Pengidap HIV/AIDS di Ambon Meningkat
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/pengidap-hivaids-di-ambon-meningkat.html?m=0
Ambon – Berita Maluku. Ini peringatan keras bagi kalangan generasi muda Kota Ambon yang suka berpraktik seksual menyimpang dan sering gonta-ganti pasangan.
Maklum, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini jumlah pengidap Human Imnune Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Ambon terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Dari daftar yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Ambon memaparkan saat ini penderita HIV/AIDS sebanyak 1.266 orang sehingga kemungkinan yang tidak terdaftar lebih banyak.
Dari angka populasi penyebaran HIV/AIDS kebanyakan dialami orang-orang berusia produktif, yakni 24 tahun hingga 49 tahun. Untuk Ambon sendiri dari data yang ada pada tahun 2012 angka penderita HIV/AIDS sebanyak 1.169 orang yang terdiri dari HIV 496 pengidap dan AIDS 673 pengidap.
Untuk kasus baru pada kurun 2013 mencapai 97 kasus yang terdiri dari HIV 52 orang dan AIDS 47 orang.
’’Dari jumlah 1.266 penderita itu di antaranya ada dua balita yang usianya di bawah empat tahun juga terinfeksi virus mematikan tersebut. Kedua balita ini tertular virus itu dari sang ibu yang sebelumnya juga terinfeksi virus tersebut,” papar Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Dinas Kesehatan Kota Ambon, Yusda Tuharea melalui telepon selulernya, Senin (23/12/2013).
Tuharera menyatakan virus HIV/AIDS menyebar dengan cepat melalui hubungan seksual yang menyimpang dan jarum suntik bekas dari penderita HIV/AIDS. Untuk menanggulangginya, jelas Tuharea, pihaknya telah mengambil beberapa langkah penanganan, yakni integrasi serta menjalin kerja sama dengan LSM, sosialisasi dan pengam¬bilan sampel darah dari dari masyarakat.
’’Yang menjadi kendala kita adalah para pelaku seks menyimpang itu betul atau tidak, ketika berada di dalam kamar bersama pasanganya, sulit untuk dideteksi,’’ ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Tuharea, jalinan kerja sama lintas sektoral relative diperlukan. ’’Sebab bila bekerja secara sendiri-sendiri ditambah dengan masyarakat yang tidak menyadari akan bahaya dari virus ini, maka semua usaha yang dilakukan selama ini tidak akan membawa hasil, bahkan jumlah para penderita akan semakin bertam¬bah dari waktu ke waktu,’’ pungkas Tuharea. (ev/mg bm 015)
Maklum, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini jumlah pengidap Human Imnune Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Ambon terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Dari daftar yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Ambon memaparkan saat ini penderita HIV/AIDS sebanyak 1.266 orang sehingga kemungkinan yang tidak terdaftar lebih banyak.
Dari angka populasi penyebaran HIV/AIDS kebanyakan dialami orang-orang berusia produktif, yakni 24 tahun hingga 49 tahun. Untuk Ambon sendiri dari data yang ada pada tahun 2012 angka penderita HIV/AIDS sebanyak 1.169 orang yang terdiri dari HIV 496 pengidap dan AIDS 673 pengidap.
Untuk kasus baru pada kurun 2013 mencapai 97 kasus yang terdiri dari HIV 52 orang dan AIDS 47 orang.
’’Dari jumlah 1.266 penderita itu di antaranya ada dua balita yang usianya di bawah empat tahun juga terinfeksi virus mematikan tersebut. Kedua balita ini tertular virus itu dari sang ibu yang sebelumnya juga terinfeksi virus tersebut,” papar Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Dinas Kesehatan Kota Ambon, Yusda Tuharea melalui telepon selulernya, Senin (23/12/2013).
Tuharera menyatakan virus HIV/AIDS menyebar dengan cepat melalui hubungan seksual yang menyimpang dan jarum suntik bekas dari penderita HIV/AIDS. Untuk menanggulangginya, jelas Tuharea, pihaknya telah mengambil beberapa langkah penanganan, yakni integrasi serta menjalin kerja sama dengan LSM, sosialisasi dan pengam¬bilan sampel darah dari dari masyarakat.
’’Yang menjadi kendala kita adalah para pelaku seks menyimpang itu betul atau tidak, ketika berada di dalam kamar bersama pasanganya, sulit untuk dideteksi,’’ ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Tuharea, jalinan kerja sama lintas sektoral relative diperlukan. ’’Sebab bila bekerja secara sendiri-sendiri ditambah dengan masyarakat yang tidak menyadari akan bahaya dari virus ini, maka semua usaha yang dilakukan selama ini tidak akan membawa hasil, bahkan jumlah para penderita akan semakin bertam¬bah dari waktu ke waktu,’’ pungkas Tuharea. (ev/mg bm 015)