Engelina Pattiasina Minta Pempus Jangan Rampok Maluku
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/engelina-pattiasina-minta-pempus-jangan.html
Orang Maluku Harus Jadi ’’Kewang’’ bagi Kekayaan Alamnya
Ambon - Berita Maluku. Dua periode, 1999-2004, dan 2004-2009, Engelina Pattiasina menjadi anggota DPR RI asal daerah pemilihan Sulawesi Utara. Meski lahir di Palembang, besar di Medan, dan mewakili dapil Sulut, namun Engelina telah banyak berbuat bagi Maluku. Apalagi, ia pernah duduk di Panitia Anggaran DPR RI periode 1999-2003. Ia banyak tahu tentang kekayaan alam Maluku, baik yang belum dikelola maupun digadai dan dirampok untuk kepentingan penguasa di pusat dan daerah.
’’Soal pencurian ikan di laut Maluku saya pernah bilang itu ke pemerintah pusat. Saya bilang jangan lah rampok negeri saya dengan cara-cara yang illegal seperti itu,’’ ungkapnya dalam jumpa pers di Ruang Etnografi Museum Siwalima Ambon, Rabu siang (13/11/2013).
Engelina katakan, Maluku sudah kaya sejak dulu. Selama 800 tahun, sejak abad ke-12 Masehi (M), Maluku telah menyumbang ilham dan kapital (modal) bagi lahirnya sejumlah peradaban besar dunia. Mulai dari pembuatan peta dunia berbasis rute-rute rempah-rempah asal Maluku hingga revolusi sains, tren, mode, dan revolusi komersial di sector keuangan Eropa abad ke-17 dan abad ke-18 M.
Peta I Asia Tenggara karya Petrus Plansius akhir abad ke-16 M melukiskan zona Maluku adalah pusat geografi-komersial Asia Tenggara karena Maluku kaya rempah-rempah.
Hasil riset Alfred Wallace tahun 1858 tentang persebaran burung di Maluku dan Papua, tidak hanya mengilhami lahirnya keragaman hayati di planet bumi, tetapi juga menjelaskan bahwa zona Maluku adalah titik temu pergerakan kerak bumi Pasifik-Asia-Australia selama jutaan tahun. Maka bukan kebetulan, Maluku dan Papua kaya burung dan satu-satunya tempat hidup ’’Bird of Paradise’’ selama bertahun-tahun.
Sebab, arah burung terbang selalu peka terhadap gelombang gravitasi bumi yang dipengaruhi oleh mineral-mineral, mulai dari garam sampai mineral strategis untuk industry strategis persenjataan dunia. Gerak tektonik kerak lempengan Samudera Pasifik dan Australia selama jutaan tahun telah membuat Maluku dan Papua terjepit di antara kedua lempengan raksasa ini. Akibat gerakan tektonik tersebut, terbentuk zona batu gamping di Papua dan Maluku.
Endapan batuan-batuan asidik menyebabkan mineralisasi logam-logam dasar. Dari mineralisasi logam-logam dasar itu terbentuk cadangan tembaga dan emas atau mineral lainnya: bijih mineral dan bahan bakar fosil lain seperti batubara, gambut, alumunium, nikel, kronium, kobalt, besi, timah, mangan, merkuri, timbel, tungsten, dan seng (zink).
Zona Maluku adalah titik temu arus peradaban Barat-Timur, China-India-Jepang, dan Eropa (Portugal, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jerman). Jejak awal dari koloni pertama dan kolonialisme dunia juga berawal dari Maluku.
Banda adalah koloni Inggris, koloni pertama di dunia. Sehingga jejak awal lahirnya kapitalisme dan titik temu peradaban dunia adalah zona Maluku dan Banda dilukiskan sebagai ’’The Based Land’’.
Maka bukan kebetulan, bahwa hingga awal abad ke-21 ini, Maluku merupakan wilayah pemerintahan modern tertua di Indonesia. Awal abad ke-21, sekitar 1700-an pulau besar dan kecil dari luas 705.645 km2 Provinsi Maluku memiliki titik geostrategik di Asia Pasifik. Maluku dan Papua adalah ruang terdepan Indonesia terhadap klaim tumpang tindih dari 6 negara terhadap Laut China Selatan di Asia Pasifik.
Rusia dan Amerika Serikat merasa berhak untuk ikut campur di zona ini. Sehingga Maluku dan Papua menentukan derajat pertahanan nasional Negara Republik Indonesia. Sebab, kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil adalah arteri, sehingga dengan mengontrol arteri ini dapat mengontrol achipelagic zone Negara RI.
Ini teruji empiris dalam penguasaan maritime Indonesia selama 400 tahun oleh VOC dan Belanda sejak 1602. ’’Tiba saatnya kita bikin gerakan, bahwa Maluku kaya. Orang Maluku harus menjadi kewang bagi kekayaan alamnya itu,’’ ungkap Engelina.
Menurut Engelina, perjuangan Maluku untuk memperoleh pengakuan Provinsi Kepulauan, Lumbung Ikan Nasional (LIN), Partisipating Interest (PI) 10 persen Blok Masela, dan lainnya belum berhasil bukan karena pemerintah pusat tak tulus, tapi kesalahan orang Maluku sendiri.
