Formama: Proyek Blok Masela Harus Ditunda
http://www.beritamalukuonline.com/2016/02/formama-proyek-blok-masela-harus-ditunda.html
BERITA MALUKU. Project Liquefied Natural Gas (LNG) Block Masela yang berlokasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Privinsi Maluku akan menjadi project gas terbesar di dunia dan nilai investasinya konon bisa mencapai US$ 30 miliar atau setara dengan Rp390 triliun.
Dengan nilai sebesar itu, telah lahir anak haram bernama ‘conflict of interest’ dari hasil perselingkuhan dengan pemilik modal yang bernama ‘majikan’ sehingga menjadi wajar para ‘middleman’ akan memanfaatkan sekaligus memperjuangkan sang majikan untuk mendapatkan hak kesulungan atas Project Block Masela.
Ironisnya, para pembantu Presiden tidak pernah membicarakan secara terstrukur dan sistematis perihal spesifikasi keuntungan bagi masyarakat Maluku dengan keberadaan Project Block Masela tersebut namun justru terkesan memaksa Presiden untuk menjadi wasit dalam pertandingan para pembantunya dalam memperebutkan lokasi ‘darat (OnShore/Pipanisasi) versus laut (OffShore/Floating)’ yang tidak pernah tuntas sampai saat ini.
Menurut Ketua Forum Masyarakat Maluku (Formama), Arnlod Thenu kepada Berita Maluku Online, Kamis (4/2/2016) bahwa Project Block Marsela yang akrab dengan sebutan ‘Gas Abadi’ bagi masyarakat Maluku, seharusnya menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Provinsi Maluku agar masyarakat Maluku bisa menjadi ‘Tuan Rumah’ di Negerinya sendiri.
"Oleh karena itu, Pemprov Maluku harus merealisasikan misi kedua dari tiga misi Pemprov yang berbunyi ‘Menjadikan Masyarakat Maluku Yang Berkualitas Dan Sejahterah’, maka misi itu harus dijadikan dasar dalam menjalankan tugas sehingga menjadi wajar bila masyarakat Maluku mendapat kuota tenaga kerja sebesar 70% dalam pekerjaan mulai dari persiapan hingga pelaksana sampai dengan berjalannya Project Block Masela tersebut," sebutnya.
Dikatakan, Jika Sumber Daya Manusia masayarakat Maluku dikatakan belum siap / mampu melakukan pekerjaan tersebut, maka Pemprov Maluku harus meminta investor untuk melakukan pelatihan sejak dini sebagai bentuk keseriusan investor agar masayarakat Maluku dapat terlibat dalam pelaksanaannya nanti.
"Namun itu juga belum cukup, karena Pemprov Maluku harus gagah berani meminta keuntungan yang real bagi masyarakat Maluku bukan malah menjebak dirinya untuk berjudi menjagokan perebutan lokasi ‘darat (OnShore/Pipanisasi) versus laut (OffShore/Floating)’."
Ia mengingatkan, bahwa Masyarakat Maluku sebagai ahli waris ‘Gas Abadi’ tentunya tidak ingin Invesment Project Block Masela berjalan tragis seperti yang terjadi di Bumi Cendrawasih, dimana saudara-saudara kami di Papua tidak mengalami kemajuan yang signifikan sekalipun ada perusahaan emas terbesar disana.
"Oleh karena itu, kami tidak ingin dipaksa berjudi untuk memilih Area Project tersebut akan terealisasi di darat atau dilaut, karena bagi kami akan lebih senang bila ada kepastian yang tetap perihal keuntungan Project Block Masela bukan untuk oknum pejabat tapi keuntungan kongkrit bagi masyarakat Maluku secara nyata yang harus dituangkan dalam MoU, namun sampai saat ini kami belum mendengar apalagi melihat itu semua sehingga kami meminta agar Project Project Liquefied Natural Gas di Block Masela harus di tunda," sebutnya.
Dengan nilai sebesar itu, telah lahir anak haram bernama ‘conflict of interest’ dari hasil perselingkuhan dengan pemilik modal yang bernama ‘majikan’ sehingga menjadi wajar para ‘middleman’ akan memanfaatkan sekaligus memperjuangkan sang majikan untuk mendapatkan hak kesulungan atas Project Block Masela.
Ironisnya, para pembantu Presiden tidak pernah membicarakan secara terstrukur dan sistematis perihal spesifikasi keuntungan bagi masyarakat Maluku dengan keberadaan Project Block Masela tersebut namun justru terkesan memaksa Presiden untuk menjadi wasit dalam pertandingan para pembantunya dalam memperebutkan lokasi ‘darat (OnShore/Pipanisasi) versus laut (OffShore/Floating)’ yang tidak pernah tuntas sampai saat ini.
Menurut Ketua Forum Masyarakat Maluku (Formama), Arnlod Thenu kepada Berita Maluku Online, Kamis (4/2/2016) bahwa Project Block Marsela yang akrab dengan sebutan ‘Gas Abadi’ bagi masyarakat Maluku, seharusnya menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Provinsi Maluku agar masyarakat Maluku bisa menjadi ‘Tuan Rumah’ di Negerinya sendiri.
"Oleh karena itu, Pemprov Maluku harus merealisasikan misi kedua dari tiga misi Pemprov yang berbunyi ‘Menjadikan Masyarakat Maluku Yang Berkualitas Dan Sejahterah’, maka misi itu harus dijadikan dasar dalam menjalankan tugas sehingga menjadi wajar bila masyarakat Maluku mendapat kuota tenaga kerja sebesar 70% dalam pekerjaan mulai dari persiapan hingga pelaksana sampai dengan berjalannya Project Block Masela tersebut," sebutnya.
Dikatakan, Jika Sumber Daya Manusia masayarakat Maluku dikatakan belum siap / mampu melakukan pekerjaan tersebut, maka Pemprov Maluku harus meminta investor untuk melakukan pelatihan sejak dini sebagai bentuk keseriusan investor agar masayarakat Maluku dapat terlibat dalam pelaksanaannya nanti.
"Namun itu juga belum cukup, karena Pemprov Maluku harus gagah berani meminta keuntungan yang real bagi masyarakat Maluku bukan malah menjebak dirinya untuk berjudi menjagokan perebutan lokasi ‘darat (OnShore/Pipanisasi) versus laut (OffShore/Floating)’."
Ia mengingatkan, bahwa Masyarakat Maluku sebagai ahli waris ‘Gas Abadi’ tentunya tidak ingin Invesment Project Block Masela berjalan tragis seperti yang terjadi di Bumi Cendrawasih, dimana saudara-saudara kami di Papua tidak mengalami kemajuan yang signifikan sekalipun ada perusahaan emas terbesar disana.
"Oleh karena itu, kami tidak ingin dipaksa berjudi untuk memilih Area Project tersebut akan terealisasi di darat atau dilaut, karena bagi kami akan lebih senang bila ada kepastian yang tetap perihal keuntungan Project Block Masela bukan untuk oknum pejabat tapi keuntungan kongkrit bagi masyarakat Maluku secara nyata yang harus dituangkan dalam MoU, namun sampai saat ini kami belum mendengar apalagi melihat itu semua sehingga kami meminta agar Project Project Liquefied Natural Gas di Block Masela harus di tunda," sebutnya.