RSUD Haulussy Ambon Minim Tenaga Dokter Ahli Penyakit Dalam
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/rsud-haulussy-ambon-minim-tenaga-dokter.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. M. Haulussy Ambon saat ini minim tenaga dokter ahli penyakit dalam.
"Kami hanya memiliki dua tenaga dokter ahli penyakit dalam, sementara jumlah pasien rawat inap yang dominan sekarang adalah penderita penyakit seperti ini," kata Humas RSUD setempat, dr. Ita Sabrina di Ambon, Selasa (3/12/2013).
Kedua dokter ini selain memberikan layanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, mereka juga harus melayani penderita penyakit dalam di poliklinik.
Ita Sabrina mengatakan, meski tenaga dokter di RSUD Haulussy sangat terbatas namun pihaknya selalu berupaya memberikan pelayanan maksimal terhadap masyarakat yang sangat membutuhkan perawatan medis.
"Pekan lalu memang ada imbauan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat ke semua daerah terkait masalah hukum tiga orang dokter di Manado (Sulut) yang divonis melakukan malpraktek, namun kami di sini hanya melakukan renungan dan doa bersama sebagai bentuk solidaritas," katanya.
Aksi solidaritas dalam bentuk perenungan khusus ini dilakukan para dokter dan berpusat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. M. Haulussy Ambon.
Seruan IDI pusat kepada semua dokter di Indonesia dikeluarkan sebagai aksi solidaritas terhadap tiga orang dokter yang divonis majelis hakim MA bersalah melakukan tindakan malapraktek sehingga mengakibatkan seorang pasien di Manado meninggal dunia pada 2010.
Semula PN Manado menyatakan tiga dokter tersebut tidak bersalah, namun jaksa penuntut umum bersama pihak keluarga korban melakukan upaya hukum sampai ke MA dan majelis hakim memutuskan dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani bersama dua rekannya bersalah melakukan tindakan malpraktek.
Dinas Kesehatan provinsi kemudian memberikan imbauan kepada IDI Wilayah Maluku yang diketuai dr. Rivai Ambon dan IDI Kota Ambon, dr. Hans Liesay untuk melakukan kegiatan perenungan dan doa bersama.
"Mengingat terbatasnya jumlah tenaga dokter dibanding jumlah pasien, maka kegiatan perenungan dan doa bersama ini yang bisa dilakukan, tapi pelayanan kepada pasien kritis maupun yang kurang mampu tetap berjalan normal sampai hari ini," katanya.
Pelayanan maksimal juga dilakukan para dokter yang bertugas di berbagai puskesmas atau puskesmas pembantu (Pustu).(ant/bm 10)
"Kami hanya memiliki dua tenaga dokter ahli penyakit dalam, sementara jumlah pasien rawat inap yang dominan sekarang adalah penderita penyakit seperti ini," kata Humas RSUD setempat, dr. Ita Sabrina di Ambon, Selasa (3/12/2013).
Kedua dokter ini selain memberikan layanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, mereka juga harus melayani penderita penyakit dalam di poliklinik.
Ita Sabrina mengatakan, meski tenaga dokter di RSUD Haulussy sangat terbatas namun pihaknya selalu berupaya memberikan pelayanan maksimal terhadap masyarakat yang sangat membutuhkan perawatan medis.
"Pekan lalu memang ada imbauan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat ke semua daerah terkait masalah hukum tiga orang dokter di Manado (Sulut) yang divonis melakukan malpraktek, namun kami di sini hanya melakukan renungan dan doa bersama sebagai bentuk solidaritas," katanya.
Aksi solidaritas dalam bentuk perenungan khusus ini dilakukan para dokter dan berpusat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. M. Haulussy Ambon.
Seruan IDI pusat kepada semua dokter di Indonesia dikeluarkan sebagai aksi solidaritas terhadap tiga orang dokter yang divonis majelis hakim MA bersalah melakukan tindakan malapraktek sehingga mengakibatkan seorang pasien di Manado meninggal dunia pada 2010.
Semula PN Manado menyatakan tiga dokter tersebut tidak bersalah, namun jaksa penuntut umum bersama pihak keluarga korban melakukan upaya hukum sampai ke MA dan majelis hakim memutuskan dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani bersama dua rekannya bersalah melakukan tindakan malpraktek.
Dinas Kesehatan provinsi kemudian memberikan imbauan kepada IDI Wilayah Maluku yang diketuai dr. Rivai Ambon dan IDI Kota Ambon, dr. Hans Liesay untuk melakukan kegiatan perenungan dan doa bersama.
"Mengingat terbatasnya jumlah tenaga dokter dibanding jumlah pasien, maka kegiatan perenungan dan doa bersama ini yang bisa dilakukan, tapi pelayanan kepada pasien kritis maupun yang kurang mampu tetap berjalan normal sampai hari ini," katanya.
Pelayanan maksimal juga dilakukan para dokter yang bertugas di berbagai puskesmas atau puskesmas pembantu (Pustu).(ant/bm 10)