Pakaian "Capkarung" Tetap Diminati Warga Ternate
http://www.beritamalukuonline.com/2015/07/pakaian-capkarung-tetap-diminati-warga.html
BERITA MALUKU. Pakaian eks luar negeri yang populer dengan nama pakaian "capkarung" atau cakar tetap diminati warga Kota Ternate, Maluku Utara.
"Di Ternate sekarang memang semakin banyak butik dan toko pakaian, baik yang ada di pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan modern, tetapi warga di Ternate tetap banyak yang mencari pakaian di penjualan paian cakar untuk dipakai lebaran nanti," kata pedagang pakaian di pasar Gamalama Ternate La Hadi, Jumat (10/7/2015).
Menurut dia, warga yang datang mencari pakaian cakar itu bukan hanya dari kalangan kuran mampu, tetapi juga para pegawai bahkan tidak sedikit yang datang menggunakan mobil pribadi yang mengindikasikan bahwa yang bersangkutan dari kalangan mampu.
La Hadi mengatakan, mereka tidak hanya membeli pakaian cakar berupa baju atau celana, tetapi juga tas dan sepatu, terutama kalangan wanita, karena tas dan sepatu yang dijual pedagang cakar umumnya masih dalam kondisi bagus dan tidak jarang dari merek terkenal.
Banyaknya warga membeli pakaian cakar untuk dijadikan pakaian lebaran tersebut membuat omzet penjualan pedagang cakar di pasar gamalama Ternate meningkat sampai 10 kali lipat, tetapi pedagang mengaku keuntungannya tidak terlalu besar karena untuk mendapatkan pakaian cakar sekarang ini semakin sulit.
"Kami menjual pakaian cakar dengan harga murah karena kalau menjual dengan harga mahal pasti tidak akan laku. Warga tertarik membeli pakaian cakar karena kualitas bagus tetapi harganya murah," ujar pedagang asal Buton, Sulawesi Tenggara itu.
Para pedagang pakaian cakar di pasar gamalama Ternate mengaku pendapatan mereka yang pada hari biasanya paling tinggi Rp1 juta per hari menjelang lebaran Idul Fitri kali ini meningkat menjadi minimal Rp8 juta per hari, bahkan bagi pedagang yang menjual pakaian campuran seperti baju, celana, tas dan sepatu bisa mencapai Rp12 juga per hari.
La Hadi mengaku mereka tetap menjual pakaian cakar meski Menteri Perdagangan telah melarang penjualan pakaian eks luar negeri itu karena hanya usaha itu yang mereka bisa lakukan untuk menghidupi keluarga, selain itu pemerintah kota setempat juga masih mengizinkan berjualan. (ant/bm 01)
"Di Ternate sekarang memang semakin banyak butik dan toko pakaian, baik yang ada di pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan modern, tetapi warga di Ternate tetap banyak yang mencari pakaian di penjualan paian cakar untuk dipakai lebaran nanti," kata pedagang pakaian di pasar Gamalama Ternate La Hadi, Jumat (10/7/2015).
Menurut dia, warga yang datang mencari pakaian cakar itu bukan hanya dari kalangan kuran mampu, tetapi juga para pegawai bahkan tidak sedikit yang datang menggunakan mobil pribadi yang mengindikasikan bahwa yang bersangkutan dari kalangan mampu.
La Hadi mengatakan, mereka tidak hanya membeli pakaian cakar berupa baju atau celana, tetapi juga tas dan sepatu, terutama kalangan wanita, karena tas dan sepatu yang dijual pedagang cakar umumnya masih dalam kondisi bagus dan tidak jarang dari merek terkenal.
Banyaknya warga membeli pakaian cakar untuk dijadikan pakaian lebaran tersebut membuat omzet penjualan pedagang cakar di pasar gamalama Ternate meningkat sampai 10 kali lipat, tetapi pedagang mengaku keuntungannya tidak terlalu besar karena untuk mendapatkan pakaian cakar sekarang ini semakin sulit.
"Kami menjual pakaian cakar dengan harga murah karena kalau menjual dengan harga mahal pasti tidak akan laku. Warga tertarik membeli pakaian cakar karena kualitas bagus tetapi harganya murah," ujar pedagang asal Buton, Sulawesi Tenggara itu.
Para pedagang pakaian cakar di pasar gamalama Ternate mengaku pendapatan mereka yang pada hari biasanya paling tinggi Rp1 juta per hari menjelang lebaran Idul Fitri kali ini meningkat menjadi minimal Rp8 juta per hari, bahkan bagi pedagang yang menjual pakaian campuran seperti baju, celana, tas dan sepatu bisa mencapai Rp12 juga per hari.
La Hadi mengaku mereka tetap menjual pakaian cakar meski Menteri Perdagangan telah melarang penjualan pakaian eks luar negeri itu karena hanya usaha itu yang mereka bisa lakukan untuk menghidupi keluarga, selain itu pemerintah kota setempat juga masih mengizinkan berjualan. (ant/bm 01)