Manusela dan Lucifara Didaftarkan ke PBB: Secara Geopolitik Maluku Jadi Lahan Perebutan AS-China Pattiasina Dukung Pela-Gandong
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/manusela-dan-lucifara-didaftarkan-ke.html?m=0
Ambon - Berita Maluku. Sejak dulu Maluku menjadi daerah rebutan bangsa-bangsa Eropa dan Timur Tengah. Bahkan, penemuan Amerika oleh Christopher Columbus berawal dari keinginan mencari kepulauan rempah-rempah (The Spice Island), Maluku, terutama Banda dan Ternate.
Selama hampir 800 tahun, zona Maluku adalah titik-temu arus peradaban Barat-Timur, China-India-Jepang, dan Eropa (Portugal, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jerman). Jejak awal dari koloni dan kolonialisme dunia berawal dari Maluku. Banda adalah koloni Inggris, koloni pertama di dunia. Jejak awal lahirnya kapitalisme dan titik-temu peradaban dunia adalah zona Maluku, dan Banda dilukiskan sebagai ’’the Blessed Land’’.
Muka bukan kebetulan, bahwa hingga awal abad 21, Maluku merupakan wilayah pemerintahan modern tertua di Indonesia. Filsuf dan ahli ekonomi politik Skotlandia, Adam Smith merilis buku ’’The Wealth of Nations’’ pada 1776.
Dalam perjalanannya keliling Eropa daratan, Smith yang melahirkan teori pembagian kerja juga menyimpulkan bahwa harta bangsa-bangsa berbasis pada keahlian produktif, perdagangan, dan spirit moral. Ini pula dasar superioritas Eropa terhadap Asia dan Afrika.
Mencermati superioritas Eropa, sejumlah tokoh di Jepang, seperti Ito Hirobumi, Matsukata Masayoshi, Kido Takayoshi, Itagaki Taisuke, Yamagata Aritomo, Mori Arinori, Okubo Toshimichi, dan Yamaguchi Naoyoshi melancarkan strategi restorasi. Jepang meniru Eropa. Dan Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 memadukan kemajuan Eropa dengan nilai-nilai tradisi Asia.
Sejak Perang Dua II (1939-1945), Jepang adalah model ideal di Asia. Faktor pivotal role Jepang dan kemitraannya dengan Amerika Serikat melahirkan level kondusif stabilitas dan kemitraan Asia Pasifik sejak era Perang Dingin 1970-an sampai awal abad 21. Maka kemajuan ekonomi Korea Selatan, Taiwan, China, dan Asia Tenggara sulit dijelaskan tanpa mengkalkulasi factor Jepang.
Faktor Jepang diakui oleh arsitek modernisasi RRC, Deng Xiaoping sejak 1970-an. Deng mengutip dan merujuk pada pengalaman Restorasi Meiji di Jepang. Inisiator Maluku Kaya.Com, Engelina Pattiasina, Rabu (27/11/2013) di Aula Balai Pelestarian Nilai-nilai Tradisional Maluku-Maluku Utara menyerukan perlunya orang Maluku meniru model Jepang untuk membangun peradaban.
’’Maluku Kaya dapat diraih melalui sistem dan strategi peradaban, seperti pernah diterapkan Jepang. Jepang mengajarkan penguasaan teknos (pilar peradaban). Restorasi Meiji mengajarkan bahwa perlunya jaminan hukum, pengakuan hukum, dan perlindungan hukum terhadap asset-aset, capital, hak, dan sejarah rakyat. Maka kini tiba saatnya, kita menata ulang dan mengelola arsip-arsip daerah tentang local wisdom, local heritage, dan local genius di Maluku selama ini,’’ ungkapnya.
Karena itu, Pattiasina mendukung langkah Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku-Malut untuk mendaftarkan budaya ’Pela-Gandong’ dan lagu-lagu rakyat Maluku ke Badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang menangani Pendidikan dan Kebudayaan (United Nations Educational Scientific Cultural Organization/UNESCO.
’’Jangan hanya Pela Gandong, kita perlu juga mendaftarkan Taman Manusela di Seram, dan Kepulauan Lucifara ke PBB. Banyak asset, situs, dan kekayaan alam budaya Maluku yang juga perlu didaftarkan ke UNESCO,’’ ajaknya.
Menurut Pattiasina, jaminan, pengakuan, dan perlindungan hukum terhadap kepemilikan lahan, aset, dan hak-hak cipta rakyat daerah adalah hal esensial untuk meraih fase ’’Maluku Kaya abad 21’’.
