Ikan Asar, Dari Galala Sampai ke Belanda
http://www.beritamalukuonline.com/2015/02/ikan-asar-dari-galala-sampai-ke-belanda.html
Ambon - Berita Maluku. Ikan Asar Galala khas Kota Ambon, Provinsi Maluku, diminati hingga ke mancanegara karena bisa bertahan tidak basi sampai selama satu minggu.
Ikan asap diminati masyarakat Ambon maupun wisatawan domestik dan mancanegara, hingga kerap menjadi oleh-oleh khas untuk dibawa pulang, kata salah satu penjual ikan asap Galala, Merry Josep.
"Ikan asap merupakan kuliner khas yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Banyak wisatawan yang datang dari luar kota hingga luar negri khususnya Belanda mencari ikan ini untuk dibawa pulang," katanya, di Ambon, Sabtu.
Menurut dia, ikan asap bisa bertahan hingga lima hari setelah pengasapan, bahkan dapat mencapai satu minggu jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
"Setelah ikan ditangkap langsung diasap dari jam lima hingga delapan pagi. Saat diasapi kita mengolesi bumbu racikan dan minyak sayur agar bisa bertahan lama dan rasanya tetap enak meski disimpan di dalam lemari es," ujarnya.
Merry mengatakan, ikan asap Galala berbeda dengan ikan asap lainnya karena ikan yang digunakan adalah cakalang atau ikan tuna, yang merupakan hasil tangkapan para nelayan setempat. Di bagian tengah ikan disisipi bambu untuk membelah badan ikan, selain itu warna cokelat kemerah-merahan dari pembakaran.
"Kondisi ikan yang segar dan bersih dapat membuat ikan asap dapat bertahan hingga satu minggu," katanya.
Dalam sehari dirinya bersama pendagang lainnya bisa mengasap sekitar 20 - 30 ekor ikan, dan terjual 10 - 20 ekor. Meski belum tentu habis dalam satu hari.
"Jika stok ikan yang telah diasap habis baru kami asapi lagi agar dapat bertahan lama, yang terpenting kami tetap memperhatikan faktor kebersihan," tandasnya.
Harga ikan asap yang dijual, katanya mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per ekor. selain ikan pihaknya juga telah menyiapkan sambal yang disebut masyarakat setempat sebagai Colo-colo.
Colo-colo terdiri dari rempah-rempah seperti bawang, cabai rawit, tomat, jeruk nipis, daun seledri, dan kecap manis.
"Ikan asap cocok dinikmati dengan colo- colo agar makanan tersebut terasa lebih nikmat ketika disantap dengan nasi atau hidangan lainnya," kata Merry.
Ia mengakui, pihaknya bersyukur karena Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon memperhatikan fasilitas penunjang penjualan yakni saat ini para pedagang ditempatkan di Pusat Ikan asap.
Ke depan, kata Merry, pihaknya meminta pemkot untuk memfasilitasi kemasan ikan asap agar lebih baik dan menarik.
"Dahulu kami berjualan di tepi jalan dengan fasilitas seadanya yakni tenda yang kurang memadai jika musim huja, tetapi saat ini sangat baik dan nyaman bagi para pedagang," tandasnya. (ant/bm 10)
Ikan asap diminati masyarakat Ambon maupun wisatawan domestik dan mancanegara, hingga kerap menjadi oleh-oleh khas untuk dibawa pulang, kata salah satu penjual ikan asap Galala, Merry Josep.
"Ikan asap merupakan kuliner khas yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Banyak wisatawan yang datang dari luar kota hingga luar negri khususnya Belanda mencari ikan ini untuk dibawa pulang," katanya, di Ambon, Sabtu.
Menurut dia, ikan asap bisa bertahan hingga lima hari setelah pengasapan, bahkan dapat mencapai satu minggu jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
"Setelah ikan ditangkap langsung diasap dari jam lima hingga delapan pagi. Saat diasapi kita mengolesi bumbu racikan dan minyak sayur agar bisa bertahan lama dan rasanya tetap enak meski disimpan di dalam lemari es," ujarnya.
Merry mengatakan, ikan asap Galala berbeda dengan ikan asap lainnya karena ikan yang digunakan adalah cakalang atau ikan tuna, yang merupakan hasil tangkapan para nelayan setempat. Di bagian tengah ikan disisipi bambu untuk membelah badan ikan, selain itu warna cokelat kemerah-merahan dari pembakaran.
"Kondisi ikan yang segar dan bersih dapat membuat ikan asap dapat bertahan hingga satu minggu," katanya.
Dalam sehari dirinya bersama pendagang lainnya bisa mengasap sekitar 20 - 30 ekor ikan, dan terjual 10 - 20 ekor. Meski belum tentu habis dalam satu hari.
"Jika stok ikan yang telah diasap habis baru kami asapi lagi agar dapat bertahan lama, yang terpenting kami tetap memperhatikan faktor kebersihan," tandasnya.
Harga ikan asap yang dijual, katanya mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per ekor. selain ikan pihaknya juga telah menyiapkan sambal yang disebut masyarakat setempat sebagai Colo-colo.
Colo-colo terdiri dari rempah-rempah seperti bawang, cabai rawit, tomat, jeruk nipis, daun seledri, dan kecap manis.
"Ikan asap cocok dinikmati dengan colo- colo agar makanan tersebut terasa lebih nikmat ketika disantap dengan nasi atau hidangan lainnya," kata Merry.
Ia mengakui, pihaknya bersyukur karena Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon memperhatikan fasilitas penunjang penjualan yakni saat ini para pedagang ditempatkan di Pusat Ikan asap.
Ke depan, kata Merry, pihaknya meminta pemkot untuk memfasilitasi kemasan ikan asap agar lebih baik dan menarik.
"Dahulu kami berjualan di tepi jalan dengan fasilitas seadanya yakni tenda yang kurang memadai jika musim huja, tetapi saat ini sangat baik dan nyaman bagi para pedagang," tandasnya. (ant/bm 10)