Anos Yermias Sesalkan Pernyataan Staf Humas PT Inpex Masela Ltd
http://www.beritamalukuonline.com/2014/10/anos-yermias-sesalkan-pernyataan-staf.html?m=0
Minta Fredy Menayang Meminta Maaf ke Masyarakat MBD
Ambon - Berita Maluku. Komponen Pemuda Maluku Barat Daya (MBD) Anos Yermias mengaku kesal jika staf Humas PT Inpex Masela Limited, Fredy Menayang, benar-benar mengeluarkan pernyataan yang pada prinsipnya melecehkan masyarakat MBD terkait pembagian hasil pengelolaan minyak dan gas (Migas) abadi di Blok Masela, Kecamatan Babar Timur, MBD antara Pemerintah Kabupaten MTB dan Pemkab MBD.
Yermias yang juga Wakil Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Maluku mengimbau Menayang agar meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat MBD jika apa yang selama ini diinformasikan sebagian masyarakat benar-benar dilakukan staf Humas PT Inpex Masela Ltd tersebut.
’’Sebagai bagian dari komponen masyarakat MBD, saya sangat menyesalkan apa yang diinformasikan masyarakat tentang pernyataan pak (Fredy) Menayang sebagai staf Humas PT Inpex Masela Ltd saat Sosialisasi Program Inpex di salah satu hotel di Saumlaki, 29 Agustus 2014, yang diduga provokatif dan sangat melecehkan masyarakat MBD sebagai pemilik sah Blok Masela,’’ ungkap Yermias dalam jumpa pers di Ambon, Selasa (30/9/2014).
Melalui kesempatan itu, Yermias meminta manajemen PT Inpex Masela Ltd untuk merevisi kembali butir-butir kesepakatan dalam Memorandum of Understanting (MoU) yang ditandatangani perwakilan PT Inpex Masela Ltd dengan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) karena dari sisi lokasi, nama, dan kepemilikan, Blok Masela masuk wilayah administrasi Kabupaten MBD.
’’Sangat keliru jika MoU yang ditandatangani PT Inpex Masela Ltd dengan Pemkab MTB hanya menguntungkan pemerintah dan masyarakat MTB selama 5 tahun terakhir, sementara masyarakat MBD tidak kebagian apa-apa selama ini, padahal Blok Masela berada dan menjadi milik sah pemerintah dan masyarakat MBD. Benar, pipanisasi dan pembangunan sarana dan prasarana lepas pantai dilakukan di Adaut, Pulau Selaru, tapi Blok Masela merupakan milik MBD, bukan MTB,’’ tegasnya.
Dia menukas untuk apa Blok minyak dan gas (Migas) abadi diberi nama Blok Masela, sesuai nama Pulau Masela, Kecamatan Babar Timur, Kabupaten MBD, jika seluruh kegiatan eksplorasi hingga hampir masuk fase eksploitasi tidak membawa manfaat besar bagi masyarakat Masela khususnya dan warga MBD pada umumnya.
’’Dulu, orang dari Ambon mau ke MBD mereka sangat alergi, bahkan menolak keras jika ditugaskan di sana karena pembangunan jarang dilakukan di sana. Sekarang ketika TUHAN melimpahkan wilayah itu dengan Sumber Daya Alam yang melimpah, baik emas, Migas, fosfor, mangaan, kobalt, dan tembaga, orang mulai tertarik dengan MBD’’.
’’Salah satu contoh pihak yang tertarik dengan kemolekkan dan kekayaan alam MBD adalah Jepang. Dulu ketika Perang Dunia II di Asia Pasifik, wilayah MBD menjadi lokasi genosida tentara pendudukan Jepang di mana lebih kurang 700an penduduk Empelawas (MBD) dibantai tentara Jepang di Kali Tiwi. Luka masa lampau itu masih terasa hingga 70 tahun terakhir. Kini melalui PT Inpex Masela Ltd, pemerintah Jepang datang lagi ke MBD untuk berinvestasi, tapi sayangnya mereka melukai hati masyarakat MBD untuk kedua kali karena ternyata hasil pengelolaan Migas di Blok Abadi Masela tidak membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat MBD, tetapi membawa manfaat bagi penduduk lain,’’ kecamnya.
Meski sebagai pemilik sah Blok Masela, aku Yermias, PT Inpex Masela Ltd telah menerapkan praktik diskriminasi terhadap masyarakat MBD.
’’Kalau memangnya pengelolaan Migas ini hanya untuk mengenyangkan perut pemerintah dan masyarakat MTB, ganti saja Blok Masela dengan Blok Adaut atau Blok Selaru. Daripada pakai Blok Masela, tapi hasilnya untuk masyarakat Selaru dan MTB. Ini merupakan bagian dari pembohongan dan penjajahan gaya baru yang dilakukan PT Inpex Masela Ltd terhadap masyarakat MBD,’’ tegasnya.
Sementara itu ketika dikonfirmasi Selasa siang (30/9/2014), Humas PT Inpex Masela Ltd Fredy Menayang masih tetap menampik informasi miring tersebut.
