Adipura, Di antara Pagar Hidup Siswa dan Pencemaran Teluk ’Seksi’ Amboina
http://www.beritamalukuonline.com/2014/06/adipura-di-antara-pagar-hidup-siswa-dan.html
Satire mengepul di tengah euforia penyambutan masyarakat Ambon dan sekitarnya terhadap keberhasilan Kota Ambon, dari 40 Kabupaten/Kota di Indonesia, memperoleh anugerah Pemerintah Pusat di bidang lingkungan hidup.
Laporan: EVA DOLHALEWAN
Reporter Berita Maluku.Com
UNTUK kedua kalinya dalam dua tahun terakhir, Kota Ambon sukses merebut tropi Adipura dari Pemerintah Pusat (Pempus) melalui Kementerian Lingkungan Hidup. Namun, sejak 18 tahun lalu, tropi serupa sudah berulang kali digenggam Ambon Manise.
Untuk tahun ini, tropi Adipura diberikan langsung Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia kepada Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy di Jakarta, Jumat pagi (6/6/2014). Setelah penyerahan itu, Tropi Adipura dibawa pulang langsung Walkot Louhenapessy ke kota yang dipimpinnya itu.
Menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airways, Walkot Louhenapessy dan rombongan tiba di Bandar Udara Internasional Pattimura sekira pukul 14..25 WIT. Tiba di kota yang diperintahnya itu, tropi Adipura diserahkan kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ambon Morits Lantu. Dengan menggunakan mobil Jeep Trofi Adipura diarak dari Laha menuju Pattimura Park.
Menanti hadirnya trofi Adipura, pagar hidup siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah lama dibentuk dan terbentuk di tepi-tepi jalan di mana arak-arakkan trofi Adipura melaluinya. Mengusung bendera Merah Putih berukuran 10x10 cm, para pelajar SD dan SMP berantusiasme menyambut kehadiran trofi Adipura.
Mereka berdiri dalam pengawasan beberapa guru dari sekolah-sekolah di Kecamatan Sirimau, Baguala, dan Teluk Ambon, yang dipercayakan membentuk pagar hidup. Di tengah hujan gerimis yang terus mengguyur Kota Ambon dan sekitarnya sejak Jumat pagi hingga petang, para siswa pembentuk pagar hidup tetap sabar menanti. Sesekali ada canda ria di antara mereka untuk mengusir kepenatan.
Sayangnya, tropi Adipura tak sempat diarak keliling pusat ibu kota Maluku ini. Padahal, tropi itu perlu diarak mengelilingi pusat Kota untuk memotivasi para pedagang kaki lima (PKL) maupun masyarakat agar tak usil membuang sampah di sembarang tempat maupun di laut. Sampah-sampah memang masih berserakkan di sejumlah titik. Bahkan, Teluk Ambon yang dulunya dikenal sebagai salah satu teluk terseksi di dunia pun telah dikotori limbah plastik dan minyak limbah buangan kapal.
’’Katong dapat Adipura, tapi Pantai Losari deng Pantai Benteng masih pangkotor,’’ celoteh Yance, salah satu PKL di Pasar Mardika setelah penyambutan trofi Adipura.
Di sela-sela penyambutan trofi Adipura di Pattimura Park, Jumat petang, Walkot mengatakan,’’Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan bagi kota kecil di Indonesia itu diberikan langsung pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup yang dipimpin Balthasar Kambuaya, kepada Pemerintah Daerah’’.
’’Pempus memberikan penghargaan Kalpataru kepada perorangan maupun kelompok masyarakat yang menyelematkan lingkungan hidup, penghargaan Adiwiyata bagi sekolah yang berbasis lingkungan, dan penghargaan Adipura kepada Kota yang menjaga kebersihan dan lingkungan hidup,’’ jelasnya.
Walkot menjelaskan, Pempus telah menaikkan standar penilaian Adipura di mana tahun lalu dari 500 kabupaten dan kota di Indonesia, hanya 40 kota, termasuk Ambon, yang berhasil menerima penghargaan Adipura. ’’Kita bersyukur salah satu dari 40 kabupaten dan kota yang dapat Adipura tahun ini adalah Kota Ambon,’’ ungkapnya.
Walkot mengakui untuk wilayah Maluku, Papua dan Sulawesi dalam tahun 2013 lalu hanya 3 kabupaten dan kota dan kota yang mendapatkan penghargaan Adipura. Namun, untuk tahun ini ada 13 kabupaten dan di tiga wilayah ini yang berhasil meraih Adipura. ”Untuk Provinsi Maluku hanya Kota Ambon mendapat Adipura,’’ ringkasnya.
Walkot mengajak masyarakat tetap berdoa agar tahun depan Ambon masih tetap mempertahankan supremasi penghargaan di bidang lingkungan hidup tersebut.
