PKL Pasar Transit Passo Ancam Kembali ke Pasar Pohon Mangga
http://www.beritamalukuonline.com/2014/07/pkl-pasar-transit-passo-ancam-kembali.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Para pedagang yang menempati pasar satu dan pasar dua mengeluhkan luas tempat saat Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy meninjau pasar terminal Transit Passo, Senin (7/7/2014).
Sekadar diketahui pasar satu dimanfaatkan pedagang untuk menjual ikan dan daging sedangkan pasar dua digunakan untuk berjualan sayur-sayuran.
Tempat jualan mereka lebarnya 1 meter, sehingga para pedagang tidak menerima tempat kecil itu. Karena itu, saat meninjau lokasi pasar satu dan dua, Walkot dikerubuti ibu-ibu yang berjualan di pasar dua karena mereka merasa tak nyaman dan sumpek dengan luas bangunan yang diberikan.
Pedagang ikan dan daging membayar Rp 71.000 per bulannya, sementara pedagang sayur mayur harus membayar sekira Rp 55.000 per bulannya.
Alhasil, para Pedagang Kaki Lima (PKL) akhirnya mengancam Pemkot Ambon bahwa mereka akan berjualan di pasar pohon mangga bila tidak ada pembeli.
Para pedagang memberikan waktu hingga satu pekan, mulai Senin tadi kepada Pemkot Ambon untuk menjawab keresahan mereka.
Yang diharapkan pedagang saat ini adalah tingkat pendapatan mereka akan meningkat tatkala mereka menempati pasar baru ini. Bukan malah menurun akibat sepi pedagang.
’’Walaupun pasarnya bagus namun sepi pembeli dan pendapatan berkurang bahkan kita merugi. Jadi lebih baik kita kembali ke lokasi yang lama saja,’’ ancam para pedagang.
Ancaman para pedagang ini disebabkan hingga kini masih ada sejumlah kekurangan, baik fasilitas maupun kecenderungan pembeli untuk datang di pasar transit Passo sangat rendah.
Pernyataan Walkot belum sepenuhnya menjawab keluh kesah pedagang yang baru menempati pasar baru ini.
Menurut pedagang, mestinya pemindahan pedagang dari pasar pohon Mangga ke pasar yang baru harus dilakukan secara serempak untuk seluruh pedagang. Persoalanya hingga Senin ini sesuai pantauan masih ada pedagang yang memilih berjualan di pasar pohon mangga daripada pasar baru. (ev/mg-bm015)
Sekadar diketahui pasar satu dimanfaatkan pedagang untuk menjual ikan dan daging sedangkan pasar dua digunakan untuk berjualan sayur-sayuran.
Tempat jualan mereka lebarnya 1 meter, sehingga para pedagang tidak menerima tempat kecil itu. Karena itu, saat meninjau lokasi pasar satu dan dua, Walkot dikerubuti ibu-ibu yang berjualan di pasar dua karena mereka merasa tak nyaman dan sumpek dengan luas bangunan yang diberikan.
Pedagang ikan dan daging membayar Rp 71.000 per bulannya, sementara pedagang sayur mayur harus membayar sekira Rp 55.000 per bulannya.
Alhasil, para Pedagang Kaki Lima (PKL) akhirnya mengancam Pemkot Ambon bahwa mereka akan berjualan di pasar pohon mangga bila tidak ada pembeli.
Para pedagang memberikan waktu hingga satu pekan, mulai Senin tadi kepada Pemkot Ambon untuk menjawab keresahan mereka.
Yang diharapkan pedagang saat ini adalah tingkat pendapatan mereka akan meningkat tatkala mereka menempati pasar baru ini. Bukan malah menurun akibat sepi pedagang.
’’Walaupun pasarnya bagus namun sepi pembeli dan pendapatan berkurang bahkan kita merugi. Jadi lebih baik kita kembali ke lokasi yang lama saja,’’ ancam para pedagang.
Ancaman para pedagang ini disebabkan hingga kini masih ada sejumlah kekurangan, baik fasilitas maupun kecenderungan pembeli untuk datang di pasar transit Passo sangat rendah.
Pernyataan Walkot belum sepenuhnya menjawab keluh kesah pedagang yang baru menempati pasar baru ini.
Menurut pedagang, mestinya pemindahan pedagang dari pasar pohon Mangga ke pasar yang baru harus dilakukan secara serempak untuk seluruh pedagang. Persoalanya hingga Senin ini sesuai pantauan masih ada pedagang yang memilih berjualan di pasar pohon mangga daripada pasar baru. (ev/mg-bm015)