Ribuan Hektar Hutan di Seram Utara Terbakar
http://www.beritamalukuonline.com/2015/10/ribuan-hektar-hutan-di-seram-utara.html
BERITA MALUKU. Puluhan ribu hektar hutan produksi milik rakyat di wilayah Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah terbakar sehingga mengancam kehidupan warga yang mengalami korban.
Ketua Gerakan Penanggulangan Bencana Gereja Protesan Maluku (GPB GPM), Pdt Elifas Maspaitella dikonfirmasi, Rabu (14/10/2015), mengatakan berdasarkan pemantauan meluasnya kebakaran hutan mencapai puluhan ribu hektare itu karena hembusan angin kencang sehingga sulit dipadamkan.
Lokasinya juga berupa gunung dan jurang terjal sehingga kendaraan bermotor kesulitan menjangkau wilayah yang terbakar.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Pemkab Maluku Tengah. Namun, karena lokasi kebakaran yang sulit dijangkau sehingga mobil pemadam kebakaran sulit dikerahkan untuk memadamkan api," ujarnya.
Dia memprihatinkan masyarakat yang lahannya terbakar karena merupakan hutan produksi yakni cengkih, pala, kelapa, durian, kenari dan buah - buah serta tanaman menyangga kehidupan sehari - hari.
"Memprihatinkan memang nasib warga di sana karenanya melalui koordinasi dengan Pemkab Maluku Tengah telah melaksanakan penanggulangan darurat dengan menyiapkan bahan makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Elifas.
Disinggung jumlah warga yang lahannya terbakar, dia menjelaskan, berdasarkan pendataan sementara terdiri dari Siahari (47 KK/161 jiwa), Kokoroli (30 KK/83 jiwa), Suku Huaulu (39 KK/169 jiwa), Maneo Rendah (52 KK/208 jiwa), Maneo Tinggi (67 KK/282 jiwa), Kabailuhu (37 KK/157 jiwa), Kabauhari (66 KK/238 jiwa) dan Iloana (37 KK/174 jiwa).
Kebakaran hutan produksi milik rakyat di Seram Utara, bermula dengan titik api pertama di Maneo pada 22 September 2015.
Elifas juga memprihatinkan kelangsungan hidup komunitas adat terpencil (KAT) Huaulu karena permukiman mereka yang biasanya disebut "rumah pohon" juga dilahap si jago merah.
KAT Huaulu selama ini menetap dalam rimbunan pohon sebagai rumahnya. Namun kini pohon-pohon tersebut sudah terbakar sehingga dengan sendirinya "rumah pohon" pun telah musnah.
Saat ini mereka tersebar di Yamalise, Tiluba dan Laihaha. Karena tidak terbiasa dengan bermukim dalam rumah, maka pasti mereka mengalami guncangan sosial jika harus menempati tenda-tenda darurat atau rumah-rumah pengungsian.
Sebelumnya, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal, mengatakan, pihaknya telah optimal melakukan upaya penanganan kebakaran hutan yang terjadi di Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, baik dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan kepada warga masyarakat yang menjadi korban, terutama bagi mereka yang perkebunannya terbakar maupun upaya pemadaman api.
"Kondisi hutan dengan medan yang sulit serta jarak tempuh ke titik api sangat sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor membuat api belum dapat dipadamkan," tandasnya. (Ant/bm 01)
Ketua Gerakan Penanggulangan Bencana Gereja Protesan Maluku (GPB GPM), Pdt Elifas Maspaitella dikonfirmasi, Rabu (14/10/2015), mengatakan berdasarkan pemantauan meluasnya kebakaran hutan mencapai puluhan ribu hektare itu karena hembusan angin kencang sehingga sulit dipadamkan.
Lokasinya juga berupa gunung dan jurang terjal sehingga kendaraan bermotor kesulitan menjangkau wilayah yang terbakar.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Pemkab Maluku Tengah. Namun, karena lokasi kebakaran yang sulit dijangkau sehingga mobil pemadam kebakaran sulit dikerahkan untuk memadamkan api," ujarnya.
Dia memprihatinkan masyarakat yang lahannya terbakar karena merupakan hutan produksi yakni cengkih, pala, kelapa, durian, kenari dan buah - buah serta tanaman menyangga kehidupan sehari - hari.
"Memprihatinkan memang nasib warga di sana karenanya melalui koordinasi dengan Pemkab Maluku Tengah telah melaksanakan penanggulangan darurat dengan menyiapkan bahan makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Elifas.
Disinggung jumlah warga yang lahannya terbakar, dia menjelaskan, berdasarkan pendataan sementara terdiri dari Siahari (47 KK/161 jiwa), Kokoroli (30 KK/83 jiwa), Suku Huaulu (39 KK/169 jiwa), Maneo Rendah (52 KK/208 jiwa), Maneo Tinggi (67 KK/282 jiwa), Kabailuhu (37 KK/157 jiwa), Kabauhari (66 KK/238 jiwa) dan Iloana (37 KK/174 jiwa).
Kebakaran hutan produksi milik rakyat di Seram Utara, bermula dengan titik api pertama di Maneo pada 22 September 2015.
Elifas juga memprihatinkan kelangsungan hidup komunitas adat terpencil (KAT) Huaulu karena permukiman mereka yang biasanya disebut "rumah pohon" juga dilahap si jago merah.
KAT Huaulu selama ini menetap dalam rimbunan pohon sebagai rumahnya. Namun kini pohon-pohon tersebut sudah terbakar sehingga dengan sendirinya "rumah pohon" pun telah musnah.
Saat ini mereka tersebar di Yamalise, Tiluba dan Laihaha. Karena tidak terbiasa dengan bermukim dalam rumah, maka pasti mereka mengalami guncangan sosial jika harus menempati tenda-tenda darurat atau rumah-rumah pengungsian.
Sebelumnya, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal, mengatakan, pihaknya telah optimal melakukan upaya penanganan kebakaran hutan yang terjadi di Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, baik dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan kepada warga masyarakat yang menjadi korban, terutama bagi mereka yang perkebunannya terbakar maupun upaya pemadaman api.
"Kondisi hutan dengan medan yang sulit serta jarak tempuh ke titik api sangat sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor membuat api belum dapat dipadamkan," tandasnya. (Ant/bm 01)