Keluarkan "Travel Warning," Gubernur Maluku: Kami Sesalkan Sikap Australia
http://www.beritamalukuonline.com/2014/01/keluarkan-travel-warning-gubernur.html
Ambon - Berita Maluku. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku menyesalkan sikap pemerintah Australia yang mengeluarkan larangan kunjungan (travel warning) ke Indonesia, termasuk ke Maluku.
"Kami menyesalkan sikap pemerintah Australia yang melarang warganya berkunjung ke Indonesia termasuk Maluku. Padahal kondisi keamanan di daerah ini sangat kondusif dan damai," kata Penjabat Gubernur Maluku Saut Situmorang, di Ambon, Rabu (15/1/2014).
Menurut Saut, "travel warning" yang dikeluarkan tidak dilandasi informasi akurat maupun kondisi yang terjadi saat ini, di mana berbagai aktivitas masyarakat berjalan lancar dilandasi semangat dan kerukunan hidup orang basudara (bersaudara) yang merupakan falsafah hidup orang Maluku.
"Warga Maluku saat ini hidup dalam kedamaian dan saling menghormati serta menghargai satu dengan lainnya, tanpa memandang perbedaan. Tidak ada gejolak yang terjadi di daerah ini," katanya.
Saut menunjuk sejumlah Menteri Luar Negeri Negara-negara Malenesia Spearhead Group (MSG) yang berkunjung ke Maluku sejak Senin (13/1) guna melihat perkembangan pembangunan di daerah ini.
Begitu pun arus kunjungan wisatawan dari berbagai negara ke Maluku terus meningkat sepanjang tiga tahun terakhir, dikarenakan kondisi keamanan yang semakin kondusif dan damai.
Menyangkut aksi terorisme yang dijadikan alasan pemerintah Australia mengeluarkan "travel warning", Saut menegaskan, hal itu tidak terjadi di Maluku dan daerah ini bebas terorisme.
Begitu pun kekerasan yang terjadi di Papua atau pun penangkapan para terorisme di beberapa daerah, maka jangan disamakan dengan semua wilayah di Indonesia termasuk Maluku juga tidak aman. Buktinya Maluku tetap aman dan masyarakat hidup damai.
"Jadi jangan digeneralisasikan seakan-akan semua daerah di Indonesia terjadi kasus terorisme atau kekerasan lainnya," tegas Saut.
Menyangkut kasus bentrokan antarpemuda di Kudamati dan beberapa tempat lainnya di Ambon, Saut menyatakan sudah ditangani oleh aparat keamanan yang saat kini sedang melakukan penyelidikan dan penyidikan di lapangan guna mengungkap para pelakunya.
"Ini hanya kasus-kasus kecil dan sudah ditangani serta tidak merembet menjadi besar. Daerah Maluku secara umum kondusif dan aman," tandasnya.
Sebelumnya Departemen Luar Negeri Australia beberapa waktu lalu mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk bersikap ekstra waspada ketika berada di Indonesia, karena kemungkinan adanya serangan teror.
Peringatan perjalanan terbaru ini menyebutkan bahwa teroris tetap aktif di Indonesia meskipun pihak keamanan sudah berusaha menghentikan mereka.
"Pihak berwenang Indonesia sudah memperingatkan bahwa kelompok ekstrimis mungkin berencana menyerang gereja di Jakarta dan di tempat lain di Indonesia, menjelang perubahan ke tahun 2014," demikian bunyi peringatan tersebut.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memperingatkan bahwa ancaman terhadap warga Australia di Indonesia bukan sekedar di tempat-tempat ibadah seperti gereja.
"Teroris sebelumnya pernah menyerang atau berencana menyerang tempat-tempat yang dikunjungi oleh warga Barat seperti kelab malam, bar, restoran, hotel internasional, bandara dan tempat ibadah di Bali, Jakarta dan tempat lain di Indonesia. Tempat-tempat seperti ini bisa diserang lagi," kata DFAT.
DFAT juga memperingatkan bahwa pelancong ke Indonesia bisa juga mengalami bencana alam seperti tsunami, ataupun menjadi korban kejahatan.
