Upaya Penataan dan Reklamasi Kawasan Gunung Botak
http://www.beritamalukuonline.com/2015/09/upaya-penataan-dan-reklamasi-kawasan.html
BERITA MALUKU. Upaya penataan dan reklamasi kawasan Gunung Botak hingga aliran sungai Anhoni di Kabupaten Buru dapat dilakukan dengan membersihkan sedimentasi yang disebabkan pengopersian ratusan mesin dompeng dan karpet oleh ribuan penambang emas ilegal.
"Ketebalan sedimentasi saat ini sudah mencapai lebih dari tujuh meter dan kondisi ini diperparah lagi dengan ancaman kematian terhadap pohon sagu atau tanaman lain akibat rembesan asam sianida," kata Ketua Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Pattimura Ambon, DR. Bram Tulalesy di Ambon, Rabu (30/9/2015).
Limbah sedimen atau tailing yang dihasilkan mesin dompeng ini bakal terus menumpuk dan menimbulkan kerusakan hutan bila para penambang ilegal dibiarkan berkeliaran bebas mencari logam mulia di kawasan itu.
Dalam limbah sedimen ini juga masih ditemukan kandungan emas yang bisa didapatkan penambang.
Menurut Bram, pemerintah bisa mengambil langkah tegas menertibkan ribuan penambang ilegal dan melakukan penataan gunung Botak untuk melakukan reklamasi dengan metode pengambilan matrial yang lebih ramah lingkungan.
Bila sedimennya tidak diangkat, maka saat musim hujan dan banjir akan membawa seluruh matrial berbahaya yang mengandung bahan kimia seperti asam sianida ke muara sungai Kaieli atau Waeapo.
"Asam sianida inilah yang sangat berbahaya karena mematikan aneka jenis tanaman dan kalau memasuki kawasan teluk di pesisir pantai, maka mengancam terumbu karang yang menjadi habitat aneka jenis biota laut," katanya.
Menyangkut kondisi tanaman sagu seluas sepuluh hektar yang terancam mati, menurut dia, disebabkan sumber air di sekitarnya telah diserap habis oleh penambang untuk mesin dompeng.
Kemudian matrial yang tidak terpakai kembali ditimbun di sekitar rumpun sagu, termasuk residu yang diangkat dari kolam rendaman dan mengandung bahan kimia beracun sehingga menyebabkan ketebalan sedimentasi makin tinggi setiap saat. (Ant/bm 01)
"Ketebalan sedimentasi saat ini sudah mencapai lebih dari tujuh meter dan kondisi ini diperparah lagi dengan ancaman kematian terhadap pohon sagu atau tanaman lain akibat rembesan asam sianida," kata Ketua Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Pattimura Ambon, DR. Bram Tulalesy di Ambon, Rabu (30/9/2015).
Limbah sedimen atau tailing yang dihasilkan mesin dompeng ini bakal terus menumpuk dan menimbulkan kerusakan hutan bila para penambang ilegal dibiarkan berkeliaran bebas mencari logam mulia di kawasan itu.
Dalam limbah sedimen ini juga masih ditemukan kandungan emas yang bisa didapatkan penambang.
Menurut Bram, pemerintah bisa mengambil langkah tegas menertibkan ribuan penambang ilegal dan melakukan penataan gunung Botak untuk melakukan reklamasi dengan metode pengambilan matrial yang lebih ramah lingkungan.
Bila sedimennya tidak diangkat, maka saat musim hujan dan banjir akan membawa seluruh matrial berbahaya yang mengandung bahan kimia seperti asam sianida ke muara sungai Kaieli atau Waeapo.
"Asam sianida inilah yang sangat berbahaya karena mematikan aneka jenis tanaman dan kalau memasuki kawasan teluk di pesisir pantai, maka mengancam terumbu karang yang menjadi habitat aneka jenis biota laut," katanya.
Menyangkut kondisi tanaman sagu seluas sepuluh hektar yang terancam mati, menurut dia, disebabkan sumber air di sekitarnya telah diserap habis oleh penambang untuk mesin dompeng.
Kemudian matrial yang tidak terpakai kembali ditimbun di sekitar rumpun sagu, termasuk residu yang diangkat dari kolam rendaman dan mengandung bahan kimia beracun sehingga menyebabkan ketebalan sedimentasi makin tinggi setiap saat. (Ant/bm 01)