"Orang Ambon Menyadari Bahaya HIV/AIDS"
http://www.beritamalukuonline.com/2014/03/orang-ambon-menyadari-bahaya-hivaids.html
Ambon - Berita Maluku. Orang Ambon kini sudah mulai sadar bahaya dan resiko tertular penyakit HIV/Aids, kata Direktur Lembaga Partisipasi Pembangunan Masyarakat (LPPM) Maluku Pieter Wairissal di Ambon, Selasa (4/3/2014).
"Saya lihat mereka sudah mulai lebih sadar bahaya dan resiko penularan HIV/Aids," katanya.
Pieter menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat Ambon terhadap bahaya HIV/Aids tersebut, terlihat dari semakin banyaknya populasi beresiko yang mau melakukan Voluntery Conceling Testing (VCT).
Selama empat tahun terakhir sedikitnya tercatat sebanyak 15.436 orang populasi beresiko, yakni gay, wanita pekerja seksual, waria, laki-laki beresiko tinggi, dan pria pekerja seks yang mengikuti layanan VCT.
Tercatat sedikitnya ada 702 orang beresiko yang mengikuti layanan VCT pada 2010, jumlah itu naik menjadi 1.809 orang pada 2011, kemudian 4.853 orang pada 2012, dan meningkat tajam pada 2013, yakni 7.982 orang.
"Tahun ini juga sudah banyak yang ikut VCT, terhitung dari Januari hingga Februari 2014 sudah ada 1.011 orang," ujarnya.
Pieter mengatakan masyarakat yang mengikuti layanan VCT tersebut merupakan populasi beresiko yang berhasil dijangkau oleh LPPM Maluku, mereka diberi pendampingan dan sosialisasi mengenai bahaya HIV/Aids kemudian diarahkan untuk melakukan tes darah.
Lebih lanjut ia mengatakan tidak mudah membujuk masyarakat yang beresiko tertular HIV/Aids agar mau melakukan VCT, awalnya mereka masih ketakutan dengan pemeriksaan darah, namun belakangan mulai banyak yang peduli dengan bahaya tertularnya virus tersebut.
"Kami ke tempat-tempat yang sudah kami survei sebelumnya, kami melakukan sosialisasi dan mendampingi mereka untuk ke laboratorium untuk melakukan VCT," katanya.
Ia menambahkan sejak adanya layanan VCT di Klinik Pulau Pombo RSUD Haulussy dan Klinik Berkah di RS Alfatah pemeriksaan darah terhadap populasi beresiko jauh lebih mudah, selain itu juga gratis.
"Sebelumnya, kami masih mengandalkan laboratorium Dinas Kesehatan Maluku, tapi tidak efisien, banyak sampel darah yang hasilnya tidak dikembalikan, tahun lalu saja ada 300an orang yang tidak mendapatkan hasil tesnya," ujarnya. (ant/bm 10)
"Saya lihat mereka sudah mulai lebih sadar bahaya dan resiko penularan HIV/Aids," katanya.
Pieter menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat Ambon terhadap bahaya HIV/Aids tersebut, terlihat dari semakin banyaknya populasi beresiko yang mau melakukan Voluntery Conceling Testing (VCT).
Selama empat tahun terakhir sedikitnya tercatat sebanyak 15.436 orang populasi beresiko, yakni gay, wanita pekerja seksual, waria, laki-laki beresiko tinggi, dan pria pekerja seks yang mengikuti layanan VCT.
Tercatat sedikitnya ada 702 orang beresiko yang mengikuti layanan VCT pada 2010, jumlah itu naik menjadi 1.809 orang pada 2011, kemudian 4.853 orang pada 2012, dan meningkat tajam pada 2013, yakni 7.982 orang.
"Tahun ini juga sudah banyak yang ikut VCT, terhitung dari Januari hingga Februari 2014 sudah ada 1.011 orang," ujarnya.
Pieter mengatakan masyarakat yang mengikuti layanan VCT tersebut merupakan populasi beresiko yang berhasil dijangkau oleh LPPM Maluku, mereka diberi pendampingan dan sosialisasi mengenai bahaya HIV/Aids kemudian diarahkan untuk melakukan tes darah.
Lebih lanjut ia mengatakan tidak mudah membujuk masyarakat yang beresiko tertular HIV/Aids agar mau melakukan VCT, awalnya mereka masih ketakutan dengan pemeriksaan darah, namun belakangan mulai banyak yang peduli dengan bahaya tertularnya virus tersebut.
"Kami ke tempat-tempat yang sudah kami survei sebelumnya, kami melakukan sosialisasi dan mendampingi mereka untuk ke laboratorium untuk melakukan VCT," katanya.
Ia menambahkan sejak adanya layanan VCT di Klinik Pulau Pombo RSUD Haulussy dan Klinik Berkah di RS Alfatah pemeriksaan darah terhadap populasi beresiko jauh lebih mudah, selain itu juga gratis.
"Sebelumnya, kami masih mengandalkan laboratorium Dinas Kesehatan Maluku, tapi tidak efisien, banyak sampel darah yang hasilnya tidak dikembalikan, tahun lalu saja ada 300an orang yang tidak mendapatkan hasil tesnya," ujarnya. (ant/bm 10)