<subtitle>Spirit Perjuangan Christina Tiahahu di Maluku,</subtitle> Jadi Ilham Perlawanan Kaum Perempuan Lain di Indonesia dan Dunia | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Spirit Perjuangan Christina Tiahahu di Maluku, Jadi Ilham Perlawanan Kaum Perempuan Lain di Indonesia dan Dunia

Ambon - Berita Maluku. Sudah sejak abad 12, Maluku menjadi poros maritim dunia. Penjelajahan bangsa-bangsa lain dari Persia, Gujarat (India), China, Spanyol, Portugis, Belanda, dan Jepang semata-mata bukan mencari Nusantara, tapi mencari kepulauan tersembunyi di bawah awan bernama Maluku, yang kaya cengkih dan pala.

Munculnya penjajahan di Indonesia selama lebih kurang 400 disebabkan cengkih dan pala Maluku yang ketika itu menjadi rebutan bangsa lain di dunia.

’’Sejak abad 12, Maluku menjadi inspirasi bagi bangkitnya peradaban dunia. Peta pertama di dunia dengan empat segi pertama kali dibuat karena pelaut-pelaut Eropa ingin mencari Kepulauan rempah-rempah, Maluku. Bank modern pertama didirikan juga karena perdagangan hasil kekayaan alam Maluku,’’ kata Engelina Pattiasina dalam Seminar Sehari bertajuk ’’Spirit Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu untuk Kemanusiaan dan Keadilan bagi Maluku di Abad 21 di Hotel Manise Ambon, Senin (1/9/2014).

Seminar itu menghadirkan tiga narasumber, yakni Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury, Profesor Mus Huliselan (sejarahwan Maluku) dan Doktor Maryam Sangadji dari Fakultas Ekonomi Universitas Patttimura.

’’Enrique, merupakan navigator pertama di dunia yang ikut dalam pelayaran Magelhans dalam petualangan dari Eropa ingin ke Maluku. Sekarang ini kita harus berhati-hati, karena Malaysia mulai mengklaim Enrique sebagai orang Malaka. Maluku dan Malaka kan tak berbeda jauh dari penyebutan katanya. Ini terpulang kepada kita semua, terutama Pemerintah Provinsi Maluku untuk mendaftarkan Jalur Perdagangan Rempah-rempah Dunia, Manusela, dan situs peninggalan dunia lain di Maluku ke Unesco (Lembaga PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan). Di Jawa, mereka sudah daftarkan Jalur Sutera sebagai warisan dunia ke PBB. Kita saja yang belum melakukan hal itu,’’ ungkap Perintis Gerakan Maluku Kaya itu.

Pattiasina menjabarkan sejak dulu hingga abad 21, Maluku sangat kaya.

’’Maluku memang sangat kaya dan menjadi rebutan Negara-negara di dunia. Ada gas abadi di Blok Masela, cadangan minyak bumi terbesar di blok Selaru dan Babar, kobalt (bahan pembuat pesawat ruang angkasa) di laut Teon Nila Serua (TNS), emas di Romang, Wetar, Buru, dan kekayaan alam lainnya di seluruh Maluku. Kontrak perjanjian Blok Masela sudah diperpanjang (pada tahun 2014) sebelum 2018, dan ini melanggar prinsip-prinsip perjanjian pertambangan. Kita kaya, tapi sesuai laporan Sensus Ekonomi Nasional tahun 2013, Maluku provinsi termiskin nomor 4 di Indonesia, pendidikan Maluku peringkat 32 dari 34 provinsi di Tanah Air, dan angka kematian ibu hamil di Maluku termasuk tertinggi di Indonesia. Pemerintah kita di sini bikin apa saja. Mau keluarkan Rp 30 juta untuk bikin seminar saja susah, padahal anggaran itu sangat kecil. Kini semua terpulang pemimpin daerah ini,’’ jabarnya.
Maluku, lanjut Pattiasina, juga punya peranan penting dalam konfigurasi politik global di abad ini.

