Aksi Demo Mahasiswa dan Raja-Raja Taniwel, Tiga Mahasiswa Dianiaya
http://www.beritamalukuonline.com/2013/12/aksi-demo-mahasiswa-dan-raja-raja.html?m=0
Ambon – Berita Maluku. Sejumlah Mahasiswa dan raja-raja di kecamatan Taniwel bagian pegunungan, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut perbaikan jalan yang rusak di daerah itu, namun aksi itu sempat mendapat perlawanan oleh sejumlah oknum yang mengatasnamakan Pemerintah setempat, di perempatan kota Piru, Senin (23/12/2013).
Dalam aksi itu, mahasiswa dan raja menuntut pemerintah kabupaten SBB segera membangun jalan yang rusak agar aktivitas masyarakat yang ada di pegunungan itu dapat berjalan sesuai harapan.
Setelah berorasi kurang lebih setengah jam di perempatan kota piru, massa kemudian melanjutkan perjalanan menuju kantor Bupati SBB guna menemui pemerintah kabupaten untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Namun sayangnya, aksi damai yang berjalan tanpa ada pengamanan itu diganggu sekelompok orang di depan pintu gerbang pandopo Bupati.
Dengan mengatasnamakan pemerintah setempat, sejumlah orang yang keluar dari kendaraan langsung membubarkan para pendemo.
“Kalau mau demo ijin dolo di pemerintah desa Piru,” Kata Ronny Manupassa, salah seorang pelaku pembubaran aksi unjuk rasa.
Meski para pengunjuk rasa sudah menjelaskan, kalau aksi itu sudah melalui prosedur, namun Manupassa tidak menggubrisnya bahkan melakukan pemukulan dan penganiayaan terhadap tiga mahasiswa.
“Kami sempat berdebat dan menjelaskan kalau aksi ini sudah melalui prosedur, tapi mereka tidak menerima dan melakukan pemukulan bahkan menganiaya tiga rekan kami,” kata koordinator lapangan (korlap) mahasiswa, Cristian Sea dan Yanto Lemosol melalui press realese yang disampaikan kepada media ini, Senin (23/12/2013).
Cristian mengatakan, usai menganiaya mahasiswa, para penganiaya itu langsung kabur. Namun aksi itu tidak berakhir, malah berlanjut ke kantor Bupati SBB dan kantor DPRD Kabupaten SBB di desa Gemba.
Di kantor DPRD, para pengunjuk rasa di terima Sekda SBB, Mansur Tuharea dan Ketua Komisi B DPRD SBB.
Di hadapan para pengunjuk rasa yang menuntut segera di bangun jalan Taniwel pegunungan tersebut, keduanya berjanji akan segera menganggarkan pembangunan jalan tersebut melalui APBD Kabupaten SBB tahun 2014 sebesar Rp 1 miliar.
Namun janji itu sempat mendapat tekanan dari para pengunjuk rasa. “Kami minta jangan cuma bisa bikin janji tapi harus ada bukti dan kami akan terus melakukan pengawalan hingga anggaran yang sudah dijanjikan itu bisa segera di tetapkan,” kata pengunjuk rasa.
Sementara itu, pihak pengunjuk rasa melalui koordinatornya telah menyampaikan pengaduan kepada pihak Polres SBB terkait aksi penganiayaan yang dilakukan oleh Manupasa dan sejumlah rekannya terhadap para mahasiswa.
“Ini aksi biadap yang mesti di tangani secara tegas oleh pihak kepolisian. Kami berjanji kasus ini akan kami kawal hingga ada kepastian hokum, sehingga menjadi pelajaran bagi siapun yang melakukan tindakan serupa,” jelas mereka. (bm 10)
Dalam aksi itu, mahasiswa dan raja menuntut pemerintah kabupaten SBB segera membangun jalan yang rusak agar aktivitas masyarakat yang ada di pegunungan itu dapat berjalan sesuai harapan.
Setelah berorasi kurang lebih setengah jam di perempatan kota piru, massa kemudian melanjutkan perjalanan menuju kantor Bupati SBB guna menemui pemerintah kabupaten untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Namun sayangnya, aksi damai yang berjalan tanpa ada pengamanan itu diganggu sekelompok orang di depan pintu gerbang pandopo Bupati.
Dengan mengatasnamakan pemerintah setempat, sejumlah orang yang keluar dari kendaraan langsung membubarkan para pendemo.
“Kalau mau demo ijin dolo di pemerintah desa Piru,” Kata Ronny Manupassa, salah seorang pelaku pembubaran aksi unjuk rasa.
Meski para pengunjuk rasa sudah menjelaskan, kalau aksi itu sudah melalui prosedur, namun Manupassa tidak menggubrisnya bahkan melakukan pemukulan dan penganiayaan terhadap tiga mahasiswa.
“Kami sempat berdebat dan menjelaskan kalau aksi ini sudah melalui prosedur, tapi mereka tidak menerima dan melakukan pemukulan bahkan menganiaya tiga rekan kami,” kata koordinator lapangan (korlap) mahasiswa, Cristian Sea dan Yanto Lemosol melalui press realese yang disampaikan kepada media ini, Senin (23/12/2013).
Cristian mengatakan, usai menganiaya mahasiswa, para penganiaya itu langsung kabur. Namun aksi itu tidak berakhir, malah berlanjut ke kantor Bupati SBB dan kantor DPRD Kabupaten SBB di desa Gemba.
Di kantor DPRD, para pengunjuk rasa di terima Sekda SBB, Mansur Tuharea dan Ketua Komisi B DPRD SBB.
Di hadapan para pengunjuk rasa yang menuntut segera di bangun jalan Taniwel pegunungan tersebut, keduanya berjanji akan segera menganggarkan pembangunan jalan tersebut melalui APBD Kabupaten SBB tahun 2014 sebesar Rp 1 miliar.
Namun janji itu sempat mendapat tekanan dari para pengunjuk rasa. “Kami minta jangan cuma bisa bikin janji tapi harus ada bukti dan kami akan terus melakukan pengawalan hingga anggaran yang sudah dijanjikan itu bisa segera di tetapkan,” kata pengunjuk rasa.
Sementara itu, pihak pengunjuk rasa melalui koordinatornya telah menyampaikan pengaduan kepada pihak Polres SBB terkait aksi penganiayaan yang dilakukan oleh Manupasa dan sejumlah rekannya terhadap para mahasiswa.
“Ini aksi biadap yang mesti di tangani secara tegas oleh pihak kepolisian. Kami berjanji kasus ini akan kami kawal hingga ada kepastian hokum, sehingga menjadi pelajaran bagi siapun yang melakukan tindakan serupa,” jelas mereka. (bm 10)