Keamatan Letiseil Ambon Kekurangan Tenaga Medis
http://www.beritamalukuonline.com/2014/03/keamatan-letiseil-ambon-kekurangan.html
Ambon - Berita Maluku. Warga pada lima desa di Kota Ambon yang tergabung dalam Tim Konstituen Kecamatan Leitimur Selatan mengeluhkan kurangnya tenaga medis dan rumitnya administrasi pelayanan kesehatan kepada mereka.
Keluhan tersebut disampaikan kepada Kepala Seksi (Kasie) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon Sintje Corputty, dalam Pertemuan Rutin Forum Konstituen Kecamatan Leitimur Selatan di Ambon, Jumat (28/3/2014).
"Di kecamatan kami hanya ada satu puskesmas rawat inap, dokternya juga cuma satu, kami berupaya dengan berkali-kali menyurati Kepala Dinkes Ambon sejak tahun lalu, bahkan sudah menghadap wali kota agar ada tambahan tenaga dokter, minimal satu oranglah, tapi sampai hari ini tidak ada hasilnya," kata Eka Makatita, warga Desa Leahari.
Hal yang sama juga dinyatakan Raja Desa Hutumuri Andreas W. Tehupeory, menurutnya Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Leitimur Selatan yang berada di desanya, bukan hanya kekurangan tenaga medis, tapi kapasitasnya tidak memadai dan tidak dilengkapi dengan mobil ambulans.
"Mobil angkutan umum yang beroperasi di wilayah kami hanya sampai pukul enam sore, sedangkan jarak dari kecamatan kami ke rumah sakit (RS) yang ada di Ambon cukup jauh, untuk itu kiranya puskesmas kami diberikan bantuan ambulans agar akses ke RS bisa lebih cepat," ujarnya.
Tak hanya menegeluhkan masalah puskesmas rawat inap, warga juga melaporkan persoalan puskesmas pembantu (Pustu) dan pos kesehatan desa (Poskesdes) yang tidak berfungsi dengan baik, kurangnya tenaga bidan desa, dan layanan administrasi di RSUD Dr. Haulussy yang berbelit-belit.
"Bangunan Pustu desa kami sudah hampir rusak sebab tidak difungsikan karena tidak ada tenaga medis, bidan di desa kami meninggal dunia dua tahun lalu, kami sudah mengajukan untuk disediakan bidan kepada Dinsos saat pelatihan kader Poskesdes tahun lalu, tapi sejauh ini belum ada realisasinya," kata Ny. Sanny dari Desa Hukurila.
Menanggapi keluhan tersebut, Sintje Corputty mengatakan, keluhan dan kendala-kendala masyarakat dalam upaya mendapatkan layanan kesehatan yang memadai dan lebih baik akan segera ditindaklanjuti olehnya dengan melaporkan kepada kepala Dinkes Ambon.
"Memang rasanya tidak mungkin jika satu dokter melayani satu kecamatan, saya akan melaporkan ini kepada kepala dinas agar segera ditindaklanjuti. Mengenai mobil ambulans akan kami upayakan juga tapi mungkin hanya satu saja di puskesmas, tidak bisa untuk di tiap pustu karena anggaran kami tidak mencukupi," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya juga akan segera melakukan pengecekan mengenai masalah pelayanan administrasi RSUD Dr. Haulussy yang berbelit-belit terhadap masyarakat yang menggunakan kartu jaminan kesehatan.
"Mungkin pihak RSUD punya mekanisme sendiri mengenai jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) tapi ini juga akan saya cek karena jangan sampai berakibat fatal pada pasien hanya gara-gara terhambat di administrasi. Untuk sosialisasi layanan kesehatan dan kesehatan reproduksi," ujarnya. (ant/bm 10)
Keluhan tersebut disampaikan kepada Kepala Seksi (Kasie) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon Sintje Corputty, dalam Pertemuan Rutin Forum Konstituen Kecamatan Leitimur Selatan di Ambon, Jumat (28/3/2014).
"Di kecamatan kami hanya ada satu puskesmas rawat inap, dokternya juga cuma satu, kami berupaya dengan berkali-kali menyurati Kepala Dinkes Ambon sejak tahun lalu, bahkan sudah menghadap wali kota agar ada tambahan tenaga dokter, minimal satu oranglah, tapi sampai hari ini tidak ada hasilnya," kata Eka Makatita, warga Desa Leahari.
Hal yang sama juga dinyatakan Raja Desa Hutumuri Andreas W. Tehupeory, menurutnya Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Leitimur Selatan yang berada di desanya, bukan hanya kekurangan tenaga medis, tapi kapasitasnya tidak memadai dan tidak dilengkapi dengan mobil ambulans.
"Mobil angkutan umum yang beroperasi di wilayah kami hanya sampai pukul enam sore, sedangkan jarak dari kecamatan kami ke rumah sakit (RS) yang ada di Ambon cukup jauh, untuk itu kiranya puskesmas kami diberikan bantuan ambulans agar akses ke RS bisa lebih cepat," ujarnya.
Tak hanya menegeluhkan masalah puskesmas rawat inap, warga juga melaporkan persoalan puskesmas pembantu (Pustu) dan pos kesehatan desa (Poskesdes) yang tidak berfungsi dengan baik, kurangnya tenaga bidan desa, dan layanan administrasi di RSUD Dr. Haulussy yang berbelit-belit.
"Bangunan Pustu desa kami sudah hampir rusak sebab tidak difungsikan karena tidak ada tenaga medis, bidan di desa kami meninggal dunia dua tahun lalu, kami sudah mengajukan untuk disediakan bidan kepada Dinsos saat pelatihan kader Poskesdes tahun lalu, tapi sejauh ini belum ada realisasinya," kata Ny. Sanny dari Desa Hukurila.
Menanggapi keluhan tersebut, Sintje Corputty mengatakan, keluhan dan kendala-kendala masyarakat dalam upaya mendapatkan layanan kesehatan yang memadai dan lebih baik akan segera ditindaklanjuti olehnya dengan melaporkan kepada kepala Dinkes Ambon.
"Memang rasanya tidak mungkin jika satu dokter melayani satu kecamatan, saya akan melaporkan ini kepada kepala dinas agar segera ditindaklanjuti. Mengenai mobil ambulans akan kami upayakan juga tapi mungkin hanya satu saja di puskesmas, tidak bisa untuk di tiap pustu karena anggaran kami tidak mencukupi," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya juga akan segera melakukan pengecekan mengenai masalah pelayanan administrasi RSUD Dr. Haulussy yang berbelit-belit terhadap masyarakat yang menggunakan kartu jaminan kesehatan.
"Mungkin pihak RSUD punya mekanisme sendiri mengenai jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) tapi ini juga akan saya cek karena jangan sampai berakibat fatal pada pasien hanya gara-gara terhambat di administrasi. Untuk sosialisasi layanan kesehatan dan kesehatan reproduksi," ujarnya. (ant/bm 10)