Rieuwpassa Sebut Sasi Lompa Telah Dikomersilkan Kewang Darat
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/rieuwpassa-sebut-sasi-lompa-telah.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Masyarakat Desa Haruku dan Desa Sameth, Kecamatan Haruku, Maluku Tengah, mengaku kecewa dengan pelaksanaan ritual adat Buka Sasi Lompa di Kali Kayeli, Sabtu, 23 November 2013. Penyebabnya, garis keturunan maupun marga Ririmasse yang punya peran sebagai Kewang (polisi lingkungan) laut tak diberikan peranan utama untuk menggelar upacara adat pemanggilan ikan tersebut berdasarkan tradisi sejak zaman Leluhur negeri-negeri setempat.
’’Pak Eliza Kisya itu kan kewang darat (hutan), beliau tak punya hak mengatur Sasi Lompa, karena itu fungsi kewang laut dari marga Ririmasse,’’ tutur salah satu warga Haruku-Sameth, Jonas Rieuwpassa di Ambon, Senin, (25/11/2013).
Rieuwpassa meminta Kisya dan pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan hak-hak adat pengelolaan sumber daya laut agar tidak menjadikan momentum Sasi Lompa sebagai ajang bisnis pribadi dan kelompok.
’’Jangan jadikan event ini sebagai ajang bisnis,’’ timpalnya.
Rieuwpassa mengungkapkan sejak dulu upacara Sasi Lompa sudah diatur baik-baik Nenek Moyang Haruku-Sameth. ’’Dulu upacara ini jalan sama-sama, yakni tiga badan (warga Haruku, warga Sameth, dan unsur Gereja), sehingga masyarakat memperoleh ikan secara merata. Itu sudah dilakukan sejak Raja Balote, Jonas Ferdinandus, Nyong Ferdinandus, dan Johan Nirahua. Dulu Sasi Lompa bisa dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Bukan seperti saat ini yang seperti dibisniskan,’’ bandingnya mengecam. (bm 01)
’’Pak Eliza Kisya itu kan kewang darat (hutan), beliau tak punya hak mengatur Sasi Lompa, karena itu fungsi kewang laut dari marga Ririmasse,’’ tutur salah satu warga Haruku-Sameth, Jonas Rieuwpassa di Ambon, Senin, (25/11/2013).
Rieuwpassa meminta Kisya dan pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan hak-hak adat pengelolaan sumber daya laut agar tidak menjadikan momentum Sasi Lompa sebagai ajang bisnis pribadi dan kelompok.
’’Jangan jadikan event ini sebagai ajang bisnis,’’ timpalnya.
Rieuwpassa mengungkapkan sejak dulu upacara Sasi Lompa sudah diatur baik-baik Nenek Moyang Haruku-Sameth. ’’Dulu upacara ini jalan sama-sama, yakni tiga badan (warga Haruku, warga Sameth, dan unsur Gereja), sehingga masyarakat memperoleh ikan secara merata. Itu sudah dilakukan sejak Raja Balote, Jonas Ferdinandus, Nyong Ferdinandus, dan Johan Nirahua. Dulu Sasi Lompa bisa dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Bukan seperti saat ini yang seperti dibisniskan,’’ bandingnya mengecam. (bm 01)