’’Kita harus berdoa dan berupaya keras agar tahun depan kita bisa dapat Adipura, dan semua ini mesti ada komitmen seluruh elemen masyarakat untuk mendukung obsesi ini. Saya sadar masih ada beberapa titik yang perlu dibenahi, masih ada masyarakat lalai dan tak patuh meski sudah diimbau buang sampah pada jam yg ditetapkan yakni pada pukul 09.00 –jam 12.00. Namun, ke depan semua kekurangan ini akan terus dibenahi dan dilengkapi,’’ tekad orang nomor satu Ambon Manise ini. (**)
Laporan: EVA DOLHALEWAN
Reporter Berita Maluku.Com
Foto: Ambon.go.id |
Untuk tahun ini, tropi Adipura diberikan langsung Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia kepada Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy di Jakarta, Jumat pagi (6/6/2014). Setelah penyerahan itu, Tropi Adipura dibawa pulang langsung Walkot Louhenapessy ke kota yang dipimpinnya itu.
Menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airways, Walkot Louhenapessy dan rombongan tiba di Bandar Udara Internasional Pattimura sekira pukul 14..25 WIT. Tiba di kota yang diperintahnya itu, tropi Adipura diserahkan kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ambon Morits Lantu. Dengan menggunakan mobil Jeep Trofi Adipura diarak dari Laha menuju Pattimura Park.
Menanti hadirnya trofi Adipura, pagar hidup siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah lama dibentuk dan terbentuk di tepi-tepi jalan di mana arak-arakkan trofi Adipura melaluinya. Mengusung bendera Merah Putih berukuran 10x10 cm, para pelajar SD dan SMP berantusiasme menyambut kehadiran trofi Adipura.
Mereka berdiri dalam pengawasan beberapa guru dari sekolah-sekolah di Kecamatan Sirimau, Baguala, dan Teluk Ambon, yang dipercayakan membentuk pagar hidup. Di tengah hujan gerimis yang terus mengguyur Kota Ambon dan sekitarnya sejak Jumat pagi hingga petang, para siswa pembentuk pagar hidup tetap sabar menanti. Sesekali ada canda ria di antara mereka untuk mengusir kepenatan.
Sayangnya, tropi Adipura tak sempat diarak keliling pusat ibu kota Maluku ini. Padahal, tropi itu perlu diarak mengelilingi pusat Kota untuk memotivasi para pedagang kaki lima (PKL) maupun masyarakat agar tak usil membuang sampah di sembarang tempat maupun di laut. Sampah-sampah memang masih berserakkan di sejumlah titik. Bahkan, Teluk Ambon yang dulunya dikenal sebagai salah satu teluk terseksi di dunia pun telah dikotori limbah plastik dan minyak limbah buangan kapal.
’’Katong dapat Adipura, tapi Pantai Losari deng Pantai Benteng masih pangkotor,’’ celoteh Yance, salah satu PKL di Pasar Mardika setelah penyambutan trofi Adipura.
Di sela-sela penyambutan trofi Adipura di Pattimura Park, Jumat petang, Walkot mengatakan,’’Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan bagi kota kecil di Indonesia itu diberikan langsung pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup yang dipimpin Balthasar Kambuaya, kepada Pemerintah Daerah’’.
’’Pempus memberikan penghargaan Kalpataru kepada perorangan maupun kelompok masyarakat yang menyelematkan lingkungan hidup, penghargaan Adiwiyata bagi sekolah yang berbasis lingkungan, dan penghargaan Adipura kepada Kota yang menjaga kebersihan dan lingkungan hidup,’’ jelasnya.
Walkot menjelaskan, Pempus telah menaikkan standar penilaian Adipura di mana tahun lalu dari 500 kabupaten dan kota di Indonesia, hanya 40 kota, termasuk Ambon, yang berhasil menerima penghargaan Adipura. ’’Kita bersyukur salah satu dari 40 kabupaten dan kota yang dapat Adipura tahun ini adalah Kota Ambon,’’ ungkapnya.
Walkot mengakui untuk wilayah Maluku, Papua dan Sulawesi dalam tahun 2013 lalu hanya 3 kabupaten dan kota dan kota yang mendapatkan penghargaan Adipura. Namun, untuk tahun ini ada 13 kabupaten dan di tiga wilayah ini yang berhasil meraih Adipura. ”Untuk Provinsi Maluku hanya Kota Ambon mendapat Adipura,’’ ringkasnya.
Walkot mengajak masyarakat tetap berdoa agar tahun depan Ambon masih tetap mempertahankan supremasi penghargaan di bidang lingkungan hidup tersebut.
’’Kita harus berdoa dan berupaya keras agar tahun depan kita bisa dapat Adipura, dan semua ini mesti ada komitmen seluruh elemen masyarakat untuk mendukung obsesi ini. Saya sadar masih ada beberapa titik yang perlu dibenahi, masih ada masyarakat lalai dan tak patuh meski sudah diimbau buang sampah pada jam yg ditetapkan yakni pada pukul 09.00 –jam 12.00. Namun, ke depan semua kekurangan ini akan terus dibenahi dan dilengkapi,’’ tekad orang nomor satu Ambon Manise ini. (**)