<subtitle>In Memoriam Frits Ohoiulun,</subtitle> Spesialis Kisah Nyata Suara Maluku Itu Telah Tiada | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

In Memoriam Frits Ohoiulun, Spesialis Kisah Nyata Suara Maluku Itu Telah Tiada

’’Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang’’.


SAYA sempat mengucapkan kata-kata dorongan yang terambil dari kitab Amsal 17:22 ketika saya membesuk almarhum di ruangan VIP nomor 01 Rumah Sakit (RS) Sumber Hidup (dulu dikenal RS Gereja Protestan Maluku), Jalan Anthony Rebok, Ambon, sekira awal September 2014 lalu.

Waktu itu, saya tidak sendirian membesuk. Alih-alih menghibur almarhum, saya mengajak Markus ’Max’ Lainata, tenaga layout harian Pagi Ambon Ekspres (grup Jawa Pos di Ambon) untuk membesuk. Saya dan Max adalah mantan kru redaksi harian Suara Maluku sejak kurun 1999 hingga 2002.

Sebelum mewawancarai narasumber, saya dan Max sempat berdoa agar almarhum cepat pulih dari sakitnya. Sesekali saya menguatkan almarhum agar tidak membebani pikiran dengan hal-hal tak penting. Fokus saja pada pemulihan sakit.

Selang 3 hari kemudian, saya datang menjenguk almarhum dengan ditemani Tarsisius Lermatan, pemuka masyarakat Wowonda, Maluku Tenggara Barat (MTB), yang saat itu tengah sibuk mengurusi kepentingan pensiunnya di Ambon.

Meski secara organisatoris, saya, Max dan almarhum berbeda kamar dan manajemen, namun Etes---panggilan akrab kami yang yunior di harian Suara Maluku kepada almarhum--- tetap kami anggap sebagai kakak, panutan sekaligus orangtua kami.

Kakak Etes tak hanya memosisikan dirinya sebagai senior kami, tapi lebih dari itu, dia merupakan teladan bagi kami adik-adiknya. Semasa hidupnya, kakak Etes selalu menghubungi kami jika dia memerlukan bantuan untuk memublikasikan berita-berita sosial, hukum, politik dan kebudayaan yang berdampak luas bagi kedamaian maupun kesejahteraan rakyat di Maluku. Komentarnya pernah saya sisipkan dalam buku saya yang berjudul: ’’Maluku Barat Daya dan Politik Global Amerika Serikat’’ yang diterbitkan PT Grafika Indah, Sleman, Yogyakarta tahun 2012.

Setelah pensiun dari Dinas Pekerjaan Umum Maluku lebih kurang 5 tahun silam, kakak Etes lebih banyak memfokuskan diri sebagai narasumber menyangkut kepentingan masyarakat Seram Utara dan sekitarnya maupun kepentingan pendidikan di Ambon. Beberapa kali almarhum meminta saya dan mendiang Ricky Rumaruson (Redaktur Pelaksana harian Suara Maluku) untuk menulis berita-berita seputar karut marut pendidikan maupun keresahan masyarakat Seram Utara sampai Seram Timur di harian Rakyat Maluku (Grup Jawa Pos di Ambon) dan harian Suara Maluku. Saya dan (almarhum) Ricky Rumaruson memang menjadi langganan tetap ketika kakak Etes membutuhkan jasa kami memuat tanggapan-tanggapannya di Koran. Semangat kakak Etes memang terus menggelora meski mulai jarang ke kantor untuk menulis berita.

Keinginan Kakak Etes di akhir hayatnya agar kelak Seram Utara Raya mekar sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) di Maluku ternyata tak terwujud karena Allah Sang Pencita lebih dulu memanggilnya pulang menghadap Haribaan-Nya yang Kudus. Kakak Etes memang beberapa kali mengeluh sakit. Sewaktu perayaan Natal, 25 Desember 2013, saya diundang khusus ke rumah almarhum.

Biasanya ada paket khusus dari almarhum kepada saya, Jonathan Madiuw dan Petrus Oratmangun. Kami bertiga adalah mantan wartawan Suara Maluku yang gabung dengan harian Ambon Ekspres, akhir 2002.

Di mata almarhum, saya, Jonathan dan Petrus adalah adik-adiknya yang paling dibanggakan untuk meneruskan titah perjuangannya di ranah jurnalistik. Kebetulan sewaktu masih gabung di Suara Maluku, Kakak Etes, kakak Demy Hattu, om Max Aponno, bung Novi Pinontoan, Poly Joris, saya, Jonathan dan Petrus adalah para penulis rubrik ’Kisah Nyata’.

Tajuk tulisan Kisah Nyata dari almarhum yang tak pernah saya, Jonathan, Petrus dan rekan-rekan wartawan Suara Maluku lainnya lupakan, yakni ’’Tanah Goyang Gamalama, Ranjang Pun Bagoyang di Ternate’’. Kakak Etes memang spesialias Kisah Nyata yang diakui di zamannya. Kini si penulis Kisah Nyata itu telah tiada. Namun, karya, inspirasi dan motivasi sang penulis kisah nyata tetap mengabadi di hati kami adik-adiknya. Karya almarhum tak akan lekang ditelan waktu.

Almarhum yang didiagnosa mengidap penyakit diabetes, meninggal Senin pagi (13/10/2014) di rumahnya di kawasan OSM, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Almarhum meninggalkan istri dan dua putra. Selamat jalan Kakak Etes, Tuhan Yesus menantimu di Sorga. (rony samloy)
Pilihan 7221391425230191531
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks