Nona Ambon yang Jadi Host Cantik ’Jejak Petualang’ Trans7 TV dan TvOne | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Nona Ambon yang Jadi Host Cantik ’Jejak Petualang’ Trans7 TV dan TvOne

Ambon - Berita Maluku. Tak banyak anak muda asal Kota Ambon, Maluku, yang sukses di Jakarta setelah meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan studi di Ibu Kota Republik Indonesia. Di antara sedikit saja anak muda Ambon itu berjejer nama Chintya Tengens,21. Jika semasa kecil Chintya takut melihat hewan liar, kini setelah eksis sebagai presenter TV swasta Nasional, Nona Ambon ini begitu akrab dengan hewan-hewan buas. Butuh nyali khusus untuk ’menyatu’ dengan kehidupan di alam bebas di Nusantara.

Chintya adalah putri bungsu, dari empat bersaudara, pasangan Heygel Tengens dan Hilda Kastanya. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ambon tahun 2010, Chintya melanjutkan study ke London School di Jakarta. Kini dia sudah di semester akhir sekolah internasional tersebut. Di SMA Negeri 1 Ambon, Chintya adalah rekan seangkatan Elicohen Christellgo ‘Igo’ Pentury, jawara Indonesia Idol tahun 2010.

Ayah Chintya, Heygel Tengens mengisahkan, setelah menamatkan study di SMA Negeri 1 Ambon, putri bungsunya langsung melanjutkan study ke London School di Jakarta.

’’Saat masih semester awal di tahun 2012, Chintya sempat mengikuti kontes ’Miss Selebrity’ SCTV (Surya Citra Televisi) di Jakarta dan Bandung. Hebatnya, dari 200 orang peserta yang ikut audisi, Chintya masuk ke 10 besar,’’ kisah Heygel dalam suatu kesempatan di Ambon.

Di sela-sela kesibukan studynya, Chintya banyak membaca berita-berita online melalui ponsel maupun membuka lembar demi lembar dari buku-buku berisi kisah-kisah petualangan di alam terbuka. Kebiasaan positif itu akhirnya membuka cakrawala berpikir Chintya tentang alam sekitar, khususnya mengetahui lebih detail kehidupan flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di Indonesia.

Ketika datang tawaran dari manajemen Trans7 untuk program ’Jejak Petualang’, Chintya tak menolaknya. Ia merasa ada ’tantangan baru’ dalam kehidupan barunya setelah menginjakkan kaki di tanah Batavia, nama kuno Jakarta. Lekas-lekas gadis Gemini ini menerima ajakan gabung kru Trans7.

’’Menarik juga bisa mengelingi Indonesia dengan nuansa yang berbeda-beda di masing-masing daerah’’. Begitu yang terlintas di benak gadis kelahiran 13 Juni 1993.

Tantangan pertama, Chintya ditugaskan merambah kawasan Taman Nasional Wilayah II di Wasior, Papua. Dari awalnya takut hewan, setelah menginjakkan kaki di tanah Papua, Chintya tumbuh menjadi gadis pemberani dan perlahan-lahan mulai berteman akrab dengan hewan-hewan liar.
Pulang dari negeri paling Timur Indonesia itu, Chintya membawa pulang 3 ekor kadal dan 2 ekor kura-kura kecil ke dalam apartemennya di Jakarta untuk dipelihara. Alih-alih tak disita petugas, Chintya menyimpan hewan-hewan itu di dalam saku jaketnya.

Setelah ’menaklukkan’ alam Papua yang ganas, Chintya mendapat tugas baru ke Gunung Bromo, Jawa Timur. Melanjutkan ’kebiasaan’ terdahulu untuk memelihara hewan, sepulangnya dari Malang, Chintya ikut membawa pulang sepasang Musang yang dikirim melalui kereta api dan kemudian dijemput kerabatnya di stasion kereta api Senen, Jakarta. Ternyata tugas petulangan belum tuntas, sebab Chintya harus ke Kusawa.

Nah, di lokasi inilah gadis bermata sendu ini menunjukkan nyalinya memegang ular. Tak hanya itu, dengan santainya Chintya meliliti ular di lehernya. Woowww! Benar-benar merinding jika menyaksikan aksi Chintya dalam tayangan Trans7 waktu itu. Maklum saja, karena tak semua laki-laki berani memegang ular, apalagi sampai melilitinya di badan seperti yang dilakoni Chintya dalam program ’adu’ nyali ini. Pulang dari situ, nada ponsel Chintya kembali berdering.

’’Anda harus ke Toraja, besok!’’. ’’Oke!’’ ringkasnya membalas pesan tersebut.

Mendengar Toraja sama persis di mana kita tertantang menelisik kampung-kampung supranatural. Chintya ditugaskan mewawancarai Bupati setempat sampai melihat dari dekat kompleks perkuburan tua berusia di atas 200 tahun di negeri ’Totoraya’, sebutan adat Toraja.

Selama berada di bumi Tongkonan, sewaktu menyusuri satu per satu kuburan tua, Chintya sempat memegang tengkorak dan gigi manusia yang tersimpan rapi dalam kuburan tradisional setempat. Sukses menjalankan misi Trans7 TV, Chintya sempat memilih waktu jeda agar bisa menyibukkan diri dengan tugas-tugas perkuliahan.

Apalagi persaingan di London School relatif tinggi atmosfernya, terutama bagi lulusan-lulusan SMA yang datang dari kota kecil macam Ambon. Sesekali mengontak ibu dan kakak perempuannya di negeri nan jauh adalah bagian dari upaya melepas rindu pulang ke Ambon manise. Bak gayung bersambut.

Keberanian Chintya ’menaklukkan’ misteri alam bebas mengundang decak kagum manajemen Stasion Televise Swasta Nasional lain, TvOne. Masih dipercayakan memegang kendali microphone sebagai host, Chintya ditugaskan ke daerah-daerah tertinggal dan terpencil di Nusantara.

Pertama kali, Chintya ke Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, untuk mewawancarai Bupati Bonarang Situmeang. Dari bagian barat Indonesia, Chintya kembali bertolak ke bagian Tengah Indonesia, Toraja dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Misinya tetap sama, mewawancarai kepala daerah di dua wilayah terkait program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah terpencil. Sudah enam edisi program, TvOne menggunakan jasa Chintya untuk menaklukkan Indonesia melalui keberaniannya menembusi sekat-sekat alam, perbedaan latar belakang sosial, adat istiadat, maupun dunia magis yang penuh misteri.

Pada Kamis (9/10/2014), Chintya bersama tiga rekan lainnya dari Jakarta bertolak ke Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, Maluku. Datang ke tanah kelahirannya, Chintya ditugaskan meliput dan mengeksplorasi tradisi lokal dalam pembudidayaan dan pembukaan ’Sasi Ikan Lompa’ (sejenis ikan sardine). Sasi merupakan sistem perlindungan ekosistem yang berlaku di Maluku Tengah selama turun temurun. Selamat datang lai Nona Chintya! (rs)
Profil 236949876463984087
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks