Puluhan Tahun, Desa Waloy Belum Tersentuh Listrik
http://www.beritamalukuonline.com/2014/09/puluhan-tahun-desa-waloy-belum.html?m=0
Namlea - Berita Maluku. Sungguh memprihatinkan, sudah puluhan tahun sampai saat ini Dusun Walutmuput dan Dusun Walmede, Desa Waloy, yang berada di Kecamatan Lolongkuba, Kabupaten Buru, belum ada sarana penerangan listrik dari PLN, padahal jarak desa ini tak jauh dari Namlea, ibukota Kabupaten Buru.
Abdurahman Batpoti, salah seorang tokoh masyarakat kepada Berita Maluku.Com, Minggu (28/9) mengatakan, Pemda Buru sebagai perwakilan pemerintah terkesan tidak mempedulikan keberadaan masyarakat setempat.
Menurutnya, sejak kabupaten ini dimekarkan lebih dari satu dekade ini, sarana publik seperti penerangan dari perusahaan listrik negara yang menjadi kebutuhan primer masyarakat belum juga terhubung ke desa ini, akibatnya masyarakat masih mengalami keterbelakangan terutama untuk anak-anak usia pelajar lantaran tiap hari tak dapat penerangan yang cukup untuk belajar dan lainnya.
Mewakili warga desa setempat, Batpoti menyatakan kekesalannya. Dia mengatakan, Waloy merupakan salah satu desa adat, dan bahkan letaknya tak jauh dari pusat ibukota kabupaten, Kenapa desa ini tidak dialiri listrik, padahal warga pendatang yang tinggal di sejumlah desa transmigran ketika tiba di kabupaten ini langsung mendapat pelayanan listrik dari PLN.
“Ini yang menjadi keluhan kami. Masa desa transmigran yang datang dan baru seumur jagung sudah menikmati listrik. Terus terang kita ini merasa minder karena terkesan kita dianaktirikan. Padahal Pusat Listrik ada di Mako, tak jauh dari sini. Mungkin memakan waktu 20 menit, kan aneh jika listrik belum sampai di desa kita,” kesalnya.
Batpoti mengatakan, selama ini mereka bagaikan tinggal di belantara hutan, karena tiap malam hanya menggunakan lampu pelita, bahkan sesekali mereka tidur lebih awal karena kesulitan mendapatkan minyak tanah untuk menghidupi lampu pelita tersebut.
Dirinya meminta Pemda Buru segera menyikapi hal ini sehingga warga yang tinggal di dua dusun Desa Waloy dapat menikmati sarana penerangan dari perusahaan listrik negara tersebut dan tidak memunculkan kecemburuan sosial yang berkepanjangan. (D/e)
Abdurahman Batpoti, salah seorang tokoh masyarakat kepada Berita Maluku.Com, Minggu (28/9) mengatakan, Pemda Buru sebagai perwakilan pemerintah terkesan tidak mempedulikan keberadaan masyarakat setempat.
Menurutnya, sejak kabupaten ini dimekarkan lebih dari satu dekade ini, sarana publik seperti penerangan dari perusahaan listrik negara yang menjadi kebutuhan primer masyarakat belum juga terhubung ke desa ini, akibatnya masyarakat masih mengalami keterbelakangan terutama untuk anak-anak usia pelajar lantaran tiap hari tak dapat penerangan yang cukup untuk belajar dan lainnya.
Mewakili warga desa setempat, Batpoti menyatakan kekesalannya. Dia mengatakan, Waloy merupakan salah satu desa adat, dan bahkan letaknya tak jauh dari pusat ibukota kabupaten, Kenapa desa ini tidak dialiri listrik, padahal warga pendatang yang tinggal di sejumlah desa transmigran ketika tiba di kabupaten ini langsung mendapat pelayanan listrik dari PLN.
“Ini yang menjadi keluhan kami. Masa desa transmigran yang datang dan baru seumur jagung sudah menikmati listrik. Terus terang kita ini merasa minder karena terkesan kita dianaktirikan. Padahal Pusat Listrik ada di Mako, tak jauh dari sini. Mungkin memakan waktu 20 menit, kan aneh jika listrik belum sampai di desa kita,” kesalnya.
Batpoti mengatakan, selama ini mereka bagaikan tinggal di belantara hutan, karena tiap malam hanya menggunakan lampu pelita, bahkan sesekali mereka tidur lebih awal karena kesulitan mendapatkan minyak tanah untuk menghidupi lampu pelita tersebut.
Dirinya meminta Pemda Buru segera menyikapi hal ini sehingga warga yang tinggal di dua dusun Desa Waloy dapat menikmati sarana penerangan dari perusahaan listrik negara tersebut dan tidak memunculkan kecemburuan sosial yang berkepanjangan. (D/e)