Peringatan ini tidak menyebutkan warga Australia untuk meninggalkan Indonesia, namun meminta mereka yang berkunjung untuk bersikap waspada.
Namun warga Australia didesak untuk tidak mengunjungi daerah seperti Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua. (ant/bm 10)
"Kami menyesalkan sikap pemerintah Australia yang melarang warganya berkunjung ke Indonesia termasuk Maluku. Padahal kondisi keamanan di daerah ini sangat kondusif dan damai," kata Penjabat Gubernur Maluku Saut Situmorang, di Ambon, Rabu (15/1/2014).
Menurut Saut, "travel warning" yang dikeluarkan tidak dilandasi informasi akurat maupun kondisi yang terjadi saat ini, di mana berbagai aktivitas masyarakat berjalan lancar dilandasi semangat dan kerukunan hidup orang basudara (bersaudara) yang merupakan falsafah hidup orang Maluku.
"Warga Maluku saat ini hidup dalam kedamaian dan saling menghormati serta menghargai satu dengan lainnya, tanpa memandang perbedaan. Tidak ada gejolak yang terjadi di daerah ini," katanya.
Saut menunjuk sejumlah Menteri Luar Negeri Negara-negara Malenesia Spearhead Group (MSG) yang berkunjung ke Maluku sejak Senin (13/1) guna melihat perkembangan pembangunan di daerah ini.
Begitu pun arus kunjungan wisatawan dari berbagai negara ke Maluku terus meningkat sepanjang tiga tahun terakhir, dikarenakan kondisi keamanan yang semakin kondusif dan damai.
Menyangkut aksi terorisme yang dijadikan alasan pemerintah Australia mengeluarkan "travel warning", Saut menegaskan, hal itu tidak terjadi di Maluku dan daerah ini bebas terorisme.
Begitu pun kekerasan yang terjadi di Papua atau pun penangkapan para terorisme di beberapa daerah, maka jangan disamakan dengan semua wilayah di Indonesia termasuk Maluku juga tidak aman. Buktinya Maluku tetap aman dan masyarakat hidup damai.
"Jadi jangan digeneralisasikan seakan-akan semua daerah di Indonesia terjadi kasus terorisme atau kekerasan lainnya," tegas Saut.
Menyangkut kasus bentrokan antarpemuda di Kudamati dan beberapa tempat lainnya di Ambon, Saut menyatakan sudah ditangani oleh aparat keamanan yang saat kini sedang melakukan penyelidikan dan penyidikan di lapangan guna mengungkap para pelakunya.
"Ini hanya kasus-kasus kecil dan sudah ditangani serta tidak merembet menjadi besar. Daerah Maluku secara umum kondusif dan aman," tandasnya.
Sebelumnya Departemen Luar Negeri Australia beberapa waktu lalu mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk bersikap ekstra waspada ketika berada di Indonesia, karena kemungkinan adanya serangan teror.
Peringatan perjalanan terbaru ini menyebutkan bahwa teroris tetap aktif di Indonesia meskipun pihak keamanan sudah berusaha menghentikan mereka.
"Pihak berwenang Indonesia sudah memperingatkan bahwa kelompok ekstrimis mungkin berencana menyerang gereja di Jakarta dan di tempat lain di Indonesia, menjelang perubahan ke tahun 2014," demikian bunyi peringatan tersebut.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memperingatkan bahwa ancaman terhadap warga Australia di Indonesia bukan sekedar di tempat-tempat ibadah seperti gereja.
"Teroris sebelumnya pernah menyerang atau berencana menyerang tempat-tempat yang dikunjungi oleh warga Barat seperti kelab malam, bar, restoran, hotel internasional, bandara dan tempat ibadah di Bali, Jakarta dan tempat lain di Indonesia. Tempat-tempat seperti ini bisa diserang lagi," kata DFAT.
DFAT juga memperingatkan bahwa pelancong ke Indonesia bisa juga mengalami bencana alam seperti tsunami, ataupun menjadi korban kejahatan.
Peringatan ini tidak menyebutkan warga Australia untuk meninggalkan Indonesia, namun meminta mereka yang berkunjung untuk bersikap waspada.
Namun warga Australia didesak untuk tidak mengunjungi daerah seperti Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua. (ant/bm 10)