Meski Mendapat Ancaman dari Menpan-RB, Pelayanan di RS dr. Haulussy Ambon Tetap Menyebalkan
http://www.beritamalukuonline.com/2015/01/meski-mendapat-ancaman-dari-menpan-rb.html
Pasien Menunggu Dokter di UGD, Tapi Tak Kunjung Datang
Ambon - Berita Maluku. Pelayanan di Rumah Sakit (RS) dr. Haulussy Ambon benar-benar menyebalkan keluarga pasien. Sebal, karena hampir dua hari pasien yang nginap di Unit Gawat Darurat (UGD) tak didatangi satu dokter pun. Padahal, keluarga pasien sangat membutuhkan dokter untuk segera menangani pasien yang berada dalam kondisi kritis.
Pasien yang merasa sakit pada bagian dada dengan kondisi yang kian merosot itu kemudian dibawa keluarganya ke UGD rumah sakit tersebut karena dianggap kritis pada Rabu malam, (15/1/2015).
Mereka berharap bisa cepat ditangani dokter, namun sayangnya pasien itu hanya ditangani oleh petugas jaga. Sampai Jumat pagi, (17/1/2015) pasien masih tetap dalam kondisi yang sama, hingga kemudian dipindahkan oleh petugas ke salah satu bilik kamar.
Hingga Jumat malam, saat ditemui awak media ini, pasien terlihat dalam kondisi kritis tapi herannya belum ada penanganan dari satu dokter pun.
Ketika ditanya, apakah kondisi pasien saat ini sudah lebih baik? Isteri dari pasien, sebut saja Siska (bukan nama sebenarnya) ini menggeleng kepala. Dia bilang, masih dalam kondisi yang sama sejak masuk ke sini.
"Kami diberi tau kalau nanti Senin, (19/1/2015) baru bisa ditangani dokter," sebut Siska yang tak tau kalau ia sedang ditanyak oleh wartawan.
Pasien yang tak kami sebutkan nama itu, terhitung hampir empat hari berada di RS. dr. Haulussy tapi belum ada penanganan dokter.
Melihat kondisi yang kritis begitu jika tidak ditangani sesegera oleh seorang dokter tentu sangat menyebalkan. Apalagi terlihat sang isteri yang berada dengan pasien terus mengipas-ngipas tubuh pasien yang merasa kepanasan karena kamar yang berada pada bagian paling belakang rumah sakit itu tak dilengkapi Air Conditioner (AC).
Menurut Siska, sampai malam ini (Jumat malam;red), pasien masih ditangani petugas rawat.
Siska mengaku, dirinya gelisah, merasa tidak nyaman karena suaminya belum ditangani dokter. Ia ingin segera mengetahui apa penyakit yang diderita suaminya, tapi yang penting adalah lebih cepat mendapatkan penanganan dari dokter. Siska tidak berharap lagi penanganan oleh petugas rawat, karena sampai saat ini suaminya belum juga berubah dari kondisinya semula.
"Maunya sih dokter yang menangani," harap Siska.
Ketika ditanya soal biaya rawat, Siska mengaku menggunakan kartu BPJS kesehatan, sebab pasien adalah seorang karyawan pada sebuah perusahaan.
Penggunaan kartu program pemerintah atau BPJS itu, diduga bisa merumitkan seorang pasien. Hal ini sering terjadi pada rumah-rumah sakit besar di ibukota Jakarta, dimana pasien yang menggunakan kartu program pemerintah, kebanyakan kurang mendapatkan pelayanan yang baik dari rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang membayar tunai.
Pelayanan rumah sakit terbesar di kota Ambon bahkan Provinsi seperti ini pernah didatangi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, Senin (12/1/2015) lalu saat kunjungannya dalam rangka Pencanangan Tahun Pelayanan Publik di kota Ambon.
Dalam kunjungan mendadaknya ke rumah sakit itu, Yuddy sempat kesal karena tidak menemukan satu pun petugas di dalam ruangan tersebut. Tak ada petugas seperti di ruang UGD hingga ke ruang BPJS kesehatan. (Baca kompas: http://regional.kompas.com/read/2015/01/12/13484161/Menteri.Ancam.Ganti.Kepala.RSUD.jika.Tak.Bisa.Benahi.Pelayanan)
Yuddy pun mengancam akan memberhentikan Kepala RSUD dr Haulussy Ambon, Justini Pawa, jika dalam tujuh bulan rumah sakit tidak segera dibenahi.
Meski sudah mendapat ancaman dari sang Menteri, sepertinya rumah sakit milik pemerintah daerah ini belum juga terlihat tanda-tanda adanya pembenahan terutama soal sistem pelayanan kepada para pasien yang berobat di sana. Terbukti, pasien dan keluarganya masih saja mengeluhkan pelayanan seperti yang dialami keluarga Siska ini.
