Rehatta: Musik, Alat Pemersatu dan Sarana Perdamaian Orang Maluku
http://www.beritamalukuonline.com/2014/03/rehatta-musik-alat-pemersatu-dan-sarana.html
Ambon - Berita Maluku. Selain budaya, musik diyakini merupakan salah satu instrumen penting, yang menjadi alat pemersatu dan sarana perdamaian, bagi orang Maluku untuk menyelesaikan perang orang basudara beberapa tahun silam.
Raja Soya Jhon Rehatta mengungkapkan umumnya orang Maluku identik dengan seni musik maupun seni suara.
’’Kalau kita berbicara tentang musik berarti bicara tentang suara hati. Rata-rata orang Maluku yang tahu main musik ataupun kalau tidak tapi rata-rata music telah menjadi bagian hidupnya, sebab sejak dilahirkan itu sudah diikuti dengan prosesi music, di mana yang sekarang mungkin sudah begitu canggih. Dulu waktu anak kecil mau tidur orang tua biasanya bernyanyi,’’ ungkapnya di kediaman Raja Soya, Kamis (20/3/2014).
Menurut Rehatta, budaya musik selalu melekat dan selalu ada pada diri orang Maluku. ’’Sebagai generasi lama, artinya berumur di atas 60 tahun, dengan jiwa musik kita hindari sakmit dan pikiran yang memberatkan dalam kehidupan, sehingga era kita dulu selalu ada ungkapan kalau makan tidak makan tapi musik mengeyangkan,’’ paparnya.
Oleh karena itu, kata dia, setelah Kota Ambon dicanangkan sebagai kota musik dirinya sangat mengapresiasinya. ’’Sebagai orangtua kita mendukung upaya Pak Wali Kota (Richard Louhenapessy) dan Pak Wakil Wali Kota Ambon (Sam Latuconsina) yang telah mencanangkan Ambon sebagai Kota Musik. Jadi intinya bagaimana kita bermusik dan bagaimana kita merapatkan orang Maluku untuk meresapi apa yang ada, sebab musik merupakan alat pemersatu, tidak lari ke suku atau SARA. Musik menjadi sarana perdamaian yang paling utuh,’’ ulasnya.
Rehatta menambahkan ’’Kita sudah berpikir untuk buat suatu acara yang mendukung pemerintah dalam pencanangan Ambon sebagai Kota Musik karena banyak generasi penerus yang menggandrungi musik yang sifatnya kontemporer. Musik sekarang kita kenal 3 bulan habis, tapi era 1970-an dan 1980-an musik selalu mengabadi di telinga setiap insane. Jadi musik itu selalu menjadi obat bagi pemusik, atau bagi orang yang tidak tahu music, tapi waktu kasih musik mereka merasa senang dan bahagia. Nah, kita akan bikin suatu acara untuk mengggugah hati masyarakat bagaiman kita bisa hidup bersama dalam musik. Dalam acara itu semua pemain yang sudah berumur kita kembalikan semangat untuk menyemangati anak-anak muda. Kalau buka studia setiap hari orang full, tapi kemana mereka harus pergi untuk buat rekaman. Karena itu perlu perhatian pemerintah untuk kerja sama dengan pemilik hotel untuk kembangkan karier’’
’’ Pak Yos mengatakan Amboina All Star yang merupakan gabungan dari pemusik angkatan 1960-an sampai 1970-an dengan anak-anak muda bermaksud untuk kembangkan musik Maluku. Kita punya musik dan lagu-lagu lama yang telah diciptakan. Sebelum kita lahir lagu-lagunya sudah ada. Waktu Belanda menjajah di Maluku hampir 350 tahun di mana saat itu orang tua teken serdadu keluar Ambon, tapi musik mengiringi perahu layar jauh, hela aruimbae rasa cinta akan daerah ini,’’ tuturnya.
Frengky Mewar mengapresiasi ide tersebut. ’’Dalam acara itu, bagaimana kita padukan artis-artis tua yang paling bagus dengan anak-anak muda saat ini. Artinya kalau yang muda ini dia seng tahu lagu zaman tempo doloe di era 1960 an, besok beranjak usia, kalau masuk kafe besar mereka tidak kuasai, itu jadi masalah. Jadi, anak muda harus melihat kembali ke belakang untuk membawa lagu abadi dalam ritme tertentu. Banyak lagu yang irama rock dan roll, country yang bisa dipelajari dan dimainkan anak-anak muda sekarang. Mudah-mudahan dengan kegiatan yang dilakukan dapat mengobarkan terus Ambon sebagai Kota Musik. Konsep perlu dibantu Pempus karena pemkot memiliki dana yang terbatas, sehingga perwujudan Ambon sebagi Kota Musik dapat terwujud,’’ jelasnya. (ev/mg-bm 015)
Raja Soya Jhon Rehatta mengungkapkan umumnya orang Maluku identik dengan seni musik maupun seni suara.
