Laut Banda Miliki Ikan Bernilai Tinggi
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/laut-banda-miliki-ikan-brnilai-tinggi.html
Ambon - Berita Maluku. Peneliti ikan senior Universitas Pattimura Noke Rijoli menyatakan Kepulauan Banda memiliki keanekaragaman ikan yang bernilai tinggi.
"Jenis ikan Napoleon (Chelinus undulatus) dan ikan Kerapu (Grouper) memiliki kelimpahan tertinggi di wilayah Coral Triangle melebihi Kepulauan Raja Ampat dan Wakatobi," kata Noke di Ambon, Kamis (19/12/2013), pada acara Seminar Peluncuran Hasil Kajian Cepat Kelautan Kepulauan Banda Tahun 2012.
Kajian Cepat Kelautan Kepulauan Banda merupakan gagasan The Coral Triangle Center (CTC) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, LIPI, Universitas Pattimura, Yayasan Warisan Budaya Banda Naira, Marine Coservation Southeast Asia dan mitra lainnya.
Menurut Noke, survei yang dilakukan pada 5-15 November 2012 bertujuan untuk menyediakan informasi tentang indeks keanekaragaman ikan di Kepulauan Banda Naira sebagai masukan untuk membangun jejaring kawasan konservasi perairan di wilayah tersebut.
Survei dilakukan pada 20 lokasi dengan menggunakan metode pengamatan bawah air sampai kedalaman maksimum 30 meter dalam waktu antara 60 sampai 90 menit.
Ikan yang dijumpai dicatat pada tingkat spesies dan dianalisa kehadirannya untuk melihat tingkat keanekaragaman jenis menurut lokasi dan tingkat keanekaragaman dari masing-masing kelompok family.
"Jumlah total jenis ikan yang dijumpai dari enam kelompok family ikan tropis yang paling mencolok dan paling sering dijumpai yakni ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), ikan enjiel (scaridae) dan ikan butana (Acanthuridae)," kata Noke.
Sementara itu, Andreas H.Muljadi dari CTC mengatakan untuk menentukan nilai indeks keragaman ikan karang atau Coral Fish Diversity Index (CFDI).
"Hasil analisa Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC) menggunakan metode Bray and Curties Distance dengan melihat dissimilarity data tanpa pembobotan, ini kemudian dibuat diagram pohon untuk membandingkan dari masing-masing lokasi pengamatan," kata Andreas.
Lebih lanjut Andreas mengungkapkan, hasil pengamatan ditemukan 433 spesies ikan dari 49 family selama survei, urutan yang paling banyak adalah ikan betok/giru (Pomacentridae),ikan keling (Labridae), ikan kerapu (Serranidae), ikan kepe-kepe (Carangidae).
Ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan enjiel/bidadari (Pomacanthidae), ikan murjan (Holocentridae), ikan pakol (Balistidae), dan ikan capungan (Apogonidae).
"Ketigabelas kelompok family ikan tersebut merupakan 73 persen dari jumlah ikan yang dijumpai," katanya.
Ia menambahkan lokasi-lokasi kelompok ikan tersebut terletak di terumbu karang yang terbuka sehingga mempengaruhi distribusi ikan.
Lokasi-lokasi di sekitar gunung api relatif terlindung dengan kondisi habitat yang relatif seragam. Kondisi habitat yang seragam ini berkaitan dengan keanekaragaman ikan di lokasi tersebut.
"Keanekaragaman ikan karang di perairan Banda Naira yang tinggi perlu segera dikelola sebagai suatu jejaring kawasan konservasi dengan metode pengelolaan yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat," ujar Andreas. (ant/bm 10)
"Jenis ikan Napoleon (Chelinus undulatus) dan ikan Kerapu (Grouper) memiliki kelimpahan tertinggi di wilayah Coral Triangle melebihi Kepulauan Raja Ampat dan Wakatobi," kata Noke di Ambon, Kamis (19/12/2013), pada acara Seminar Peluncuran Hasil Kajian Cepat Kelautan Kepulauan Banda Tahun 2012.
Kajian Cepat Kelautan Kepulauan Banda merupakan gagasan The Coral Triangle Center (CTC) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, LIPI, Universitas Pattimura, Yayasan Warisan Budaya Banda Naira, Marine Coservation Southeast Asia dan mitra lainnya.
Menurut Noke, survei yang dilakukan pada 5-15 November 2012 bertujuan untuk menyediakan informasi tentang indeks keanekaragaman ikan di Kepulauan Banda Naira sebagai masukan untuk membangun jejaring kawasan konservasi perairan di wilayah tersebut.
Survei dilakukan pada 20 lokasi dengan menggunakan metode pengamatan bawah air sampai kedalaman maksimum 30 meter dalam waktu antara 60 sampai 90 menit.
Ikan yang dijumpai dicatat pada tingkat spesies dan dianalisa kehadirannya untuk melihat tingkat keanekaragaman jenis menurut lokasi dan tingkat keanekaragaman dari masing-masing kelompok family.
"Jumlah total jenis ikan yang dijumpai dari enam kelompok family ikan tropis yang paling mencolok dan paling sering dijumpai yakni ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), ikan enjiel (scaridae) dan ikan butana (Acanthuridae)," kata Noke.
Sementara itu, Andreas H.Muljadi dari CTC mengatakan untuk menentukan nilai indeks keragaman ikan karang atau Coral Fish Diversity Index (CFDI).
"Hasil analisa Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC) menggunakan metode Bray and Curties Distance dengan melihat dissimilarity data tanpa pembobotan, ini kemudian dibuat diagram pohon untuk membandingkan dari masing-masing lokasi pengamatan," kata Andreas.
Lebih lanjut Andreas mengungkapkan, hasil pengamatan ditemukan 433 spesies ikan dari 49 family selama survei, urutan yang paling banyak adalah ikan betok/giru (Pomacentridae),ikan keling (Labridae), ikan kerapu (Serranidae), ikan kepe-kepe (Carangidae).
Ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan enjiel/bidadari (Pomacanthidae), ikan murjan (Holocentridae), ikan pakol (Balistidae), dan ikan capungan (Apogonidae).
"Ketigabelas kelompok family ikan tersebut merupakan 73 persen dari jumlah ikan yang dijumpai," katanya.
Ia menambahkan lokasi-lokasi kelompok ikan tersebut terletak di terumbu karang yang terbuka sehingga mempengaruhi distribusi ikan.
Lokasi-lokasi di sekitar gunung api relatif terlindung dengan kondisi habitat yang relatif seragam. Kondisi habitat yang seragam ini berkaitan dengan keanekaragaman ikan di lokasi tersebut.
"Keanekaragaman ikan karang di perairan Banda Naira yang tinggi perlu segera dikelola sebagai suatu jejaring kawasan konservasi dengan metode pengelolaan yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat," ujar Andreas. (ant/bm 10)