Gema MBD Mesti Malu dan Berterima Kasih ke Nelson Lethulur
http://www.beritamalukuonline.com/2014/08/gema-mbd-mesti-malu-dan-berterima-kasih.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Pernyataan keras Nelson Letulur yang menantang Bupati Maluku Barat Daya Barnabas Nataniel Orno untuk beradu pendapat dan fisik akhirnya berbuntut pada aksi pemukulan terhadap dirinya yang diduga dilakukan orang-orang suruhan Francois Orno, anggota DPRD Maluku yang juga adik kandung Barnabas Orno.
Untuk kasus ini terjadi silang pendapat antara Gerakan Mahasiswa Maluku Barat Daya (Gema-MBD) dan tokoh pemuda MBD di Kupang, Nusa Tenggara Timur Yesayas Petrusz.
Saat jumpa pers di Ambon, Jumat (31/7/2014) Gema MBD mendesak Lethulur agar meminta maaf kepada Bupati Orno menyusul pernyataan Lethulur yang mendesak Kejaksaan Tinggi Maluku dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia segera menangkap dan memenjarakan penguasa MBD itu karena dugaan kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) MBD senilai Rp 16, 3 miliar lebih dalam tahun anggaran 2012/13.
’’Saya kira, pengancaman yang disampaikan Lethulur melalui media belum lama ini, bukan menyerang harga diri Bupati MBD (Barnabas Orno) tetapi juga masyarakat MBD secara keseluruhan. Untuk itu, Lethulur harus segera meminta maaf kepada bupati sekaligus masyarakat MBD,” tekan Ketua Gema MBD, Frangklin Dahaklory.
Gema MBD berpendapat apapun kasus hukum yang sementara membekap Barnabas Orno, biarlah itu ditangani oleh lembaga hukum terkait.
’’Biarlah kasus itu ditangani oleh lembaga yang berkompeten, tidak usah dipolitisasi dan disuarakan melalui media massa oleh Lethulur seolah-olah dia itu aparat hukum atau lembaga pemerhati korupsi di daerah,'' tandasnya.
’’Apa sih kapasitas Lethulur sehingga menyuarakan kasus bupati MBD. Khan proses ini tengah ditangani pihak penegak hukum. Lagipula Lethulur itu bukan orang orang MBD. Apa kepentingannya, dan siapa di balik semua ini,” tantangnya.
Gema MBD juga menggingatkan seluruh pihak agar kasus pemukulan terhadap Nelson Lethulur pada Jumat sore (25/7) lalu di rumah kopi Joas tidak dikait-kaitkan dengan Bupati MBD Barnabas Orno. Sebab, bela dia, Bupati Orno tengah mengikuti Lemhanas di Jakarta, sehingga tidak tahu menahu dengan kasus pemukulan tersebut.
’’Bupati lagi ikut Lemhanas di Jakarta, jadi jangan kaitkan masalah pemukulan Lethulur dengan Bupati MBD,” tepisnya.
Menanggapi hal itu, salah satu kerabat dekat Nelson Lethulur, Morthen Lethulur menyesalkan pernyataan Gema MBD yang terkesan membela Bupati MBD dan tidak menunjukkan kekritisan atas kasus yang tengah terjadi.
’’Yang menjadi korban dalam kasus ini adalah saudara saya Nelson Lethulur. Jangan membela kesalahan pejabat karena dapat fasilitasi sekolah lanjut dan akomodasi lainnya’’.
’’Sebelum pemukulan kan ada SMS yang mengundang saudara saya itu untuk hadir di rumah kopi Joas untuk membicarakan komentarnya di media massa. Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi dan kami keluarga akan tetap memantaunya terus,'' kata Morthen.
Morthen juga menampik tudingan Gema MBD kalau Nelson tak punya kapasitas untuk mengomentari kasus korupsi apapun.
’’Selain mantan fungsionaris KNPI Maluku, Nelson juga berkaspasitas sebagai Sekretaris Parlemen Watch Indonesia (PWI) Maluku dan selama ini banyak berperan dalam mendorong kasus-kasus korupsi untuk ditangani oleh lembaga penyidik. Harusnya Gema MBD malu dan meminta maaf ke Nelson karena meski orang MTB tapi mau menyuarakan kepentingan masyarakat MBD,’’ paparnya.
Morthen berharap kasus dugaan korupsi APBD MBD yang ikut menyeret Bupati Orno dapat berproses dengan baik dan tidak memakan waktu yang terlalu lama agar korupsi bisa diberantas di bumi Indonesia termasuk di MBD.
Senada dengan itu, Yesayas Petrusz, menyatakan seharusnya masyarakat MBD meminta maaf kepada Lethulur akibat ulah premanisme yang dipertotonkan orang-orang dekat Francois Orno di Ambon.
''Orang MBD itu sopan dan santun, jauh dari kekerasan, tetapi saya heran, kenapa belakangan ini ada elite-elite penguasa yang mulai menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah,'' herannya.
Yesayas lantas menyinggung kasus penikaman terhadap Orlando Oyang Petrusz, salah satu sauduaranya yang diduga dilakukan oleh orang suruhan yang ada hubungannya dengan salah satu adik dari Bupati MBD Barnabas Nataniel Orno pada 25 April 2012 lalu.
Sayangnya kasus penganiayaan dan penikaman itu tak becus ditangani oleh pihak kepolisian sehingga kekerasan yang sama kembali terjadi.
Pemuka masyarakat MBD di Ambon Herman Siamiloy menyesalkan sikap Gema MBD yang tidak proporsional dan tak objektif memandang kasus penganiayaan Lethulur.
’’Kalau mahasiswa MBD sudah dijadikan alat tawar menawar kekuasaan dan bemper pejabat, celaka sudah sebab masyarakat mau harapkan siapa lagi untuk menyuarakan kepentingan mereka,’’ sesalnya. (bm 012/bm06/bm03)
Untuk kasus ini terjadi silang pendapat antara Gerakan Mahasiswa Maluku Barat Daya (Gema-MBD) dan tokoh pemuda MBD di Kupang, Nusa Tenggara Timur Yesayas Petrusz.
Saat jumpa pers di Ambon, Jumat (31/7/2014) Gema MBD mendesak Lethulur agar meminta maaf kepada Bupati Orno menyusul pernyataan Lethulur yang mendesak Kejaksaan Tinggi Maluku dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia segera menangkap dan memenjarakan penguasa MBD itu karena dugaan kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) MBD senilai Rp 16, 3 miliar lebih dalam tahun anggaran 2012/13.
’’Saya kira, pengancaman yang disampaikan Lethulur melalui media belum lama ini, bukan menyerang harga diri Bupati MBD (Barnabas Orno) tetapi juga masyarakat MBD secara keseluruhan. Untuk itu, Lethulur harus segera meminta maaf kepada bupati sekaligus masyarakat MBD,” tekan Ketua Gema MBD, Frangklin Dahaklory.
Gema MBD berpendapat apapun kasus hukum yang sementara membekap Barnabas Orno, biarlah itu ditangani oleh lembaga hukum terkait.
’’Biarlah kasus itu ditangani oleh lembaga yang berkompeten, tidak usah dipolitisasi dan disuarakan melalui media massa oleh Lethulur seolah-olah dia itu aparat hukum atau lembaga pemerhati korupsi di daerah,'' tandasnya.
’’Apa sih kapasitas Lethulur sehingga menyuarakan kasus bupati MBD. Khan proses ini tengah ditangani pihak penegak hukum. Lagipula Lethulur itu bukan orang orang MBD. Apa kepentingannya, dan siapa di balik semua ini,” tantangnya.
Gema MBD juga menggingatkan seluruh pihak agar kasus pemukulan terhadap Nelson Lethulur pada Jumat sore (25/7) lalu di rumah kopi Joas tidak dikait-kaitkan dengan Bupati MBD Barnabas Orno. Sebab, bela dia, Bupati Orno tengah mengikuti Lemhanas di Jakarta, sehingga tidak tahu menahu dengan kasus pemukulan tersebut.
’’Bupati lagi ikut Lemhanas di Jakarta, jadi jangan kaitkan masalah pemukulan Lethulur dengan Bupati MBD,” tepisnya.
Menanggapi hal itu, salah satu kerabat dekat Nelson Lethulur, Morthen Lethulur menyesalkan pernyataan Gema MBD yang terkesan membela Bupati MBD dan tidak menunjukkan kekritisan atas kasus yang tengah terjadi.
’’Yang menjadi korban dalam kasus ini adalah saudara saya Nelson Lethulur. Jangan membela kesalahan pejabat karena dapat fasilitasi sekolah lanjut dan akomodasi lainnya’’.
’’Sebelum pemukulan kan ada SMS yang mengundang saudara saya itu untuk hadir di rumah kopi Joas untuk membicarakan komentarnya di media massa. Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi dan kami keluarga akan tetap memantaunya terus,'' kata Morthen.
Morthen juga menampik tudingan Gema MBD kalau Nelson tak punya kapasitas untuk mengomentari kasus korupsi apapun.
’’Selain mantan fungsionaris KNPI Maluku, Nelson juga berkaspasitas sebagai Sekretaris Parlemen Watch Indonesia (PWI) Maluku dan selama ini banyak berperan dalam mendorong kasus-kasus korupsi untuk ditangani oleh lembaga penyidik. Harusnya Gema MBD malu dan meminta maaf ke Nelson karena meski orang MTB tapi mau menyuarakan kepentingan masyarakat MBD,’’ paparnya.
Morthen berharap kasus dugaan korupsi APBD MBD yang ikut menyeret Bupati Orno dapat berproses dengan baik dan tidak memakan waktu yang terlalu lama agar korupsi bisa diberantas di bumi Indonesia termasuk di MBD.
Senada dengan itu, Yesayas Petrusz, menyatakan seharusnya masyarakat MBD meminta maaf kepada Lethulur akibat ulah premanisme yang dipertotonkan orang-orang dekat Francois Orno di Ambon.
''Orang MBD itu sopan dan santun, jauh dari kekerasan, tetapi saya heran, kenapa belakangan ini ada elite-elite penguasa yang mulai menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah,'' herannya.
Yesayas lantas menyinggung kasus penikaman terhadap Orlando Oyang Petrusz, salah satu sauduaranya yang diduga dilakukan oleh orang suruhan yang ada hubungannya dengan salah satu adik dari Bupati MBD Barnabas Nataniel Orno pada 25 April 2012 lalu.
Sayangnya kasus penganiayaan dan penikaman itu tak becus ditangani oleh pihak kepolisian sehingga kekerasan yang sama kembali terjadi.
Pemuka masyarakat MBD di Ambon Herman Siamiloy menyesalkan sikap Gema MBD yang tidak proporsional dan tak objektif memandang kasus penganiayaan Lethulur.
’’Kalau mahasiswa MBD sudah dijadikan alat tawar menawar kekuasaan dan bemper pejabat, celaka sudah sebab masyarakat mau harapkan siapa lagi untuk menyuarakan kepentingan mereka,’’ sesalnya. (bm 012/bm06/bm03)