Bisakah pelayanan di rumah sakit ini berubah dalam tujuh bulan? entahlah, karena meski sudah mendapat ancaman serius sang Menteri, tapi belum juga ada tanda-tanda perubahan, bahkan sangat menyebalkan. (bm 10)
Ambon - Berita Maluku. Pelayanan di Rumah Sakit (RS) dr. Haulussy Ambon benar-benar menyebalkan keluarga pasien. Sebal, karena hampir dua hari pasien yang nginap di Unit Gawat Darurat (UGD) tak didatangi satu dokter pun. Padahal, keluarga pasien sangat membutuhkan dokter untuk segera menangani pasien yang berada dalam kondisi kritis.
Pasien yang merasa sakit pada bagian dada dengan kondisi yang kian merosot itu kemudian dibawa keluarganya ke UGD rumah sakit tersebut karena dianggap kritis pada Rabu malam, (15/1/2015).
Mereka berharap bisa cepat ditangani dokter, namun sayangnya pasien itu hanya ditangani oleh petugas jaga. Sampai Jumat pagi, (17/1/2015) pasien masih tetap dalam kondisi yang sama, hingga kemudian dipindahkan oleh petugas ke salah satu bilik kamar.
Hingga Jumat malam, saat ditemui awak media ini, pasien terlihat dalam kondisi kritis tapi herannya belum ada penanganan dari satu dokter pun.
Ketika ditanya, apakah kondisi pasien saat ini sudah lebih baik? Isteri dari pasien, sebut saja Siska (bukan nama sebenarnya) ini menggeleng kepala. Dia bilang, masih dalam kondisi yang sama sejak masuk ke sini.
"Kami diberi tau kalau nanti Senin, (19/1/2015) baru bisa ditangani dokter," sebut Siska yang tak tau kalau ia sedang ditanyak oleh wartawan.
Pasien yang tak kami sebutkan nama itu, terhitung hampir empat hari berada di RS. dr. Haulussy tapi belum ada penanganan dokter.
Melihat kondisi yang kritis begitu jika tidak ditangani sesegera oleh seorang dokter tentu sangat menyebalkan. Apalagi terlihat sang isteri yang berada dengan pasien terus mengipas-ngipas tubuh pasien yang merasa kepanasan karena kamar yang berada pada bagian paling belakang rumah sakit itu tak dilengkapi Air Conditioner (AC).
Menurut Siska, sampai malam ini (Jumat malam;red), pasien masih ditangani petugas rawat.
Siska mengaku, dirinya gelisah, merasa tidak nyaman karena suaminya belum ditangani dokter. Ia ingin segera mengetahui apa penyakit yang diderita suaminya, tapi yang penting adalah lebih cepat mendapatkan penanganan dari dokter. Siska tidak berharap lagi penanganan oleh petugas rawat, karena sampai saat ini suaminya belum juga berubah dari kondisinya semula.
"Maunya sih dokter yang menangani," harap Siska.
Ketika ditanya soal biaya rawat, Siska mengaku menggunakan kartu BPJS kesehatan, sebab pasien adalah seorang karyawan pada sebuah perusahaan.
Penggunaan kartu program pemerintah atau BPJS itu, diduga bisa merumitkan seorang pasien. Hal ini sering terjadi pada rumah-rumah sakit besar di ibukota Jakarta, dimana pasien yang menggunakan kartu program pemerintah, kebanyakan kurang mendapatkan pelayanan yang baik dari rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang membayar tunai.
Pelayanan rumah sakit terbesar di kota Ambon bahkan Provinsi seperti ini pernah didatangi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi, Senin (12/1/2015) lalu saat kunjungannya dalam rangka Pencanangan Tahun Pelayanan Publik di kota Ambon.
Dalam kunjungan mendadaknya ke rumah sakit itu, Yuddy sempat kesal karena tidak menemukan satu pun petugas di dalam ruangan tersebut. Tak ada petugas seperti di ruang UGD hingga ke ruang BPJS kesehatan. (Baca kompas: http://regional.kompas.com/read/2015/01/12/13484161/Menteri.Ancam.Ganti.Kepala.RSUD.jika.Tak.Bisa.Benahi.Pelayanan)
Yuddy pun mengancam akan memberhentikan Kepala RSUD dr Haulussy Ambon, Justini Pawa, jika dalam tujuh bulan rumah sakit tidak segera dibenahi.
Meski sudah mendapat ancaman dari sang Menteri, sepertinya rumah sakit milik pemerintah daerah ini belum juga terlihat tanda-tanda adanya pembenahan terutama soal sistem pelayanan kepada para pasien yang berobat di sana. Terbukti, pasien dan keluarganya masih saja mengeluhkan pelayanan seperti yang dialami keluarga Siska ini.
Bisakah pelayanan di rumah sakit ini berubah dalam tujuh bulan? entahlah, karena meski sudah mendapat ancaman serius sang Menteri, tapi belum juga ada tanda-tanda perubahan, bahkan sangat menyebalkan. (bm 10)