’’Kalau kita berbicara tentang musik berarti bicara tentang suara hati. Rata-rata orang Maluku yang tahu main musik ataupun kalau tidak tapi rata-rata music telah menjadi bagian hidupnya, sebab sejak dilahirkan itu sudah diikuti dengan prosesi music, di mana yang sekarang mungkin sudah begitu canggih. Dulu waktu anak kecil mau tidur orang tua biasanya bernyanyi,’’ ungkapnya di kediaman Raja Soya, Kamis (20/3/2014).
Menurut Rehatta, budaya musik selalu melekat dan selalu ada pada diri orang Maluku. ’’Sebagai generasi lama, artinya berumur di atas 60 tahun, dengan jiwa musik kita hindari sakmit dan pikiran yang memberatkan dalam kehidupan, sehingga era kita dulu selalu ada ungkapan kalau makan tidak makan tapi musik mengeyangkan,’’ paparnya.
Oleh karena itu, kata dia, setelah Kota Ambon dicanangkan sebagai kota musik dirinya sangat mengapresiasinya. ’’Sebagai orangtua kita mendukung upaya Pak Wali Kota (Richard Louhenapessy) dan Pak Wakil Wali Kota Ambon (Sam Latuconsina) yang telah mencanangkan Ambon sebagai Kota Musik. Jadi intinya bagaimana kita bermusik dan bagaimana kita merapatkan orang Maluku untuk meresapi apa yang ada, sebab musik merupakan alat pemersatu, tidak lari ke suku atau SARA. Musik menjadi sarana perdamaian yang paling utuh,’’ ulasnya.
Rehatta menambahkan ’’Kita sudah berpikir untuk buat suatu acara yang mendukung pemerintah dalam pencanangan Ambon sebagai Kota Musik karena banyak generasi penerus yang menggandrungi musik yang sifatnya kontemporer. Musik sekarang kita kenal 3 bulan habis, tapi era 1970-an dan 1980-an musik selalu mengabadi di telinga setiap insane. Jadi musik itu selalu menjadi obat bagi pemusik, atau bagi orang yang tidak tahu music, tapi waktu kasih musik mereka merasa senang dan bahagia. Nah, kita akan bikin suatu acara untuk mengggugah hati masyarakat bagaiman kita bisa hidup bersama dalam musik. Dalam acara itu semua pemain yang sudah berumur kita kembalikan semangat untuk menyemangati anak-anak muda. Kalau buka studia setiap hari orang full, tapi kemana mereka harus pergi untuk buat rekaman. Karena itu perlu perhatian pemerintah untuk kerja sama dengan pemilik hotel untuk kembangkan karier’’
’’ Pak Yos mengatakan Amboina All Star yang merupakan gabungan dari pemusik angkatan 1960-an sampai 1970-an dengan anak-anak muda bermaksud untuk kembangkan musik Maluku. Kita punya musik dan lagu-lagu lama yang telah diciptakan. Sebelum kita lahir lagu-lagunya sudah ada. Waktu Belanda menjajah di Maluku hampir 350 tahun di mana saat itu orang tua teken serdadu keluar Ambon, tapi musik mengiringi perahu layar jauh, hela aruimbae rasa cinta akan daerah ini,’’ tuturnya.
Frengky Mewar mengapresiasi ide tersebut. ’’Dalam acara itu, bagaimana kita padukan artis-artis tua yang paling bagus dengan anak-anak muda saat ini. Artinya kalau yang muda ini dia seng tahu lagu zaman tempo doloe di era 1960 an, besok beranjak usia, kalau masuk kafe besar mereka tidak kuasai, itu jadi masalah. Jadi, anak muda harus melihat kembali ke belakang untuk membawa lagu abadi dalam ritme tertentu. Banyak lagu yang irama rock dan roll, country yang bisa dipelajari dan dimainkan anak-anak muda sekarang. Mudah-mudahan dengan kegiatan yang dilakukan dapat mengobarkan terus Ambon sebagai Kota Musik. Konsep perlu dibantu Pempus karena pemkot memiliki dana yang terbatas, sehingga perwujudan Ambon sebagi Kota Musik dapat terwujud,’’ jelasnya. (ev/mg-bm 015)