’’Ini pula yang hendak saya suarakan dan perjuangkan melalui Gerakan Maluku Kaya. Restorasi Meiji mengajarkan rakyat dan lahannya adalah satu kesatuan. Hasil riset ekonom Peru, Hernando de Soto mengajarkan bahwa kapital, modal, atau kekayaan hanya tumbuh di suatu masyarakat dan Negara yang melindungi, menjamin, dan mengakui secara formal setiap asset, hak, kepemilikan, dan kapital rakyatnya. Tanpa itu ibarat membangun rumah di atas pasir,’’ papar mantan anggota DPR RI asal Daerah Pemilihan Sulawesi Utara ini.
Kini, ulas Pattiasina, kita perlu belajar dari Yerikho. Kita membangun peradaban di berbagai sector kehidupan rakyat, mulai dari seni, budaya, pendidikan, kesehatan, teknologi, sains, ekonomi, dan ekosistem.
’’Konservasi Sumber Daya Alam (SDA), kita raih melalui konservasi empat pilar dasar ekosistem, yakni tanah, air, pohon, dan gas. Kita punya gas alam abadi di Blok Masela. Secara geopolitik, ada kepentingan China dan AS di Maluku. Air laut dan laut Maluku menyimpan kekayaan alam untuk kepentingan persenjataan dan nuklir. Jangan heran kalau Kobalt di perairan Teon-Nila-Serua (TNS) jadi jaminan bank di dunia karena kepentingan AS. Itulah kenapa AS bangun pangkalan militer di Darwin (Australia), sementara China membangun gratis banyak infrastruktur di Dili (Timor Leste),’’ jelasnya.
Dijelaskan Pattiasina, banyak kepentingan politik nasional dan global yang ingin menghancurkan Maluku. ’’Pengalaman konflik tahun 1999, saya tak setuju kalau orang bilang pemicunya adalah akibat emosi orang Maluku yang cepat tersulut, sumbu pendek. Saya yakin ada tangan-tangan khusus yang bermain di balik semua tragedy kemanusiaan ini. Kelak, Maluku akan terus digoyang. Oleh karena itu, kita harus bersatu untuk melawan ini melalui senjata peradaban kita sendiri. Dan saya setuju kalau gerakan ini perlu disosialisasikan di 11 kabupaten/kota. Karena Maluku kaya, hanya dimiskinkan secara struktural dan sistemik karena kebijakan pusat,’’ pungkasnya. (rony samloy)
Selama hampir 800 tahun, zona Maluku adalah titik-temu arus peradaban Barat-Timur, China-India-Jepang, dan Eropa (Portugal, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jerman). Jejak awal dari koloni dan kolonialisme dunia berawal dari Maluku. Banda adalah koloni Inggris, koloni pertama di dunia. Jejak awal lahirnya kapitalisme dan titik-temu peradaban dunia adalah zona Maluku, dan Banda dilukiskan sebagai ’’the Blessed Land’’.
Muka bukan kebetulan, bahwa hingga awal abad 21, Maluku merupakan wilayah pemerintahan modern tertua di Indonesia. Filsuf dan ahli ekonomi politik Skotlandia, Adam Smith merilis buku ’’The Wealth of Nations’’ pada 1776.
Dalam perjalanannya keliling Eropa daratan, Smith yang melahirkan teori pembagian kerja juga menyimpulkan bahwa harta bangsa-bangsa berbasis pada keahlian produktif, perdagangan, dan spirit moral. Ini pula dasar superioritas Eropa terhadap Asia dan Afrika.
Mencermati superioritas Eropa, sejumlah tokoh di Jepang, seperti Ito Hirobumi, Matsukata Masayoshi, Kido Takayoshi, Itagaki Taisuke, Yamagata Aritomo, Mori Arinori, Okubo Toshimichi, dan Yamaguchi Naoyoshi melancarkan strategi restorasi. Jepang meniru Eropa. Dan Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 memadukan kemajuan Eropa dengan nilai-nilai tradisi Asia.
Sejak Perang Dua II (1939-1945), Jepang adalah model ideal di Asia. Faktor pivotal role Jepang dan kemitraannya dengan Amerika Serikat melahirkan level kondusif stabilitas dan kemitraan Asia Pasifik sejak era Perang Dingin 1970-an sampai awal abad 21. Maka kemajuan ekonomi Korea Selatan, Taiwan, China, dan Asia Tenggara sulit dijelaskan tanpa mengkalkulasi factor Jepang.
