Natal Momentum Berdamai dan Saling Mengampuni dengan Sesama
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/natal-momentum-berdamai-dan-saling.html
Ambon - Berita Maluku. Para pendeta mengimbau warga Kristiani untuk memaknai perayaan Natal yang dikenang sebagai hari lahirnya Yesus Kristus sebagai momentum untuk saling mengampuni dan berdamai dengan sesama.
"Natal harus menjadi sebuah peristiwa yang memperbaharui hidup umat manusia untuk saling berdamai dan mengampuni satu dengan lainnya," ujar Pendeta Dr MM. Hendriks, M.Th saat memimpin ibadah persiapan Natal di Gereja Maranatha, Ambon, Selasa malam (24/12/2013).
Umat diminta untuk memanfaatkan momentum kelahiran Sang Penebus Dosa tersebut untuk bangkit serta memperbaiki dan merajut kembali hubungan yang retak, baik di tengah keluarga, saudara, teman dan kerabat maupun antarumat beragama lainnya.
"Malam ini juga seluruh umat Kristiani harus bangkit untuk memproklamirkan perdamaian dan pengampunan dengan semua orang. Inilah esensi kelahiran Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan pendamai umat manusia. Kedatangan Yesus adalah tanda pendamaian Allah dengan manusia," ujarnya.
Ratusan umat Kristiani yang memenuhi gereja Maranatha berkapasitas 2.500 orang tersebut, pendeta Hendriks mengajak umat untuk memulai hidup baru, karena Allah telah mengutus Yesus yang lahir sebagai jaminan dan kepastian hidup yang berpengharapan.
Kelahiran Yesus yang dirayakan seluruh umat Kristiani di dunia merupakan bukti rasa cinta Allah yang paripurna untuk menyelamatkan manusia tanpa memandang suku, agama, ras dan antargolongan.
Pendeta Hendriks malah mengingatkan umat bahwa perayaan Natal haruslah menjadi hari cinta kasih yang nilainya jauh lebih tinggi dan besar dari perayaan "Valentine day" (hari kasih sayang) yang selalu dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
"Natal adalah hari cinta kasih. Lebih tinggi nilainya dari valentine day. Karena itu umat Kristiani harus menjadi orang yang penuh cinta kasih kepada sesama tanpa memandang perbedaan dan berharap balas budi," katanya.
Umat Kristiani diingatkan untuk mewujudkan cinta kasih yang tanpa pamrih di sepanjang hidupnya, mengharamkan ketidak-adilan, menjauhkan diri dari pesta pora, pembunuhan, dengki dan iri hati, maupun tindakan korupsi dan nepotisme.
"Tidak mudah mewujudkan cinta kasih yang tulus. Ini (cinta kasih) tidak hanya menjadi spanduk atau slogan tetapi harus dilakukan umat Kristiani, sebagai wujud keteladanan Yesus Kristus yang lahir untuk mendamaikan umat manusia," tegasnya.
Umat Kristiani juga dingatkan untuk hidup saling berbagi dan menopang antarsesama, meningkatkan rasa solidaritas dan kesetia kawanan sosial terutama menolong kaum papah atau berkekurangan, serta menjauhkan diri dari pesta pora yang mengarah pada konsumerisme.
"Keteladanan Yesus yang rela mengorbankan dirinya untuk menebus dosa umat manusia, harus dijadikan contoh dan teladan dalam memaknai kehidupan bersama umat beragama lainnya, sehingga tercipta rasa saling menyayangi dan mengasihi satu dengan lainnya," ujar pendeta Hengke Pesiwarissa saat memimpin ibadah persiapan Natal di Gereja Silo.
Persaudaraan sejati, tandasnya, adalah hubungan dan perasaan saling memiliki, menghormati dan menyayangi satu dengan lainnya, tanpa memandang perbedaan, tidak saling mencurigai maupun dengki dan iri hati.
