Nelayan di Malut Jual Ikan di Tengah Laut
http://www.beritamalukuonline.com/2015/05/nelayan-di-malut-jual-ikan-di-tengah.html
Ternate - Berita Maluku. Nelayan di Maluku Utara (Malut) sering menjual ikan hasil tangkapan kepada kapal penampung di tengah laut, karena cara itu dinilai lebih efisien dibandingkan jika menjualnya di pelabuhan pendaratan ikan.
"Kalau di tengah laut kami bertemu dengan kapal penampung ikan dari luar Malut, seperti dari Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara kami langsung menjual ikan hasil tangkapan kepada mereka," kata salah seorang nelayan Ternate, Jamaluddin di Ternate, Selasa (26/5/2015) kemarin.
Menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut dinilai lebih efisien karena bisa menghemat penggunaan es balok, selain itu juga bisa langsung kembali menangkap ikan tanpa harus ke darat sehingga bisa menghemat biaya operasional, terutama pembelian bahan bakar.
Jamaluddin mengatakan, menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut bisa pula mendapatkan penghasilan lebih tinggi karena kapal penampung cenderung membeli lebih mahal jika dibandingkan dengan para penampung di pelabuhan pendaratan ikan.
Untuk ikan cakalang misalnya kapal penampung di tengah laut membeli dengan harga minimal Rp20.000 per kg, sedangkan pengusaha penampung di pelabuhan pendaratan ikan rata-rata di bawah Rp20.000 per kg, bahkan jika musim ikan paling tinggi Rp15.000 per kg.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Perikanan Malut, Ismail mengatakan, tindakan nelayan menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut jelas merugikan daerah karena kapal penampung membawa ikan Malut ke daerah lain tanpa membayar retribusi, selain itu mengakibatkan data produksi ikan Malut secara riil sulit diketahui.
Oleh karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Malut telah menyiapkan berbagai langkah untuk mencegah hal tersebut, di antaranya dengan mewajibkan semua kapal ikan yang beroperasi di Malut, baik sebagai penangkap maupun penampung untuk melakukan pendataan hasil kegiatannya di Malut.
Selain itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Malut juga terus mendorong pengembangan industri perikanan di Malut, di antaranya di Ternate dan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara sehingga para nelayan bisa menjual ikan tangkapannya dengan harga memadai. (ant/bm 10)
"Kalau di tengah laut kami bertemu dengan kapal penampung ikan dari luar Malut, seperti dari Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara kami langsung menjual ikan hasil tangkapan kepada mereka," kata salah seorang nelayan Ternate, Jamaluddin di Ternate, Selasa (26/5/2015) kemarin.
Menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut dinilai lebih efisien karena bisa menghemat penggunaan es balok, selain itu juga bisa langsung kembali menangkap ikan tanpa harus ke darat sehingga bisa menghemat biaya operasional, terutama pembelian bahan bakar.
Jamaluddin mengatakan, menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut bisa pula mendapatkan penghasilan lebih tinggi karena kapal penampung cenderung membeli lebih mahal jika dibandingkan dengan para penampung di pelabuhan pendaratan ikan.
Untuk ikan cakalang misalnya kapal penampung di tengah laut membeli dengan harga minimal Rp20.000 per kg, sedangkan pengusaha penampung di pelabuhan pendaratan ikan rata-rata di bawah Rp20.000 per kg, bahkan jika musim ikan paling tinggi Rp15.000 per kg.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Perikanan Malut, Ismail mengatakan, tindakan nelayan menjual ikan hasil tangkapan di tengah laut jelas merugikan daerah karena kapal penampung membawa ikan Malut ke daerah lain tanpa membayar retribusi, selain itu mengakibatkan data produksi ikan Malut secara riil sulit diketahui.
Oleh karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Malut telah menyiapkan berbagai langkah untuk mencegah hal tersebut, di antaranya dengan mewajibkan semua kapal ikan yang beroperasi di Malut, baik sebagai penangkap maupun penampung untuk melakukan pendataan hasil kegiatannya di Malut.
Selain itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Malut juga terus mendorong pengembangan industri perikanan di Malut, di antaranya di Ternate dan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara sehingga para nelayan bisa menjual ikan tangkapannya dengan harga memadai. (ant/bm 10)
