Disperindag: Kenaikan Harga Beras di Ternate Bukan Spekulasi
http://www.beritamalukuonline.com/2016/02/disperindag-kenaikan-harga-beras-di.html
BERITA MALUKU. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Ternate Maluku Utara (Malut) memastikan naiknya harga beras di daerah itu belakangan ini bukan karena ulah para spekulan, misalnya distributor yang sengaja menyembunyikan dan menimbun stok.
"Kami sudah melakukan pengecekan di seluruh pedagang dan distributor beras di daerah ini dan tidak satu pun yang terbukti menyembunyikan stok, jadi tidak beralasan kalau naiknya harga beras di Ternate belakangan ini karena ulan spekulan," kata Kepala Disperindag Kota Ternate Arief Abdul Gani di Ternate, Senin (29/2/2016).
Harga beras di Ternate belakangan ini mengalami kenaikan, untuk beras premium misalnya naik dari Rp12.000 per kg menjadi Rp13.000 per kg, sedangkan beras medium naik dari Rp9.000 per kg menjadi Rp10.000 per kg, sehingga cukup membebani masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Menurut Arief Abdul Gani, naiknya harga beras di Ternate belakangan ini lebih disebabkan naiknya harga beras di daerah asal, seperti Sulawesi Selatan dan Jawa Timur yang selama ini menjadi sumber beras bagi konsumsi masyarakat Ternate dan kabupaten lainnya di Malut.
Kebutuhan beras untuk konsumsi masyarakat di Ternate dan kabupaten/kota lainnya di Malut selama ini sebagian besar didatangkan dari provinsi lain, karena produksi beras di Malut baru mampu memenuhi sekitar 40 persen dari kebutuhan masyarakat setempat.
Ia mengatakan Disperindag Kota Ternate telah melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk mengendalikan naiknya harga beras tersebut di antaranya dengan Bulog setempat untuk menggelar operasi pasar di sejumlah titik di daerah itu.
Selain itu, masyarakat di daerah itu juga terus didorong untuk mengonsumsi bahan pangan nonberas, seperti ubi kayu dan ubi jalar sehingga bisa mengurangi konsumsi beras.
Sementara itu jumlah distributor beras di Ternate ketika dihubungi membenarkan bahwa naiknya harga beras di Ternate saat ini karena mereka ketika mendatangkan beras dari Sulawesi Selatan atau Jawa Timur harganya sudah naik.
"Kami sudah melakukan pengecekan di seluruh pedagang dan distributor beras di daerah ini dan tidak satu pun yang terbukti menyembunyikan stok, jadi tidak beralasan kalau naiknya harga beras di Ternate belakangan ini karena ulan spekulan," kata Kepala Disperindag Kota Ternate Arief Abdul Gani di Ternate, Senin (29/2/2016).
Harga beras di Ternate belakangan ini mengalami kenaikan, untuk beras premium misalnya naik dari Rp12.000 per kg menjadi Rp13.000 per kg, sedangkan beras medium naik dari Rp9.000 per kg menjadi Rp10.000 per kg, sehingga cukup membebani masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Menurut Arief Abdul Gani, naiknya harga beras di Ternate belakangan ini lebih disebabkan naiknya harga beras di daerah asal, seperti Sulawesi Selatan dan Jawa Timur yang selama ini menjadi sumber beras bagi konsumsi masyarakat Ternate dan kabupaten lainnya di Malut.
Kebutuhan beras untuk konsumsi masyarakat di Ternate dan kabupaten/kota lainnya di Malut selama ini sebagian besar didatangkan dari provinsi lain, karena produksi beras di Malut baru mampu memenuhi sekitar 40 persen dari kebutuhan masyarakat setempat.
Ia mengatakan Disperindag Kota Ternate telah melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk mengendalikan naiknya harga beras tersebut di antaranya dengan Bulog setempat untuk menggelar operasi pasar di sejumlah titik di daerah itu.
Selain itu, masyarakat di daerah itu juga terus didorong untuk mengonsumsi bahan pangan nonberas, seperti ubi kayu dan ubi jalar sehingga bisa mengurangi konsumsi beras.
Sementara itu jumlah distributor beras di Ternate ketika dihubungi membenarkan bahwa naiknya harga beras di Ternate saat ini karena mereka ketika mendatangkan beras dari Sulawesi Selatan atau Jawa Timur harganya sudah naik.