Faktor Jepang diakui oleh arsitek modernisasi RRC, Deng Xiaoping sejak 1970-an. Deng mengutip dan merujuk pada pengalaman Restorasi Meiji di Jepang. Inisiator Maluku Kaya.Com, Engelina Pattiasina, Rabu (27/11/2013) di Aula Balai Pelestarian Nilai-nilai Tradisional Maluku-Maluku Utara menyerukan perlunya orang Maluku meniru model Jepang untuk membangun peradaban.
’’Maluku Kaya dapat diraih melalui sistem dan strategi peradaban, seperti pernah diterapkan Jepang. Jepang mengajarkan penguasaan teknos (pilar peradaban). Restorasi Meiji mengajarkan bahwa perlunya jaminan hukum, pengakuan hukum, dan perlindungan hukum terhadap asset-aset, capital, hak, dan sejarah rakyat. Maka kini tiba saatnya, kita menata ulang dan mengelola arsip-arsip daerah tentang local wisdom, local heritage, dan local genius di Maluku selama ini,’’ ungkapnya.
Karena itu, Pattiasina mendukung langkah Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku-Malut untuk mendaftarkan budaya ’Pela-Gandong’ dan lagu-lagu rakyat Maluku ke Badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang menangani Pendidikan dan Kebudayaan (United Nations Educational Scientific Cultural Organization/UNESCO.
’’Jangan hanya Pela Gandong, kita perlu juga mendaftarkan Taman Manusela di Seram, dan Kepulauan Lucifara ke PBB. Banyak asset, situs, dan kekayaan alam budaya Maluku yang juga perlu didaftarkan ke UNESCO,’’ ajaknya.
Menurut Pattiasina, jaminan, pengakuan, dan perlindungan hukum terhadap kepemilikan lahan, aset, dan hak-hak cipta rakyat daerah adalah hal esensial untuk meraih fase ’’Maluku Kaya abad 21’’.
’’Ini pula yang hendak saya suarakan dan perjuangkan melalui Gerakan Maluku Kaya. Restorasi Meiji mengajarkan rakyat dan lahannya adalah satu kesatuan. Hasil riset ekonom Peru, Hernando de Soto mengajarkan bahwa kapital, modal, atau kekayaan hanya tumbuh di suatu masyarakat dan Negara yang melindungi, menjamin, dan mengakui secara formal setiap asset, hak, kepemilikan, dan kapital rakyatnya. Tanpa itu ibarat membangun rumah di atas pasir,’’ papar mantan anggota DPR RI asal Daerah Pemilihan Sulawesi Utara ini.
Kini, ulas Pattiasina, kita perlu belajar dari Yerikho. Kita membangun peradaban di berbagai sector kehidupan rakyat, mulai dari seni, budaya, pendidikan, kesehatan, teknologi, sains, ekonomi, dan ekosistem.
’’Konservasi Sumber Daya Alam (SDA), kita raih melalui konservasi empat pilar dasar ekosistem, yakni tanah, air, pohon, dan gas. Kita punya gas alam abadi di Blok Masela. Secara geopolitik, ada kepentingan China dan AS di Maluku. Air laut dan laut Maluku menyimpan kekayaan alam untuk kepentingan persenjataan dan nuklir. Jangan heran kalau Kobalt di perairan Teon-Nila-Serua (TNS) jadi jaminan bank di dunia karena kepentingan AS. Itulah kenapa AS bangun pangkalan militer di Darwin (Australia), sementara China membangun gratis banyak infrastruktur di Dili (Timor Leste),’’ jelasnya.
Dijelaskan Pattiasina, banyak kepentingan politik nasional dan global yang ingin menghancurkan Maluku. ’’Pengalaman konflik tahun 1999, saya tak setuju kalau orang bilang pemicunya adalah akibat emosi orang Maluku yang cepat tersulut, sumbu pendek. Saya yakin ada tangan-tangan khusus yang bermain di balik semua tragedy kemanusiaan ini. Kelak, Maluku akan terus digoyang. Oleh karena itu, kita harus bersatu untuk melawan ini melalui senjata peradaban kita sendiri. Dan saya setuju kalau gerakan ini perlu disosialisasikan di 11 kabupaten/kota. Karena Maluku kaya, hanya dimiskinkan secara struktural dan sistemik karena kebijakan pusat,’’ pungkasnya. (rony samloy)