Warga Kisar Kesal Kapal Inka Mina 517 Jual Ikan ke Timor Leste
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/warga-kisar-kesal-kapal-inka-mina-517.html
Ambon - Berita Maluku. Ini sangat ironis. Ketika masyarakat Kisar, Kecamatan Pulau-pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, lagi didera kelangkaan produksi ikan laut segar di pasar Wonreli, kapal Inka Mina 517, yang merupakan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui dana Daftar Inventaris Masalah anggota DPRD Maluku daerah pemilihan setempat, justru menjual ikan hasil tangkapan ke warga negara Timor Leste.
’’Katong di Kisar ada stengah mati deng ikang, tapi kapal yang pemerintah kasih cuma cari ikang par jual ke Timor Leste,’’ kesal salah satu masyarakat Kisar, Markus Maahury kepada Berita Maluku, Sabtu (30/11/2013).
Maahury berujar sejak dulu sampai pemekaran daerah berlangsung di Negara Kesatuan Republik Indonesia pada kurun 1999, warga Kisar masih menjerit karena kelangkaan produksi perikanan tangkap oleh nelayan-nelayan tradisional setempat.
’’Di sini ikang mahal karena nelayan hanya cari ikan untuk makan, tidak untuk dijual di pasar. Kalau pun yang dijual itu nelayan yang punya perahu ukuran besar dan jaring bobo. Sebenarnya masyarakat ingin ada kapal besar untuk tangkap ikan dalam jumlah besar kemudian dijual di pasar. Tapi, ketika bantuan kapal datang, dong jual ikang hasil tangkapan ke Negara lain. Minggu lalu ada 1 ton ikang batu-batu yang dong jual ke Timor Leste. Padahal, masyarakat di sini mau ikan itu dijual di Pasar Wonreli,’’ keluhnya.
Maahury berharap pihak KKP segera mengevaluasi hal ini, sehingga keberadaan Kapal Inka Mina 517 benar-benar membantu masyarakat di pulau-pulau perbatasan.
’’Kapal itu hanya jual ikan untuk biaya politik anggota dewan. Untuk apa kapal itu dikasih pemerintah, tapi masyarakat tak pernah menikmati hasilnya,’’ pungkasnya. (bm 01)
’’Katong di Kisar ada stengah mati deng ikang, tapi kapal yang pemerintah kasih cuma cari ikang par jual ke Timor Leste,’’ kesal salah satu masyarakat Kisar, Markus Maahury kepada Berita Maluku, Sabtu (30/11/2013).
Maahury berujar sejak dulu sampai pemekaran daerah berlangsung di Negara Kesatuan Republik Indonesia pada kurun 1999, warga Kisar masih menjerit karena kelangkaan produksi perikanan tangkap oleh nelayan-nelayan tradisional setempat.
’’Di sini ikang mahal karena nelayan hanya cari ikan untuk makan, tidak untuk dijual di pasar. Kalau pun yang dijual itu nelayan yang punya perahu ukuran besar dan jaring bobo. Sebenarnya masyarakat ingin ada kapal besar untuk tangkap ikan dalam jumlah besar kemudian dijual di pasar. Tapi, ketika bantuan kapal datang, dong jual ikang hasil tangkapan ke Negara lain. Minggu lalu ada 1 ton ikang batu-batu yang dong jual ke Timor Leste. Padahal, masyarakat di sini mau ikan itu dijual di Pasar Wonreli,’’ keluhnya.
Maahury berharap pihak KKP segera mengevaluasi hal ini, sehingga keberadaan Kapal Inka Mina 517 benar-benar membantu masyarakat di pulau-pulau perbatasan.
’’Kapal itu hanya jual ikan untuk biaya politik anggota dewan. Untuk apa kapal itu dikasih pemerintah, tapi masyarakat tak pernah menikmati hasilnya,’’ pungkasnya. (bm 01)