’’Saya coba call Bung Rony (Samloy) tak tak diangkat-angkat. Maaf, bukan 8 kali, tapi 11 kali saya telepon ke bung Rony dari tanggal 29 September 2014 siang, sore, malam, sampai ke 30 September 2014 pagi, siang, tapi tidak diangkat’’.
’’Prinsipnya itu fitnah. Saya tidak pernah dan tidak akan pernah berbicara seperti itu. Saya sangat tahu perasaan para pemuka masyarakat MBD di Ambon,’’ kunci Menayang. (bm01/bm12)
Yermias yang juga Wakil Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Maluku mengimbau Menayang agar meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat MBD jika apa yang selama ini diinformasikan sebagian masyarakat benar-benar dilakukan staf Humas PT Inpex Masela Ltd tersebut.
’’Sebagai bagian dari komponen masyarakat MBD, saya sangat menyesalkan apa yang diinformasikan masyarakat tentang pernyataan pak (Fredy) Menayang sebagai staf Humas PT Inpex Masela Ltd saat Sosialisasi Program Inpex di salah satu hotel di Saumlaki, 29 Agustus 2014, yang diduga provokatif dan sangat melecehkan masyarakat MBD sebagai pemilik sah Blok Masela,’’ ungkap Yermias dalam jumpa pers di Ambon, Selasa (30/9/2014).
Melalui kesempatan itu, Yermias meminta manajemen PT Inpex Masela Ltd untuk merevisi kembali butir-butir kesepakatan dalam Memorandum of Understanting (MoU) yang ditandatangani perwakilan PT Inpex Masela Ltd dengan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) karena dari sisi lokasi, nama, dan kepemilikan, Blok Masela masuk wilayah administrasi Kabupaten MBD.
’’Sangat keliru jika MoU yang ditandatangani PT Inpex Masela Ltd dengan Pemkab MTB hanya menguntungkan pemerintah dan masyarakat MTB selama 5 tahun terakhir, sementara masyarakat MBD tidak kebagian apa-apa selama ini, padahal Blok Masela berada dan menjadi milik sah pemerintah dan masyarakat MBD. Benar, pipanisasi dan pembangunan sarana dan prasarana lepas pantai dilakukan di Adaut, Pulau Selaru, tapi Blok Masela merupakan milik MBD, bukan MTB,’’ tegasnya.
Dia menukas untuk apa Blok minyak dan gas (Migas) abadi diberi nama Blok Masela, sesuai nama Pulau Masela, Kecamatan Babar Timur, Kabupaten MBD, jika seluruh kegiatan eksplorasi hingga hampir masuk fase eksploitasi tidak membawa manfaat besar bagi masyarakat Masela khususnya dan warga MBD pada umumnya.
’’Dulu, orang dari Ambon mau ke MBD mereka sangat alergi, bahkan menolak keras jika ditugaskan di sana karena pembangunan jarang dilakukan di sana. Sekarang ketika TUHAN melimpahkan wilayah itu dengan Sumber Daya Alam yang melimpah, baik emas, Migas, fosfor, mangaan, kobalt, dan tembaga, orang mulai tertarik dengan MBD’’.
’’Salah satu contoh pihak yang tertarik dengan kemolekkan dan kekayaan alam MBD adalah Jepang. Dulu ketika Perang Dunia II di Asia Pasifik, wilayah MBD menjadi lokasi genosida tentara pendudukan Jepang di mana lebih kurang 700an penduduk Empelawas (MBD) dibantai tentara Jepang di Kali Tiwi. Luka masa lampau itu masih terasa hingga 70 tahun terakhir. Kini melalui PT Inpex Masela Ltd, pemerintah Jepang datang lagi ke MBD untuk berinvestasi, tapi sayangnya mereka melukai hati masyarakat MBD untuk kedua kali karena ternyata hasil pengelolaan Migas di Blok Abadi Masela tidak membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat MBD, tetapi membawa manfaat bagi penduduk lain,’’ kecamnya.
Meski sebagai pemilik sah Blok Masela, aku Yermias, PT Inpex Masela Ltd telah menerapkan praktik diskriminasi terhadap masyarakat MBD.
’’Kalau memangnya pengelolaan Migas ini hanya untuk mengenyangkan perut pemerintah dan masyarakat MTB, ganti saja Blok Masela dengan Blok Adaut atau Blok Selaru. Daripada pakai Blok Masela, tapi hasilnya untuk masyarakat Selaru dan MTB. Ini merupakan bagian dari pembohongan dan penjajahan gaya baru yang dilakukan PT Inpex Masela Ltd terhadap masyarakat MBD,’’ tegasnya.
Sementara itu ketika dikonfirmasi Selasa siang (30/9/2014), Humas PT Inpex Masela Ltd Fredy Menayang masih tetap menampik informasi miring tersebut.
’’Saya coba call Bung Rony (Samloy) tak tak diangkat-angkat. Maaf, bukan 8 kali, tapi 11 kali saya telepon ke bung Rony dari tanggal 29 September 2014 siang, sore, malam, sampai ke 30 September 2014 pagi, siang, tapi tidak diangkat’’.
’’Prinsipnya itu fitnah. Saya tidak pernah dan tidak akan pernah berbicara seperti itu. Saya sangat tahu perasaan para pemuka masyarakat MBD di Ambon,’’ kunci Menayang. (bm01/bm12)