan mengalami GMT yakni Kota Tidore Kepualan dan Maba, Halmahera Timur.
Menurut Ketua PHRI Malut Cristhoper Herlim, untuk mengatasi banyaknya pesanan kamar dari wisman yang tidak bisa ditampung di hotel, penginapan dan losmen maka PHRI bersama pemerintah setempat telah mendorong pemanfaatan rumah warga yang layak sebagai akomodasi bagi wisman.
Usaha ekonomi kreatif di Malut juga akan menikmati manfaat dari peristiwa alam yang akan terulang di suatu wilayah setelah ratusan tahun itu, terutama usaha ekonomi kreatif yang bergerak di bidang kuliner dan kerajinan.
Oleh karena itu, para pengusaha ekonomi kreatif di daerah ini telah melakukan berbagai persiapan, usaha kerajinan batu akik dan tenunan tradisional misalnya, telah menyiapkan produk yang khas dan berkualitas yang diharapkan nantinya dapat dibeli para wisman sebagai cinderamata.
Kesiapan Pemda Menyadari banyak manfaat GMT bagi Malut maka Pemprov Malut dan pemda tiga kabupaten/kota yang akan mengalami GMT, termasuk berbagai instansi terkait lainnya melakukan berbagai persiapan secara matang sejak dua bulan terakhir.
Persiapan tersebut semuanya diarahkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan selama berada di Malut, terutama ketika saat menyaksikan GMT agar setiap wisatawan mendapatkan kesan yang baik atas daerah ini.
Menurut Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba, Pemprov Malut mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk menghadapi GMT tersebut yang di antaranya dialokasikan untuk membiayai sejumlah kegiatan yang terkait dengan pelayanan kepada wisman.
Untuk keamanan para wisman selama berada di Malut, Polda setempat telah menyiapkan ribuan personel yang akan ditempatkan diberbagai lokasi yang menjadi sasaran konsentrasi bagi wisman, seperti bandara dan pelabuhan, hotel dan penginapan, tempat wisata dan lokasi pemantauan GMT.
Begitu pula Dinas Kesehatan telah menyiapkan tim kesehatan yang siap memberikan pelayanan setiap saat kepada para wisman, bahkan khusus untuk di hotel-hotel tempat wisman akan disiapkan pos kesehatan yang dilengkapi dengan dokter serta peralatan medis.
Khusus di Kota Ternate yang menjadi daerah tujuan utama wisman untuk menyaksikan GMT di Malut, menurut Kepala Disbudpar Kota Ternate Anas Conoras, telah disiapkan sejumlah fasilitas untuk memberi kenyamanan kepada wisman, seperti kafe yang di dalamnya menyiapkan berbagai kebutuhan wisman.
Pemkot Ternate bekerja sama dengan Kesultanan Ternate juga akan menggelar Festival Legu Gam sehingga para wisman selain menyaksikan peristiwa alam GMT, juga dapat menikmati penampilan berbagai ritual adat dan seni budaya di festival itu.
Festival Legu Gam itu sesuai jadwal yang telah dimasukan dalam kalender kegiatan pariwisata nasional seharusnya berlangsung pada awal April, namun atas pertimbangan untuk menyemarakan GMT maka diputuskan dimajukan pada awal Maret.
Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun Ternate Mochtar Adam mengatakan, pemda memang harus memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada wisman yang akan datang menyaksikan GMT, karena kedatangan para wisman itu akan membawa manfaat ekonomi bagi daerah dan masyarakat setempat.
Namun, dalam memberikan pelayanan itu hendaknya lebih rasional, artinya jangan sampai karena keinginan memberi pelayanan sebaik-baiknya lalu mengalokasikan dana APBD sebesar-besarnya yang kalu dilihat dari segi pemanfaatan justru terkesan memberi subsidi kepada para wisman.
Para wisman itu umumnya orang kaya, oleh karena itu sangatlah tidak adil kalau dana APBD yang bersumber dari uang rakyat justru digunakan untuk membiayai kepentingan para wisman, jadi seharusnya dana APBD hanya digunakan pada hal-hal tertentu misalnya pembenahan infrastruktur pariwisata.