Seks Bebas Dominasi Penularan HIV/AIDS di Maluku
http://www.beritamalukuonline.com/2014/02/seks-bebas-dominasi-penularan-hivaids.html
Ambon - Berita Maluku. Hubungan seksual bebas yang tidak aman mendominasi tingkat risiko penularan HIV/Aids di Maluku, yakni 76 persen, kata Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Maluku Syamsudin Aziz, di Ambon, Selasa (11/2/2014).
"Hingga kini hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan masih menjadi yang tertinggi untuk tingkat risiko penularan HIV/Aids di Maluku, 76 persen," katanya.
Syamsudin mengatakan selain hubungan seksual tidak aman, tingkat risiko penularan HIV/Aids di Maluku juga terjadi akibat penggunaan obat-obatan terlarang, yakni sebanyak 20 persen, dan 4 persen dikarenakan hubungan seksual sejenis.
"Karena narkoba juga cukup banyak, tapi kami lebih mengutamakan kampanye dan sosialisasi penggunaan kondom di tempat-tempat yang berisiko, seperti lokalisasi dan tempat hiburan malam," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Kasus HIV/Aids pertama kali ditemukan di wilayah Maluku, pada seorang anak buah kapal (ABK) asal Thailand di Kota Tual, Agustus 1994.
Sejak saat itu hingga 2013, kasus HIV/Aids meningkat menjadi 348 kasus, dan secara kumulatif menempatkan kawasan Maluku Tenggara pada urutan kedua kasus HIV/Aids tertinggi di Maluku, setelah Kota Ambon.
"Kalau dihitung secara secara kumulatif memang banyak, tapi tiap tahun dari 1994 hingga 2013 selalu ada penurunan jumlah kasus di sana," katanya.
Ia menambahkan kasus HIV/Aids di Maluku pada 2013 telah mengalami penurunan dibandingkan 2012, yakni dari 349 kasus menjadi 257 kasus. Penurunan tersebut mempengaruhi posisi Provinsi Maluku secara nasional, yakni turun dari urutan ke-14 menjadi 16 tertinggi.
"Dua tahun lalu kita masih berada di urutan ke 14 tertinggi se-Indonesia, tapi 2013 kemarin sudah turun ke posisi 16," ucapnya. (ant/bm 10)
"Hingga kini hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan masih menjadi yang tertinggi untuk tingkat risiko penularan HIV/Aids di Maluku, 76 persen," katanya.
Syamsudin mengatakan selain hubungan seksual tidak aman, tingkat risiko penularan HIV/Aids di Maluku juga terjadi akibat penggunaan obat-obatan terlarang, yakni sebanyak 20 persen, dan 4 persen dikarenakan hubungan seksual sejenis.
"Karena narkoba juga cukup banyak, tapi kami lebih mengutamakan kampanye dan sosialisasi penggunaan kondom di tempat-tempat yang berisiko, seperti lokalisasi dan tempat hiburan malam," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Kasus HIV/Aids pertama kali ditemukan di wilayah Maluku, pada seorang anak buah kapal (ABK) asal Thailand di Kota Tual, Agustus 1994.
Sejak saat itu hingga 2013, kasus HIV/Aids meningkat menjadi 348 kasus, dan secara kumulatif menempatkan kawasan Maluku Tenggara pada urutan kedua kasus HIV/Aids tertinggi di Maluku, setelah Kota Ambon.
"Kalau dihitung secara secara kumulatif memang banyak, tapi tiap tahun dari 1994 hingga 2013 selalu ada penurunan jumlah kasus di sana," katanya.
Ia menambahkan kasus HIV/Aids di Maluku pada 2013 telah mengalami penurunan dibandingkan 2012, yakni dari 349 kasus menjadi 257 kasus. Penurunan tersebut mempengaruhi posisi Provinsi Maluku secara nasional, yakni turun dari urutan ke-14 menjadi 16 tertinggi.
"Dua tahun lalu kita masih berada di urutan ke 14 tertinggi se-Indonesia, tapi 2013 kemarin sudah turun ke posisi 16," ucapnya. (ant/bm 10)