Dia juga berharap umat Kristiani tidak berlebihan dalam merayakan peristiwa kelahiran Yesus Kristus itu, tetapi lebih mengutamakan berbagi kasih dengan sesama dalam kesederhanaan. (ant/bm 10)
"Natal harus menjadi sebuah peristiwa yang memperbaharui hidup umat manusia untuk saling berdamai dan mengampuni satu dengan lainnya," ujar Pendeta Dr MM. Hendriks, M.Th saat memimpin ibadah persiapan Natal di Gereja Maranatha, Ambon, Selasa malam (24/12/2013).
Umat diminta untuk memanfaatkan momentum kelahiran Sang Penebus Dosa tersebut untuk bangkit serta memperbaiki dan merajut kembali hubungan yang retak, baik di tengah keluarga, saudara, teman dan kerabat maupun antarumat beragama lainnya.
"Malam ini juga seluruh umat Kristiani harus bangkit untuk memproklamirkan perdamaian dan pengampunan dengan semua orang. Inilah esensi kelahiran Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan pendamai umat manusia. Kedatangan Yesus adalah tanda pendamaian Allah dengan manusia," ujarnya.
Ratusan umat Kristiani yang memenuhi gereja Maranatha berkapasitas 2.500 orang tersebut, pendeta Hendriks mengajak umat untuk memulai hidup baru, karena Allah telah mengutus Yesus yang lahir sebagai jaminan dan kepastian hidup yang berpengharapan.
Kelahiran Yesus yang dirayakan seluruh umat Kristiani di dunia merupakan bukti rasa cinta Allah yang paripurna untuk menyelamatkan manusia tanpa memandang suku, agama, ras dan antargolongan.
Pendeta Hendriks malah mengingatkan umat bahwa perayaan Natal haruslah menjadi hari cinta kasih yang nilainya jauh lebih tinggi dan besar dari perayaan "Valentine day" (hari kasih sayang) yang selalu dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
"Natal adalah hari cinta kasih. Lebih tinggi nilainya dari valentine day. Karena itu umat Kristiani harus menjadi orang yang penuh cinta kasih kepada sesama tanpa memandang perbedaan dan berharap balas budi," katanya.
Umat Kristiani diingatkan untuk mewujudkan cinta kasih yang tanpa pamrih di sepanjang hidupnya, mengharamkan ketidak-adilan, menjauhkan diri dari pesta pora, pembunuhan, dengki dan iri hati, maupun tindakan korupsi dan nepotisme.
"Tidak mudah mewujudkan cinta kasih yang tulus. Ini (cinta kasih) tidak hanya menjadi spanduk atau slogan tetapi harus dilakukan umat Kristiani, sebagai wujud keteladanan Yesus Kristus yang lahir untuk mendamaikan umat manusia," tegasnya.
Umat Kristiani juga dingatkan untuk hidup saling berbagi dan menopang antarsesama, meningkatkan rasa solidaritas dan kesetia kawanan sosial terutama menolong kaum papah atau berkekurangan, serta menjauhkan diri dari pesta pora yang mengarah pada konsumerisme.
"Keteladanan Yesus yang rela mengorbankan dirinya untuk menebus dosa umat manusia, harus dijadikan contoh dan teladan dalam memaknai kehidupan bersama umat beragama lainnya, sehingga tercipta rasa saling menyayangi dan mengasihi satu dengan lainnya," ujar pendeta Hengke Pesiwarissa saat memimpin ibadah persiapan Natal di Gereja Silo.
Persaudaraan sejati, tandasnya, adalah hubungan dan perasaan saling memiliki, menghormati dan menyayangi satu dengan lainnya, tanpa memandang perbedaan, tidak saling mencurigai maupun dengki dan iri hati.
Dia juga berharap umat Kristiani tidak berlebihan dalam merayakan peristiwa kelahiran Yesus Kristus itu, tetapi lebih mengutamakan berbagi kasih dengan sesama dalam kesederhanaan. (ant/bm 10)