Ambon Semakin Krisis Air Bersih | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Ambon Semakin Krisis Air Bersih

Ambon - Berita Maluku. Kondisi kota Ambon, ibu kota provinsi Maluku saat ini diperhadapkan dengan masalah ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, karena kondisi sumber air yang semakin kritis.

"Kondisi sumber air yang ada di Kota Ambon sudah semakin kritis dan tidak mampu untuk memasok air bersih guna memenuhi kebutuhan masyarakat," kata pengamat dan praktisi lingkungan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr Jusmy D. Putuhena, MSi di Ambon, Senin (23/3/2015).

Penegasan Jusmy yang juga dosen pada Fakultas Pertanian Unpatti Ambon tersebut, disampaikan sebagai bentuk refleksi peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret.

Dia mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir kondisi beberapa sumber air di Kota Ambon, diantaranya kawasan air keluar, di Desa Kusu-Kusu yang merupakan salah satu sumber air dimanfaatkan perusahaan daerah air minum (PDAM) Ambon, debit airnya semakin kecil dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Begitu pun kawasan Air Besar di kecamatan Sirimau yang menjadi sumber air utama perusahaan Dream Sukses Airlindo (DSA) yang merupakan perusahaan patungan Pemkot Ambon dan Pemerintah Drenthe Belanda, juga mengalami hal yang sama.

"Saat ini pasokan kepada masyarakat sangat terbatas. Bahkan pada beberapa wilayah di pusat Kota Ambon air bersih dari PDAM Ambon hanya dialirkan satu hingga dua jam dan selebihnya mati atau tidak mengalir," katanya.

Hal ini disebabkan sebagian besar lokasi daerah aliran sungai (DAS) di ibu kota provinsi Maluku yang sebelumnya menjadi hutan dan areal penampung air telah berubah menjadi pemukiman, di samping aktivitas penebangan yang tidak terkendali.

Pusat Kota Ambon sendiri pasokan airnya diperoleh dari lima DAS yaitu DAS Batu Gantung, Batu Gajah, Wai Tomu, DAS Wae Ruhu dan DAS Batu Merah, sedangkan sisanya dari sumur pompa, sumur gali dan air hujan.

"Lima DAS yang berada di pusat kota Ambon ini dalam kondisi kritis karena debit airnya terus mengalami penurunan, sehingga tidak mampu memasok kebutuhan air bersih kepada masyarakat di Ambon," katanya.

Dia mengakui, sejauh ini PDAM maupun PT DSA hanya mampu memasok kebutuhan air bersih kepada 30 persen warga di Kota Ambon, itu pun dalam pasokan terbatas.

"Bahkan ada warga pada beberapa wilayah di Ambon yang memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan air hujan, atau membeli dari mobil tanki air, karena lokasinya belum terjangkau jaringan air bersih milik PDAM dan DSA," katanya.

Dia mencontohkan, kawasan Mangga Dua yang letaknya sangat dekat dengan sumber Air Keluar, di Desa Kusu-Kusu yang selama ini menjadi salah satu sumber air utama PDAM, saat ini memperoleh air bersih dua hari sekali.

"Bahkan pada kondisi tertentu bisa seminggu airnya tidak mengalir, sehingga alternatifnya warga harus membeli dari mobil tanki, padahal lokasinya sangat dekat dengan sumber air," ujar Jusmy yang meraih gelar doktor lingkungan, khususnya masalah air bersih tersebut.

Dia mengaku, sudah lama melakukan penelitian tentang kondisi lima DAS di Kota Ambon tersebut dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, di mana hasil penelitiannya dijadikan bahan desertasi utnuk meraih gelar doktor pada paskasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2013.

Dia mengatakan, laju pertumbuhan penduduk kota Ambon saat ini yang mencapai di atas tiga persen per tahun, juga turut berdampak alih fungsi kawasan tangkapan dan resapan air menjadi pemukiman.

Menurut dia, sejauh ini PDAM Ambon sudah melakukan perbaikan terhadap jaringan pipa distribusi air, tetapi belum mampu menambah sumber air baru, di samping perlu mengatasi tingkat kebocoran air yang cenderung terus meningkat mencapai 30 persen.

Dia juga menyarankan PDAM untuk melakukan peremajaan jaringan pipa distribusi, karena umumnya telah berusia tua dan sebagian besar sudah ada sejak jaman Belanda.

Selain itu, perlu dilakukan perbaikan pada kawasan hulu sungai, dengan melakukan penanaman kembali dengan tanaman bernilai ekonomis, selain kayu-kayuan, sehingga masyarakat sekitar juga bergairan dan mau memeliharanya, karena mendapatkan penghasilan tambahan jika tanaman tersebut berbuah.

Pemkot Ambon juga perlu bertindak tegas membongkar rumah atau pemukiman yang dibangun di daerah sekitar hulu sungai tanpa dilengkapi ijin membangun bangunan (IMB), di samping bekerja sama dengan kepada desa atau raja untuk mengawasi pembangunan di sekitar hulu sungai.

"Bila perlu Pemkot bertindak 'tangan besi' untuk menertibkan pemukiman yang terus menjamur di kawasan hulu sungai. Para kepala desa dan raja juga harus diberdayakan untuk mengawasinya, sehingga daerah tangkapan dan resapan air terus terpelihara," ujarnya.

Dia juga menyarankan Pemkot Ambon untuk melakukan pemindahan penduduk dari kawasan hulu sungai dan sekitar DAS ke wilayah yang cenderung masih jarang penduduknya atau daerah luar kota, sehingga tidak memberatkan daya dukung di pusat Kota Ambon yang semakin terbatas. (ant/bm 10)
Indeks 502091443223883902
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks