Sejumlah ABG Tewas Selama Konvoi Fan Belanda di Ambon
http://www.beritamalukuonline.com/2014/07/sejumlah-abg-tewas-selama-konvoi-fan.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Euforia Piala Dunia di Ambon, Maluku, kerap disalahartikan banyak warga di Provinsi Seribu Pulau. Tujuan sepakbola untuk membangun persaudaraan sejati, menegakkan peradaban dan menghilangkan rasisme justru dijungkirbalikkan maknanya sebagai medium menciptakan permusuhan dan perbencian di antara kelompok masyarakat.
Maklum saja, Ambon dan sebagian wilayah Maluku baru pulih akibat krisis kemanusiaan beberapa tahun silam. Saking fanatiknya orang Ambon dan sebagian besar penduduk Maluku terhadap timnas Belanda, apapun yang berbau Netherland, Holland, Belanda, atau KNVB selalu dipuja-puja meski kerap nyawa jadi taruhannya.
Sudah merupakan tradisi di Ambon, setiap kali Belanda main, entah menang ataupun kalah, fans pendukungnya selalu menggelar pawai dan konvoi keliling pusat kota Ambon dan sekitarnya.
Aksi ugalan-ugalan di jalan raya bukan hal lazim di sini. Bahkan di Piala Dunia 2014 di Brasil, ketika timnas Belanda menang menghadapi Meksiko di babak perdelapanfinal, belum lama ini, ada pendukung Belanda yang pawai dengan kondisi setengah bugil.
Selama tiga pekan terakhir sesuai data yang dihimpun, sekitar lima warga, terutama anak baru gede (ABG) tewas di jalanan saat konvoi kemenangan Belanda digelar di Ambon.
Kebanyakan dari mereka yang terengut nyawa di jalan raya itu sudah mengonsumsi minuman keras (miras) tradisional, sopi. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi jajaran Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resort Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease mengenai kecelakaan lalu-lintas saat dan pascakonvoi kemenangan fan Belanda dan tim lain.
Tentu saja kondisi ini memaksa personel-personel Satlantas Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease pusing dan kebingungan mengatasi ulah para pendukung timnas Belanda yang kerap tak sopan dan tak beretika selama menggelar konvoi kemenangan.
’’Lebih baik Belanda kalah bagini, daripada menang lalu Ambon kacau lagi,’’ kata beberapa ibu rumah tangga di dalam mobil angkutan kota jurusan Kusu-kusu Sereh, Desa Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, Kamis pagi (10/7/2014).
Menurut mereka sebagaimana dikuping Berita Maluku, kekalahan Belanda tak hanya disebabkan permainan cantik Lionel Messi dan kolega, tapi juga karena doa para pemimpin dan pemuka agama di Ambon.
’’Belanda balom dapat juara saja dong su banyak yang mati, apalagi kalau nanti juara, mangkali katong seng tahu Ambon su jadi apa lai,’’ keluh sejumlah wanita paruh baya itu. (bm 01/bm 12)
Maklum saja, Ambon dan sebagian wilayah Maluku baru pulih akibat krisis kemanusiaan beberapa tahun silam. Saking fanatiknya orang Ambon dan sebagian besar penduduk Maluku terhadap timnas Belanda, apapun yang berbau Netherland, Holland, Belanda, atau KNVB selalu dipuja-puja meski kerap nyawa jadi taruhannya.
Sudah merupakan tradisi di Ambon, setiap kali Belanda main, entah menang ataupun kalah, fans pendukungnya selalu menggelar pawai dan konvoi keliling pusat kota Ambon dan sekitarnya.
Aksi ugalan-ugalan di jalan raya bukan hal lazim di sini. Bahkan di Piala Dunia 2014 di Brasil, ketika timnas Belanda menang menghadapi Meksiko di babak perdelapanfinal, belum lama ini, ada pendukung Belanda yang pawai dengan kondisi setengah bugil.
Selama tiga pekan terakhir sesuai data yang dihimpun, sekitar lima warga, terutama anak baru gede (ABG) tewas di jalanan saat konvoi kemenangan Belanda digelar di Ambon.
Kebanyakan dari mereka yang terengut nyawa di jalan raya itu sudah mengonsumsi minuman keras (miras) tradisional, sopi. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi jajaran Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resort Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease mengenai kecelakaan lalu-lintas saat dan pascakonvoi kemenangan fan Belanda dan tim lain.
Tentu saja kondisi ini memaksa personel-personel Satlantas Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease pusing dan kebingungan mengatasi ulah para pendukung timnas Belanda yang kerap tak sopan dan tak beretika selama menggelar konvoi kemenangan.
’’Lebih baik Belanda kalah bagini, daripada menang lalu Ambon kacau lagi,’’ kata beberapa ibu rumah tangga di dalam mobil angkutan kota jurusan Kusu-kusu Sereh, Desa Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, Kamis pagi (10/7/2014).
Menurut mereka sebagaimana dikuping Berita Maluku, kekalahan Belanda tak hanya disebabkan permainan cantik Lionel Messi dan kolega, tapi juga karena doa para pemimpin dan pemuka agama di Ambon.
’’Belanda balom dapat juara saja dong su banyak yang mati, apalagi kalau nanti juara, mangkali katong seng tahu Ambon su jadi apa lai,’’ keluh sejumlah wanita paruh baya itu. (bm 01/bm 12)