Bupati Aru Apresiasi LIPI Lakukan Ekspedisi Laut Arafura
http://www.beritamalukuonline.com/2014/01/bupati-aru-apresiasi-lipi-lakukan.html
Ambon - Berita Maluku. Penjabat Bupati Kepulauan Aru, Gotlief Gainau, mengapresiasi rencana Balai Konservasi Biota Laut (BKBL) LIPI Ambon melaksanakan ekspedisi ke Laut Arafura, terkait adanya laporan penurunan stok perikanan di perairan wilayah Maluku.
"Saya apresiasi rencana LIPI melaksanakan ekspedisi tersebut, ini strategis untuk Pemkab Kepulauan Aru dalam merencanakan program ke depan karena hasilnya merekomendasikan data yang akurat," katanya ketika dihubungi lewat telpon, Rabu (29/1/2014).
Karena itu, Gotlief yang dilantik menjadi Penjabat Bupati Kepulauan Aru pada 30 Oktober 2013 mengharapkan LIPI sebelum melakukan ekspedisi idialnya berkoordinasi dengan Pemkab setempat.
"Kami siap berkoordinasi karena ekspedisi tersebut bermanfaat juga bagi Pemkab Kepulauan Aru yang wilayahnya termasuk laut Arafura," ujarnya.
Apalagi, ekspedisi tersebut terkait dengan informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa terjadi penurunan stok perikanan di laut Arafura.
"Data akurat soal potensi sumber daya hayati laut Arafura strategis untuk penyusunan program dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Kepulauan Aru," kata Gotlief.
Sebelumnya, Kepala BKBL LIPI Ambon Augy Syahailatua mengemukakan, ekspedisi laut Arafura dalam rangka memperbarui data-data di sana, termasuk adanya informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa terjadi penurunan stok perikanan di sana.
Laut Arafura masih menjadi isu sentral mengenai masalah perairan dan perikanan di Indonesia, yakni aktivitas ilegal fishing di kawasan yang terkenal sebagai wilayah tangkapan udang dan jenis ikan-ikan dasar, seperti kerapu dan kakap.
Oleh karena itu, ekspedisi laut Arafura dirasa sangat penting agar bisa mengetahui kondisi terkini sumber daya laut dan keanekaragaman hayati dari perairan Maluku yang berada di antara Australia dan Pulau Papua tersebut.
"Terjadi penurunan stok ikan, saya kira itu bisa saja terjadi karena kapal-kapal ikan yang biasanya beraktivitas di sana, sekarang lebih banyak berlabuh di pelabuhan (Pelabuhan Perikanan Nusantara -red)," katanya.
Menurut Augy, agenda utama ekspedisi laut Arafura akan diutamakan pada penelitian kondisi perairan, seperti salinitas, suhu air, pola arus, kadar oksigen, transparansi laut dan sebagainya.
Hasil dari penelitian tersebut kemudian akan dibandingkan dengan data-data lama tentang laut Arafura.
"Hasilnya penelitian itu adalah data pembanding dengan yang lama agar bisa diketahui apakah ada perubahan atau tidak, itu penting sekali untuk adanya tindakan lanjutan," katanya.
Laut Arufura merupakan wilayah perairan Maluku yang berada di antara Australia dan Pulau Papua di Samudra Pasifik, luasnya 650 ribu km persegi dengan kedalaman maksimalnya 35,68 km. (ant/bm 10)
"Saya apresiasi rencana LIPI melaksanakan ekspedisi tersebut, ini strategis untuk Pemkab Kepulauan Aru dalam merencanakan program ke depan karena hasilnya merekomendasikan data yang akurat," katanya ketika dihubungi lewat telpon, Rabu (29/1/2014).
Karena itu, Gotlief yang dilantik menjadi Penjabat Bupati Kepulauan Aru pada 30 Oktober 2013 mengharapkan LIPI sebelum melakukan ekspedisi idialnya berkoordinasi dengan Pemkab setempat.
"Kami siap berkoordinasi karena ekspedisi tersebut bermanfaat juga bagi Pemkab Kepulauan Aru yang wilayahnya termasuk laut Arafura," ujarnya.
Apalagi, ekspedisi tersebut terkait dengan informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa terjadi penurunan stok perikanan di laut Arafura.
"Data akurat soal potensi sumber daya hayati laut Arafura strategis untuk penyusunan program dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Kepulauan Aru," kata Gotlief.
Sebelumnya, Kepala BKBL LIPI Ambon Augy Syahailatua mengemukakan, ekspedisi laut Arafura dalam rangka memperbarui data-data di sana, termasuk adanya informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa terjadi penurunan stok perikanan di sana.
Laut Arafura masih menjadi isu sentral mengenai masalah perairan dan perikanan di Indonesia, yakni aktivitas ilegal fishing di kawasan yang terkenal sebagai wilayah tangkapan udang dan jenis ikan-ikan dasar, seperti kerapu dan kakap.
Oleh karena itu, ekspedisi laut Arafura dirasa sangat penting agar bisa mengetahui kondisi terkini sumber daya laut dan keanekaragaman hayati dari perairan Maluku yang berada di antara Australia dan Pulau Papua tersebut.
"Terjadi penurunan stok ikan, saya kira itu bisa saja terjadi karena kapal-kapal ikan yang biasanya beraktivitas di sana, sekarang lebih banyak berlabuh di pelabuhan (Pelabuhan Perikanan Nusantara -red)," katanya.
Menurut Augy, agenda utama ekspedisi laut Arafura akan diutamakan pada penelitian kondisi perairan, seperti salinitas, suhu air, pola arus, kadar oksigen, transparansi laut dan sebagainya.
Hasil dari penelitian tersebut kemudian akan dibandingkan dengan data-data lama tentang laut Arafura.
"Hasilnya penelitian itu adalah data pembanding dengan yang lama agar bisa diketahui apakah ada perubahan atau tidak, itu penting sekali untuk adanya tindakan lanjutan," katanya.
Laut Arufura merupakan wilayah perairan Maluku yang berada di antara Australia dan Pulau Papua di Samudra Pasifik, luasnya 650 ribu km persegi dengan kedalaman maksimalnya 35,68 km. (ant/bm 10)