Uskup Amboina Minta Aparat Tindak Tegas Pelaku Konflik Antarkampung
http://www.beritamalukuonline.com/2015/07/uskup-amboina-minta-aparat-tindak-tegas.html
BERITA MALUKU. Uskup Diosis Amboina Petrus Canisius Mandagie meminta aparat keamanan menindak tegas oknum-oknum pelaku dan pemicu terjadinya konflik antarkampung di beberapa daerah di Maluku.
"Kedepankan penegakan hukum terhadap para pelaku dan pemicu konflik yang terjadi antarwarga kampung di Maluku. Hukum harus menjadi panglima dan menimbulkan efek jera," kata Uskup Mandagie di Ambon, Selasa (21/7/2015).
Uskup menyesalkan terjadinya konflik di beberapa wilayah di Maluku, diantaranya antara warga Laha dan Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Mamala-Morela, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, serta di Pulau Haruku, Maluku Tengah.
Dia menyesalkan masih ada oknum-oknum yang melakukan provokasi untuk mengadu domba masyarakat di Maluku yang telah hidup damai dalam suasana persaudaraan dan penuh cinta kasih.
Uskup juga menyatakan duka cita atas meninggalnya anggota Brimob Polda Maluku Bripda Faisal Hakim Lestaluhu yang terkena serpihan bom rakitan saat bertugas mengamankan bentrokan antarwarga Desa Mamala dan Morela, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Minggu (19/7) malam.
Selain Bripda Faisal Hakim, beberapa anggota Brimob dan Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease juga terluka terkena serpihan bom saat hendak menangkap pelaku penembakan yang menjadi pemicu konflik antarwarga kedua desa bertetangga dan memiliki pertalian darah tersebut.
Dia menegaskan, konflik sosial yang melanda Maluku 1999 merupakan pengalaman paling berharga, sekaligus menjadi cerminan akan mahalnya perdamaian dan kehidupan damai dalam bingkai persaudaraan yang telah terbangun kembali dalam struktur masyarakat di Maluku.
"Karena itu kerukunan antarumat beragama yang semakin kuat di Maluku harus terus dijaga dan dipelihara semua pihak, sebagai modal utama membangun harmonisasi kehidupan sekaligus seluruh aspek pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih maju dan berkualitas," katanya.
Kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku, menurut Uskup merupakan jaminan bahwa perdamaian akan terus terbangun di Maluku.
"Kerukunan umat beragama itu harus dijaga, dilindungi dan dirawat, sebab masih ada 'setan' yang terus menerus mengintai dan berusaha menghancurkan kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku," ujarnya.
Dalam hal ini, kata Uskup pemerintah, tokoh agama harus terus membantu mengingatkan dan mendorong umat beragama di Maluku untuk menjaga kerukunan itu.
Warga diminta menahan diri dan tidak terprovokasi berbagai insiden yang terjadi dan menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat keamanan, di samping membantu aparat menjaga keamanan di lingkungan masing-masing.
"Semoga Maluku tetap merupakan tanah damai. Berkat kedamaian di Maluku banyak orang tertarik untuk berkunjung, berwisata dan berinvestasi di Maluku. Dengan demikian, kesejahteraan lahir dan batin akan semakin dirasakan masyarakat di daerah ini," ujarnya. (ant/bm 01)
"Kedepankan penegakan hukum terhadap para pelaku dan pemicu konflik yang terjadi antarwarga kampung di Maluku. Hukum harus menjadi panglima dan menimbulkan efek jera," kata Uskup Mandagie di Ambon, Selasa (21/7/2015).
Uskup menyesalkan terjadinya konflik di beberapa wilayah di Maluku, diantaranya antara warga Laha dan Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Mamala-Morela, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, serta di Pulau Haruku, Maluku Tengah.
Dia menyesalkan masih ada oknum-oknum yang melakukan provokasi untuk mengadu domba masyarakat di Maluku yang telah hidup damai dalam suasana persaudaraan dan penuh cinta kasih.
Uskup juga menyatakan duka cita atas meninggalnya anggota Brimob Polda Maluku Bripda Faisal Hakim Lestaluhu yang terkena serpihan bom rakitan saat bertugas mengamankan bentrokan antarwarga Desa Mamala dan Morela, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, Minggu (19/7) malam.
Selain Bripda Faisal Hakim, beberapa anggota Brimob dan Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease juga terluka terkena serpihan bom saat hendak menangkap pelaku penembakan yang menjadi pemicu konflik antarwarga kedua desa bertetangga dan memiliki pertalian darah tersebut.
Dia menegaskan, konflik sosial yang melanda Maluku 1999 merupakan pengalaman paling berharga, sekaligus menjadi cerminan akan mahalnya perdamaian dan kehidupan damai dalam bingkai persaudaraan yang telah terbangun kembali dalam struktur masyarakat di Maluku.
"Karena itu kerukunan antarumat beragama yang semakin kuat di Maluku harus terus dijaga dan dipelihara semua pihak, sebagai modal utama membangun harmonisasi kehidupan sekaligus seluruh aspek pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih maju dan berkualitas," katanya.
Kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku, menurut Uskup merupakan jaminan bahwa perdamaian akan terus terbangun di Maluku.
"Kerukunan umat beragama itu harus dijaga, dilindungi dan dirawat, sebab masih ada 'setan' yang terus menerus mengintai dan berusaha menghancurkan kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku," ujarnya.
Dalam hal ini, kata Uskup pemerintah, tokoh agama harus terus membantu mengingatkan dan mendorong umat beragama di Maluku untuk menjaga kerukunan itu.
Warga diminta menahan diri dan tidak terprovokasi berbagai insiden yang terjadi dan menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat keamanan, di samping membantu aparat menjaga keamanan di lingkungan masing-masing.
"Semoga Maluku tetap merupakan tanah damai. Berkat kedamaian di Maluku banyak orang tertarik untuk berkunjung, berwisata dan berinvestasi di Maluku. Dengan demikian, kesejahteraan lahir dan batin akan semakin dirasakan masyarakat di daerah ini," ujarnya. (ant/bm 01)