’’Maluku dan Papua merupakan lahan pertarungan politik dunia antara dua kekuatan politik terbesar, Amerika Serikat dan China. Timor Leste itu tidak bisa dianggap kecil, tak punya sumber daya alam. Tapi, jangan lupa kalau Timor Leste merupakan titik terjauh dari radar militer China untuk memantau setiap pergerakkan Armada Perang VII AS di Pasifik Selatan. Karena itu, kalau Presiden terpilih Pak Jokowi mau buat Poros Maritim di Bagian Barat Indonesia, itu keliru. Poros Maritim dunia itu ada di Maluku, bukan di daerah lain. Saya sementara buat buku tentang Maluku dan Papua, baru bab satu. Kalau sudah jadi, saya akan berikan ini ke Pak Jokowi sebagai referensi untuk menjadikan Maluku sebagai Poros Maritim dunia,’’ ulasnya.

SPIRIT PERJUANGAN UNIVERSAL

Pattiasina menguraikan Martha Christina Tiahahu (CT) yang lahir pada 4 Januari 1800 dan wafat pada 2 Januari 1818, merupakan pejuang keadilan dan kemanusiaan Maluku yang spirit perjuangannya sangat universal. Dalam sejumlah riset, Martha CT termasuk figur sentral dalam perjuangan rakyat Maluku melawan penjajahan sosial, ekonomi dan perbudakan dari kolonialis Belanda tahun 1817 di Maluku.

’’Waktu kehabisan peluru, Martha CT yang pertama kali melempari tentara Belanda dengan batu. Spirit perjuangan Martha CT yang universal mengilhami perang gerilya Cut Nyak Dien (1873-1905), perlawanan gerilya Cut Meutia dan Pocut Meurah Intan melawan penjajahan Belanda akhir abad 19 di hutan-hutan Aceh. Ilham perjuangan itu juga lahir dalam gerakan emansipasi Habis Gelap, Terbitlah Terang Kartini di Jepara abad 20 hingga gerakan Hak Azasi Manusia (HAM) The Voice of Hope Aung San Suu Kyi sejak tahun 1988 di Birma’’.

’’Sayangnya perjuangan Martha CT yang begitu fenomenal pada zamannya bahkan menembus hingga ke abad 21, secara nasional belum mendapat pengakuan dan penghargaan yang sesuai. Maluku akan lebih terhormat apabila hari lahir Martha CT juga dicantumkan dalam kalender nasional dan diperingati oleh seluruh sekolah-sekolah di Indonesia dengan berbusana Maluku. Harus kita ketahui bahwa perjuangan Kartini adalah untuk mengangkat harkat kaum perempuan Jawa, bukan perempuan Nusantara. Perlawanan Martha CT terhadap Belanda adalah perjuangan melawan perbudakan, kemanusiaan dan keadilan secara global lingkupnya dunia,’’ ulasnya.

Pattiasina melanjutkan, spirit perjuangan Martha CT merupakan jejak panjang dari perjuangan manusia untuk keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan.

’’Martha CT adalah corner-stone di Asia bidang emansipasi dan kesetaraan gender, bahwa pria-perempuan merupakan mitra strategis dan setara dalam perjuangan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, usianya masih sangat belia, namun memiliki karakter pejuang, gigih,melawan penjajahan dan perbudakan. Spirit itu menjadi inspirasi bagi perjuangan Imam Bonjol, Perang Paderi di Sumatera Barat, perang Diponegoro (1825-1830) di Jawa, perlawanan rakyat Bone (1825), perlawanan rakyat Bali (1846), perlawanan rakyat Nias (1847), perlawanan rakyat Jambi (1834, 1858), perlawanan rakyat Palembang (1818, 1849), dan perlawanan rakyat Flores (1838),’’ tulisnya. (rony samloy)
Utama 3390266581634579886
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks