Sudah 15 Ribu Lebih yang Nonton ’’Cahaya dari Timur’’
http://www.beritamalukuonline.com/2014/06/sudah-15-ribu-lebih-yang-nonton-cahaya.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan film ’’Cahaya dari Timur, Beta Maluku’’ Harus ditonton seluruh elemen masyarakat Maluku yang punya semangat maupun komitmen ingin membangun prestasi sepak bola lokal menuju level nasional.
’’Film Cahaya dari Timur ini harus menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh maupun pemerhati olahraga, khususnya sepak bola, untuk memajukan sepak bola Ambon dan Maluku. Film ini tak hanya inspiratif, tapi juga menjadi motivasi bagi kita semua,’’ jelas Louhenapessy dalam Coffee Morning pengurus KONI Ambon, puluhan pengurus kota cabang olahraga dan kalangan pers di Café Joas, Sabtu (21/6/2014).
Film itu, ulas Walkot, tak hanya mengisahkan sosok heroik dari luar lapangan hijau yang dilakoni Sani Tawainella---diperankan artis nasional Chico Jericho—tapi juga melukiskan keindahan Ambon dari atas pesawat.
’’Jadi sebelum masuk bagian inti dari film ini, dilukiskan keindahan Kota Ambon. Film ini ketika diputar perdana di 189 kota dan kabupaten sejak 19 Juni kemarin sesuai informasi yang saya peroleh dari pihak produser ditonton lebih dari 15 ribu orang. Bayangkan betapa film ini begitu antusiasme ditonton masyarakat di seluruh Indonesia,’’ jelas Ketua Umum KONI Ambon periode 2013/17 ini.
Walkot berharap film ini tetap menjadi buruan masyarakat di seluruh Indonesia karena menjadi sumber inspiratif tentang bagaimana menyelesaikan konflik sosial dengan pendekatan olahraga, khususnya sepak bola.
’’Karena film ini sarat dengan pesan-pesan perdamaian, bertepatan dengan launching Piala Dunia 2014 di Brasil, temanya diangkat dalam sponsor penyelenggara,’’ ujarnya.
Film ini mengisahkan profil tim usia di bawah 15 tahun Maluku yang 89 persen pemainya dari Tulehu, Maluku Tengah, yang baru tampil langsung menyabet juara kompetisi Liga Remaja PSSI U-15 memperebutkan Piala Medco U-15 tahun 2006 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Soreang, Bandung, Jawa Barat, pada awal November 2006. Waktu di final Maluku menundukkan DKI Jakarta dengan skor 4-3 melalui drama adu penalti.
Adapun penentu keunggulan Maluku adalah Rizky Ahmad Sanjaya Pellu dan Alfin Tuasalamony yang kini memperkuat timnas Indonesia U-23 ke Asian Games di Incheon, Korea Selatan, Oktober 2014. Sosok sentral yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan pemain dari dua kelompok yang bertikai, Muslim-Kristen, adalah Sani Tawainella, mantan pemain Popnas Maluku dan SMA Ragunan Jakarta decade 1990an.
Selain melatih Sani juga menjalankan aktivitasnya sebagai tukang ojek di Tulehu, Kecamatan Salahutu. Sosok sentral yang terlupakan dalam film Cahaya dari Timur adalah Lutfi Lestaluhu, kakak kandung Ramdani Lestaluhu yang juga gelandang serang timnas U-23. Kerangka tim U-15 Maluku diambil dari anak-anak binaan Lutfi di akademi Tulehu Putra. (ev/mg bm 015/bm 01)
’’Film Cahaya dari Timur ini harus menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh maupun pemerhati olahraga, khususnya sepak bola, untuk memajukan sepak bola Ambon dan Maluku. Film ini tak hanya inspiratif, tapi juga menjadi motivasi bagi kita semua,’’ jelas Louhenapessy dalam Coffee Morning pengurus KONI Ambon, puluhan pengurus kota cabang olahraga dan kalangan pers di Café Joas, Sabtu (21/6/2014).
Film itu, ulas Walkot, tak hanya mengisahkan sosok heroik dari luar lapangan hijau yang dilakoni Sani Tawainella---diperankan artis nasional Chico Jericho—tapi juga melukiskan keindahan Ambon dari atas pesawat.
’’Jadi sebelum masuk bagian inti dari film ini, dilukiskan keindahan Kota Ambon. Film ini ketika diputar perdana di 189 kota dan kabupaten sejak 19 Juni kemarin sesuai informasi yang saya peroleh dari pihak produser ditonton lebih dari 15 ribu orang. Bayangkan betapa film ini begitu antusiasme ditonton masyarakat di seluruh Indonesia,’’ jelas Ketua Umum KONI Ambon periode 2013/17 ini.
Walkot berharap film ini tetap menjadi buruan masyarakat di seluruh Indonesia karena menjadi sumber inspiratif tentang bagaimana menyelesaikan konflik sosial dengan pendekatan olahraga, khususnya sepak bola.
’’Karena film ini sarat dengan pesan-pesan perdamaian, bertepatan dengan launching Piala Dunia 2014 di Brasil, temanya diangkat dalam sponsor penyelenggara,’’ ujarnya.
Film ini mengisahkan profil tim usia di bawah 15 tahun Maluku yang 89 persen pemainya dari Tulehu, Maluku Tengah, yang baru tampil langsung menyabet juara kompetisi Liga Remaja PSSI U-15 memperebutkan Piala Medco U-15 tahun 2006 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Soreang, Bandung, Jawa Barat, pada awal November 2006. Waktu di final Maluku menundukkan DKI Jakarta dengan skor 4-3 melalui drama adu penalti.
Adapun penentu keunggulan Maluku adalah Rizky Ahmad Sanjaya Pellu dan Alfin Tuasalamony yang kini memperkuat timnas Indonesia U-23 ke Asian Games di Incheon, Korea Selatan, Oktober 2014. Sosok sentral yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan pemain dari dua kelompok yang bertikai, Muslim-Kristen, adalah Sani Tawainella, mantan pemain Popnas Maluku dan SMA Ragunan Jakarta decade 1990an.
Selain melatih Sani juga menjalankan aktivitasnya sebagai tukang ojek di Tulehu, Kecamatan Salahutu. Sosok sentral yang terlupakan dalam film Cahaya dari Timur adalah Lutfi Lestaluhu, kakak kandung Ramdani Lestaluhu yang juga gelandang serang timnas U-23. Kerangka tim U-15 Maluku diambil dari anak-anak binaan Lutfi di akademi Tulehu Putra. (ev/mg bm 015/bm 01)