Warga Serut Ancam Blokir Jalan Trans Seram
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/warga-serut-ancam-blokir-jalan-trans.html
Frits Ohoiulun |
Ambon - Berita Maluku. Sungguh keterlaluan petinggi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Maluku Tengah. Bayangkan saja, hanya karena ditengarai menyimpan rapi dendam politik peninggalan pemilihan kepala daerah Maluku Tengah periode 2011/16, Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan (SMKK) Pinaiya, Kecamatan Seram Utara, terancam ditutup.
Imbasnya, ratusan siswa SMKK Pinaiya tak diizinkan mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAS) untuk tahun ajaran 2013/14. Ironisnya, pihak Disdikpora Maluku yang pernah diimbau Liliane Aitonam, legislator Maluku asal Daerah Pemilihan Serut dalam hearing di DPRD Maluku bersama caretaker Gubernur Maluku Saut Situmorang belum lama ini, untuk menyikapi hal ini justru berdalih bahwa sesuai otonomisasi, hal itu merupakan kewenangan Disdikpora Malteng.
Selain itu, terang Sahril Silawane, salah satu komponen pemuda Serut di Ambon, Rabu (13/11/2013), pihak Disdikpora Maluku beralasan ancaman penutupan secara lisan itu semata-mata melanjutkan pengakuan Kepala Disdikpora Malteng Profesor Doktor Askam Tuasikal kalau dirinya telah dilaporkan pihak Yayasan Pinaiya ke Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta terkait status SMKK Pinaiya.
’’Kita laporkan Pak Askam (Tuasikal) justru karena kesalahan beliau sendiri,’’ tukasnya.
Menurut Silawane, sangat naïf jika Tuasikal yang diutus Rektor Universitas Pattimura Profesor Doktor Thomas Pentury untuk membangun atmosfer pendidikan di Malteng agar lebih baik, justru bersikap primitif, primordialis, kolonialis, membangkang terhadap amant mulia Undang-Undang Dasar 1945, dan membunuh karakter masyarakat Serut dan mematikan masa depan anak-anak Serut.
’’Kami sangat ragukan status guru besar yang disandang beliau. Karena itu, kami Rektor Unpatti (Thomas Pentury) untuk mengevaluasi keberadaan Pak Askam (Tuasikal) sebagai Kepala Disdikpora Malteng, sebab kehadiran yang bersangkutan bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat UUD 1945, tapi sebaliknya membunuh karakter dan mematikan masa depan generasi penerus bangsa di Serut. Orang-orang seperti ini layak disebut penjahat pendidikan Indonesia, dan Maluku,’’ tegasnya.
Pemuka masyarakat Serut Frits Ohoiulun dengan tegas mengancam akan mengerahkan seluruh komponen masyarakat setempat untuk memblokir jalan Trans Seram, jika Tuasikal cs tetap bersikeras menutup pengoperasian SMKK Pinaiya dalam waktu dekat. ’’Kalau sampai SMKK Pinaiya ditutup, kami akan tutup ruas jalan Trans Seram. Itu harga mati,’’ ancamnya.
Ohoiulun menyatakan apa yang dilakukan Tuasikal merupakan bentuk penjajahan gaya baru di dunia pendidikan Indonesia, khususnya di Maluku. ’’Ancaman menutup SMKK Pinaiya merupakan pengkhianatan terhadap semangat Pancasila dan amanat UUD 1945,’’ ujar wartawan senior Suara Maluku ini.
Terkait dengan itu, komponen pemuda Serut lainnya, Mazhury Maswatu menegaskan pihaknya dengan dukungan seluruh pemuda Serut siap berdarah-darah untuk memperjuangkan keadilan dan pemerataan pendidikan di Malteng, terutama untuk memastikan keberadaan SMKK Pinaiya tetap beroperasi di Serut.
’’Jangan coba-coba menutup sekolah itu (SMKK Pinaiya). Kami siap berdarah-darah jika Disdikpora Malteng tetap mau menutupnya. Kami siap mengorbankan jiwa raga kami demi masa depan generasi muda Serut. Ini sudah menjadi komitmen moral kami untuk mengawal keinginan tulus Ibu (Liliane) Aitonam dan pihak Yayasan Pinaiya untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa di Serut yang saat ini masih dijajah Pemkab Malteng,’’ sebutnya.
Ketua Yayasan Pinaiya Semuel Aitonam mengecam sikap Tuasikal yang mencari-cari alasan untuk menutup SMKK Pinaiya. ’’Dasar kalau jadi guru besar tapi kualitasnya nol seperti yang bersangkutan. Ini kan maksud baik kami dari yayasan untuk membangun sekolah kelautan ini, karena tujuannya untuk menampung siswa-siswa sesuai potensi unggulan, khususnya perikanan dan kelautan di Serut. Harusnya Disdikpora Malteng bersyukur dan mengapresiasi langkah kami, karena sudah membantu tugas mereka. Sampai saat ini pun tak ada bantuan apa pun yang diberikan kepada kami maupun sekolah. Kok kasih izin operasionalnya saja susahnya bukan main,’’ kecamnya.
Aitonam menyatakan saat ini pihaknya tengah merampungkan data-data dan keluhan-keluhan orangtua, siswa-siswa, dan masyarakat untuk disampaikan ke Ombudsman Republik Indonesia di Jakarta. ’’Kami akan laporkan ini ke Ombudsman RI. Segala cara akan kami tempuh untuk meminta Pemerintah RI arif menyikapi aspirasi masyarakat Serut,’’ paparnya.
Yayasan Pinaiya mendirikan SMKK Pinaiya sejak awal 2010. Namun, permohonan izin operasional yang disampaikan ke pihak Disdikpora Malteng sampai kini belum digubris. Padahal, lulusan sekolah kejuruan ini banyak yang direkrut masuk Unpatti, dan ada pula yang lulus langsung dipekerjakan di PT Wahana Lestari, perusahaan nasional yang bergerak di bidang pertambakkan udang di Serut.
Usut punya usut ancaman penutupan itu dilakukan Tuasikal sebagai respons atas pencalonan Aitonam sebagai calon wakil bupati Malteng periode 2011/16. Sayangnya, Tuasikal belum berhasil dikonfirmasi melalui ponselnya. (bm 01)