Jelang Pukul Sapu, Kondisi Mamala-Morela Kondusif
http://www.beritamalukuonline.com/2015/07/jelang-pukul-sapu-kondisi-mamala-morela.html
BERITA MALUKU. Situasi dan kondisi keamanan di dua desa bertetangga Mamala dan Morela, Kabupaten Maluku Tengah, relatif kondusif jelang pelaksanaan tradisi adat "Pukul Sapu" pada 7 Syawal 1436 Hijriah, Jumat (24/7/2015).
"Berbagai persiapan terus dilakukan oleh panitia penyelenggara agar tradisi adat dan budaya yang digelar setiap tahun pada 7 Syawal ini dapat berjalan lancar dan sukses," kata salah seorang anggota Panitia Pukul Sapu Desa Morela, Roesda Leikawa.
Selain persiapan, Roesda mengatakan, beberapa kegiatan juga telah berlangsung sejak pagi diantaranya lomba lari dan dayung perahu semang serta karnaval budaya.
Roesda mengakui, sebagian besar warga Morela sebetulnya kecewa dengan keputusan aparat keamanan membatasi penyelenggaraan tradisi adat yang telah menjadi kalender tahunan pariwisata di Maluku dan menyedot perhatian puluhan ribu warga untuk datang menyaksikannya.
Dia mengakui, undangan kegiatan sudah disebarkan jauh hari kepada semua pihak berkompeten termasuk menyebaran informasi melalui media sosial, di mana banyak pihak yang sebelumnya bersedia datang menyaksikan atraksi budaya tersebut akhirnya membatalkannya, karena khawatir kondisi keamanan kurang kondusif menyusul ketegangan yang terjadi pada 19 Juli 2015 yang mengakibatkan anggota Brimob Polda Maluku, Bripka Faizal Lestaluhu meninggal.
Roesda mengakui, salah satu agenda kegiatan yakni teatrikal perang kapahaha, tari hadrat serta malam seni anak muda kreatif Ambon yang direncanakan berlangsung, Kamis (23/7) malam, terpaksa dibatalkan.
"Tetapi kami bersyukur kondisi keamanan saat ini sangat kondusif dan warga mulai berdatangan untuk menyaksikan atraksi baku pukul sapu lidi yang akan berlangsung usai Sholat Jumat," katanya.
Ketua Panitia Pukul Sapu Desa Morela, Jazer Manelat, mengatakan, rapat koordinasi antara panitia, Raja dan Saniri Negeri serta tokoh agama dan pemuka masyarakat desa setempat, menyepakati tradisi adat pukul sapu tetap berlangsung walaupun tidak dihadiri warga untuk menyaksikannya seperti tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu semua pihak juga bersepakat untuk menjaga stuasi dan kondisi keamanan agar tetap kondusif serta tidak ada pengerahan massa dalam jumlah besar.
Ketegangan yang terjadi antarwarga kedua desa bertetangga dan memiliki pertahian darah pada 19 Juli 2015 tersebut menyebabkan Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease mengeluarkan surat resmi sejak Rabu (22/7) malam yang isinya melarang penyelenggaraan tradisi adat yang telah dilakukan sejak abad 16 saat penjajahan Portugis dan Belanda itu.
Larangan tersebut guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan dan memperburuk kondisi keamanan di Kota dan Pulau Ambon, menyusul ketegangan yang terjadi pada 19 Juli 2015.
Tetapi berdasarkan hasil koordinasi dan rapat bersama dengan tokoh pemuda Desa Morela, Gubernur Maluku Said Assagaff serta pimpinan TNI/Polri pada Kamis (23/7) pagi, disepakati tradisi budaya tersebut hanya dilaksanakan secara internal dan tanpa kehadiran warga untuk menontonnya. (ant/bm 01)
"Berbagai persiapan terus dilakukan oleh panitia penyelenggara agar tradisi adat dan budaya yang digelar setiap tahun pada 7 Syawal ini dapat berjalan lancar dan sukses," kata salah seorang anggota Panitia Pukul Sapu Desa Morela, Roesda Leikawa.
Selain persiapan, Roesda mengatakan, beberapa kegiatan juga telah berlangsung sejak pagi diantaranya lomba lari dan dayung perahu semang serta karnaval budaya.
Roesda mengakui, sebagian besar warga Morela sebetulnya kecewa dengan keputusan aparat keamanan membatasi penyelenggaraan tradisi adat yang telah menjadi kalender tahunan pariwisata di Maluku dan menyedot perhatian puluhan ribu warga untuk datang menyaksikannya.
Dia mengakui, undangan kegiatan sudah disebarkan jauh hari kepada semua pihak berkompeten termasuk menyebaran informasi melalui media sosial, di mana banyak pihak yang sebelumnya bersedia datang menyaksikan atraksi budaya tersebut akhirnya membatalkannya, karena khawatir kondisi keamanan kurang kondusif menyusul ketegangan yang terjadi pada 19 Juli 2015 yang mengakibatkan anggota Brimob Polda Maluku, Bripka Faizal Lestaluhu meninggal.
Roesda mengakui, salah satu agenda kegiatan yakni teatrikal perang kapahaha, tari hadrat serta malam seni anak muda kreatif Ambon yang direncanakan berlangsung, Kamis (23/7) malam, terpaksa dibatalkan.
"Tetapi kami bersyukur kondisi keamanan saat ini sangat kondusif dan warga mulai berdatangan untuk menyaksikan atraksi baku pukul sapu lidi yang akan berlangsung usai Sholat Jumat," katanya.
Ketua Panitia Pukul Sapu Desa Morela, Jazer Manelat, mengatakan, rapat koordinasi antara panitia, Raja dan Saniri Negeri serta tokoh agama dan pemuka masyarakat desa setempat, menyepakati tradisi adat pukul sapu tetap berlangsung walaupun tidak dihadiri warga untuk menyaksikannya seperti tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu semua pihak juga bersepakat untuk menjaga stuasi dan kondisi keamanan agar tetap kondusif serta tidak ada pengerahan massa dalam jumlah besar.
Ketegangan yang terjadi antarwarga kedua desa bertetangga dan memiliki pertahian darah pada 19 Juli 2015 tersebut menyebabkan Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease mengeluarkan surat resmi sejak Rabu (22/7) malam yang isinya melarang penyelenggaraan tradisi adat yang telah dilakukan sejak abad 16 saat penjajahan Portugis dan Belanda itu.
Larangan tersebut guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan dan memperburuk kondisi keamanan di Kota dan Pulau Ambon, menyusul ketegangan yang terjadi pada 19 Juli 2015.
Tetapi berdasarkan hasil koordinasi dan rapat bersama dengan tokoh pemuda Desa Morela, Gubernur Maluku Said Assagaff serta pimpinan TNI/Polri pada Kamis (23/7) pagi, disepakati tradisi budaya tersebut hanya dilaksanakan secara internal dan tanpa kehadiran warga untuk menontonnya. (ant/bm 01)