Di Ambon, Petasan Basoka Lebih Diminati dari Petasan Belerang
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/di-ambon-petasan-basoka-lebih-diminati.html
Ambon - Berita Maluku. Untuk memeriahkan perayaan Natal 2013 maupun tahun baru 2014 di Ambon, warga lebih condong menggunakan petasan basoka ketimbang petasan biasa yang terbuat dari bahan belerang.
Petasan Basoka adalah alat atau wadah yang terbuat dari beberapa buah kaleng yang disambung-sambungkan sehingga mirip senjata basoka dengan panjang mencapai kurang lebih 80 centimeter.
Dari penelusuran media ini di beberapa lokasi, terlihat anak-anak usia dini hingga orang dewasa gemar menggunakan alat ini untuk dapat menghasilkan bunyi-bunyian yang lebih keras.
Tidak peduli, bunyi keras yang dihasilkan petasan basoka berpotensi dapat membahayakan penderita penyakit jantung, namun bagi penggemarnya tetap menggunakannya tanpa batas waktu.
Dengan beralihnya warga menggunakan petasan basoka, ratusan pedagang petasan di Ambon pun gigit jari. Hal itu diakui salah satu pedagang petasan yang sering menggelar jualannya di depan RS Tentara Ambon.
"Jualan kami tahun ini memang kurang laku seperti tahun sebelumnya. Tahun lalu kami bisa untung mencapai Rp 3 juta, tapi tahun ini Rp 500 ribu pun sulit dihasilkan," keluh Amir, Minggu (22/12/2013).
Warga Urimessing, Mario, salah satu penggemar petasan basoka kepada media ini menuturkan, dirinya kini lebih memilih menggunakan petasan basoka karena mudah digunakan, selain tidak menimbulkan asap belerang seperti petasan biasa.
"Basoka ini mudah digunakan apalagi bahan ledaknya berasal dari cairan spirtus yang diperoleh dengan harga murah dan tidak menimbulkan asap," kata Mario.
Menurutnya, basoka itu terbuat dari bahan yang mudah diperoleh, yakni dari empat buah kaleng susu yang disambungkan menggunakan isolasiban.
Alat pemicu petasan basoka katanya, terbuat dari handstaker yang dipasang menggunakan botol pembersih pakaian (byklin), sementara bahan ledak berasal dari cairan spirtus yang dimasukan dengan cara menyemprotkan ke dalam wadah yang telah dirancang menggunakan beberapa penyaring.
"Untuk menghasilkan bunyi, cairan spirtus diisi beberapa tetes menggunakan semprotan minyak wangi, kemudian alat itu dikocok. Setelah itu, alat pemicu yang telah dirancang pada penutup botol byklin itu ditutup dengan rapat, kemudian dipenjet, maka timbulah bunyi yang keras," jelasnya.
Ia mengatakan, petasan ini awalnya berasal dari daerah Manado, Sualwesi Utara yang umumnya digunakan warga disana untuk berburu dihutan. Namun warga di Ambon baru menggunakannya sebagai pengganti petasan biasa tahun ini.
Soal berapa harga petasan basoka yang di jual, Mario menjelaskan bahwa harga basoka yang dijual bervariasi dari Rp 100 hingga Rp 150 ribu per basoka, namun karena sudah banyak peminat yang menggunakan petasan basoka, harga tersebut kini bisa mencapai Rp 300 ribu per buah.
Sementara harga cairan spirtus untuk bahan peledak basoka per botol kecil seharga Rp 15 ribu, namun diakuinya, cairan spirtus kini sudah sulit diperoleh.
Meski lebih mahal dari petasan biasa, warga di Ambon tetap memilih petasan basoka untuk digunakan menyambut perayaan Natal maupun tahun baru nanti. (bm 10)
Petasan Basoka adalah alat atau wadah yang terbuat dari beberapa buah kaleng yang disambung-sambungkan sehingga mirip senjata basoka dengan panjang mencapai kurang lebih 80 centimeter.
Dari penelusuran media ini di beberapa lokasi, terlihat anak-anak usia dini hingga orang dewasa gemar menggunakan alat ini untuk dapat menghasilkan bunyi-bunyian yang lebih keras.
Tidak peduli, bunyi keras yang dihasilkan petasan basoka berpotensi dapat membahayakan penderita penyakit jantung, namun bagi penggemarnya tetap menggunakannya tanpa batas waktu.
Dengan beralihnya warga menggunakan petasan basoka, ratusan pedagang petasan di Ambon pun gigit jari. Hal itu diakui salah satu pedagang petasan yang sering menggelar jualannya di depan RS Tentara Ambon.
"Jualan kami tahun ini memang kurang laku seperti tahun sebelumnya. Tahun lalu kami bisa untung mencapai Rp 3 juta, tapi tahun ini Rp 500 ribu pun sulit dihasilkan," keluh Amir, Minggu (22/12/2013).
Warga Urimessing, Mario, salah satu penggemar petasan basoka kepada media ini menuturkan, dirinya kini lebih memilih menggunakan petasan basoka karena mudah digunakan, selain tidak menimbulkan asap belerang seperti petasan biasa.
"Basoka ini mudah digunakan apalagi bahan ledaknya berasal dari cairan spirtus yang diperoleh dengan harga murah dan tidak menimbulkan asap," kata Mario.
Menurutnya, basoka itu terbuat dari bahan yang mudah diperoleh, yakni dari empat buah kaleng susu yang disambungkan menggunakan isolasiban.
Alat pemicu petasan basoka katanya, terbuat dari handstaker yang dipasang menggunakan botol pembersih pakaian (byklin), sementara bahan ledak berasal dari cairan spirtus yang dimasukan dengan cara menyemprotkan ke dalam wadah yang telah dirancang menggunakan beberapa penyaring.
"Untuk menghasilkan bunyi, cairan spirtus diisi beberapa tetes menggunakan semprotan minyak wangi, kemudian alat itu dikocok. Setelah itu, alat pemicu yang telah dirancang pada penutup botol byklin itu ditutup dengan rapat, kemudian dipenjet, maka timbulah bunyi yang keras," jelasnya.
Ia mengatakan, petasan ini awalnya berasal dari daerah Manado, Sualwesi Utara yang umumnya digunakan warga disana untuk berburu dihutan. Namun warga di Ambon baru menggunakannya sebagai pengganti petasan biasa tahun ini.
Soal berapa harga petasan basoka yang di jual, Mario menjelaskan bahwa harga basoka yang dijual bervariasi dari Rp 100 hingga Rp 150 ribu per basoka, namun karena sudah banyak peminat yang menggunakan petasan basoka, harga tersebut kini bisa mencapai Rp 300 ribu per buah.
Sementara harga cairan spirtus untuk bahan peledak basoka per botol kecil seharga Rp 15 ribu, namun diakuinya, cairan spirtus kini sudah sulit diperoleh.
Meski lebih mahal dari petasan biasa, warga di Ambon tetap memilih petasan basoka untuk digunakan menyambut perayaan Natal maupun tahun baru nanti. (bm 10)