"Paham ISIS Bertentangan dengan Ajaran Islam dan Budaya Maluku"
http://www.beritamalukuonline.com/2015/03/paham-isis-bertentangan-dengan-ajaran.html
Ambon - Berita Maluku. Anggota DPRD Maluku Efendy Latuconsina kembali mengingatkan kalau paham kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sangat bertentangan dengan ajaran Islam secara umum maupun budaya dan adat orang Maluku.
"Islam tidak mengajarkan kekerasan, apalagi sampai harus melakukan pembunuhaan, maka sebagai langkah pencegahannya perlu ada upaya serius seluruh komponen bangsa dalam menanamkan pada masyarakat, terutama yang beragama muslim bahwa paham ISIS sebenarnya sangat bertentangan dengan dengan ajaran Islam," kata Efendy di Ambon, Senin.
Ia menambahkan bahwa umat muslim Maluku memiliki toleransi antarumat beragama yang sangat tinggi sehingga paham yang mengajarkan kekerasan itu tidak sesuai dengan kearifan lokal.
Menurut Efendy, masuknya paham itu lewat cara-cara doktrin ke masyarakat secara langsung maupun menggunakan kemajuan teknologi dan informasi harus diwaspadai.
Terutama karena sasarannya adalah seluruh warga masyarakat termasuk mahasiswa, pelajar, hingga anak-anak.
Diharapkan, masyarakat dapat lebih bijak menghadapi kemungkinan doktrin tersebut dan memperkuat ketahanan diri agar jangan sampai mudah dipengaruhi atau terhasut.
"Kehidupan adat dan budaya masyarakat Maluku berbeda dengan kondisi masyarakat di daerah lain dan kita di sini masih punya hubungan kekerabatan antara Islam dan Kristen jangan sampai dipengaruhi oleh masuknya paham-paham negatif yang sangat radikal seperti ISIS," ujarnya.
Hubungan kekerabatan antarwarga yang berbeda agama di Maluku disebut Efendy sangat kental dan merupakan warisan leluhur yang sudah berlangsung turun-temurun sehingga kondisi itu menggambarkan bahwa masyarakat Maluku menjunjung persatuan meski berbeda agama.
Belum lagi ada muatan lokal lainnya seperti tradisi kerja bakti membangun Masjid yang dibantu umat Kristen dan membangun Gereja melibatkan warga beragama Muslim sehingga berkembangnya paham radikal seperti ISIS tidak perlu diikuti.
"Orang Maluku toleransinya tinggi, buktinya pelaksanaan MTQ nasional tahun lalu mendapat sambutan positif dan dukungan seluruh komponen masyarakat termasuk yang beragam Kristen dan sebaliknya untuk agenda Pesparawi nasional tahun ini, semua tamu yang datang diterima masyarakat Muslim maupun pemeluk agama lainnya," kata Efendy. (ant/bm 10)
"Islam tidak mengajarkan kekerasan, apalagi sampai harus melakukan pembunuhaan, maka sebagai langkah pencegahannya perlu ada upaya serius seluruh komponen bangsa dalam menanamkan pada masyarakat, terutama yang beragama muslim bahwa paham ISIS sebenarnya sangat bertentangan dengan dengan ajaran Islam," kata Efendy di Ambon, Senin.
Ia menambahkan bahwa umat muslim Maluku memiliki toleransi antarumat beragama yang sangat tinggi sehingga paham yang mengajarkan kekerasan itu tidak sesuai dengan kearifan lokal.
Menurut Efendy, masuknya paham itu lewat cara-cara doktrin ke masyarakat secara langsung maupun menggunakan kemajuan teknologi dan informasi harus diwaspadai.
Terutama karena sasarannya adalah seluruh warga masyarakat termasuk mahasiswa, pelajar, hingga anak-anak.
Diharapkan, masyarakat dapat lebih bijak menghadapi kemungkinan doktrin tersebut dan memperkuat ketahanan diri agar jangan sampai mudah dipengaruhi atau terhasut.
"Kehidupan adat dan budaya masyarakat Maluku berbeda dengan kondisi masyarakat di daerah lain dan kita di sini masih punya hubungan kekerabatan antara Islam dan Kristen jangan sampai dipengaruhi oleh masuknya paham-paham negatif yang sangat radikal seperti ISIS," ujarnya.
Hubungan kekerabatan antarwarga yang berbeda agama di Maluku disebut Efendy sangat kental dan merupakan warisan leluhur yang sudah berlangsung turun-temurun sehingga kondisi itu menggambarkan bahwa masyarakat Maluku menjunjung persatuan meski berbeda agama.
Belum lagi ada muatan lokal lainnya seperti tradisi kerja bakti membangun Masjid yang dibantu umat Kristen dan membangun Gereja melibatkan warga beragama Muslim sehingga berkembangnya paham radikal seperti ISIS tidak perlu diikuti.
"Orang Maluku toleransinya tinggi, buktinya pelaksanaan MTQ nasional tahun lalu mendapat sambutan positif dan dukungan seluruh komponen masyarakat termasuk yang beragam Kristen dan sebaliknya untuk agenda Pesparawi nasional tahun ini, semua tamu yang datang diterima masyarakat Muslim maupun pemeluk agama lainnya," kata Efendy. (ant/bm 10)