’’Selama saya jadi anggota DPR RI, banyak yang saya perjuangkan untuk Maluku meski dapil saya Sulut. Saya tanya Pempus, misalnya soal bantuan cold storage dan 1000 kapal tangkap ikan, tapi selalu dikatakan nggak ada usulan dari daerah. Mana anggota DPR RI asal Maluku, mana usulan anggota DPRD Maluku, mana usulan Pemprov Maluku, semua itu ditanyakan. Jadi, kegagalan itu karena kita sendiri, bukan Pempus tak tulus. Elite-elite politik dan birokrat kita di sini belum kompak. Sulut itu terpenuhi kebutuhannya, karena setiap bulan wakil-wakil rakyatnya bertemu dan menyatukan persepsi. Kita bertemu, kita lepas jaket partai kita masing-masing, dan fokus bicara Sulut. Tanya ini ke anggota DPR RI dan DPD RI asal Maluku kenapa kita gagal dalam memperjuangkan semua itu,’’ bebernya.
Melalui gerakan Maluku Kaya, terang Engelina, dirinya ingin menggugah komitmen orang Maluku, bahwa kita punya potensi melimpah di darat dan di laut. Tinggal bagaimana komitmen tulus pemerintah Maluku dan kerja keras masyarakat untuk mengelola sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
’’Saya sebenarnya gelisah, bahkan resah membaca berita-berita melalui media massa di mana tahun 2010 Maluku masuk urutan ke-3 nasional provinsi termiskin di Indonesia. Saya merasa ada yang salah dalam pengelolaan kekayaan alam maupun manajemen pemerintahan di Maluku,’’ paparnya.
Dia mengajak masyarakat Maluku untuk bersatu untuk membangun Maluku melalui konservasi 4 pilar dasar ekosistem, yakni tanah, air, pohon dan gas.
’’Kita pulihkan nilai dan pranata sosial, budaya, ekonomi, dan kearifan lokal yang luntur dan terkikis oleh saling curiga dan konflik antarkelompok. Ini pula misi yang akan saya suara di Senayan melalui Dewan Pimpinan Daerah,’’ pungkas mantan Wakil Sekjen DPP FKPPI periode 2003/08 itu. (bm 01)
Ambon - Berita Maluku. Dua periode, 1999-2004, dan 2004-2009, Engelina Pattiasina menjadi anggota DPR RI asal daerah pemilihan Sulawesi Utara. Meski lahir di Palembang, besar di Medan, dan mewakili dapil Sulut, namun Engelina telah banyak berbuat bagi Maluku. Apalagi, ia pernah duduk di Panitia Anggaran DPR RI periode 1999-2003. Ia banyak tahu tentang kekayaan alam Maluku, baik yang belum dikelola maupun digadai dan dirampok untuk kepentingan penguasa di pusat dan daerah.
’’Soal pencurian ikan di laut Maluku saya pernah bilang itu ke pemerintah pusat. Saya bilang jangan lah rampok negeri saya dengan cara-cara yang illegal seperti itu,’’ ungkapnya dalam jumpa pers di Ruang Etnografi Museum Siwalima Ambon, Rabu siang (13/11/2013).
Engelina katakan, Maluku sudah kaya sejak dulu. Selama 800 tahun, sejak abad ke-12 Masehi (M), Maluku telah menyumbang ilham dan kapital (modal) bagi lahirnya sejumlah peradaban besar dunia. Mulai dari pembuatan peta dunia berbasis rute-rute rempah-rempah asal Maluku hingga revolusi sains, tren, mode, dan revolusi komersial di sector keuangan Eropa abad ke-17 dan abad ke-18 M.
Peta I Asia Tenggara karya Petrus Plansius akhir abad ke-16 M melukiskan zona Maluku adalah pusat geografi-komersial Asia Tenggara karena Maluku kaya rempah-rempah.
Hasil riset Alfred Wallace tahun 1858 tentang persebaran burung di Maluku dan Papua, tidak hanya mengilhami lahirnya keragaman hayati di planet bumi, tetapi juga menjelaskan bahwa zona Maluku adalah titik temu pergerakan kerak bumi Pasifik-Asia-Australia selama jutaan tahun. Maka bukan kebetulan, Maluku dan Papua kaya burung dan satu-satunya tempat hidup ’’Bird of Paradise’’ selama bertahun-tahun.
Sebab, arah burung terbang selalu peka terhadap gelombang gravitasi bumi yang dipengaruhi oleh mineral-mineral, mulai dari garam sampai mineral strategis untuk industry strategis persenjataan dunia. Gerak tektonik kerak lempengan Samudera Pasifik dan Australia selama jutaan tahun telah membuat Maluku dan Papua terjepit di antara kedua lempengan raksasa ini. Akibat gerakan tektonik tersebut, terbentuk zona batu gamping di Papua dan Maluku.
Endapan batuan-batuan asidik menyebabkan mineralisasi logam-logam dasar. Dari mineralisasi logam-logam dasar itu terbentuk cadangan tembaga dan emas atau mineral lainnya: bijih mineral dan bahan bakar fosil lain seperti batubara, gambut, alumunium, nikel, kronium, kobalt, besi, timah, mangan, merkuri, timbel, tungsten, dan seng (zink).
Zona Maluku adalah titik temu arus peradaban Barat-Timur, China-India-Jepang, dan Eropa (Portugal, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jerman). Jejak awal dari koloni pertama dan kolonialisme dunia juga berawal dari Maluku.
Banda adalah koloni Inggris, koloni pertama di dunia. Sehingga jejak awal lahirnya kapitalisme dan titik temu peradaban dunia adalah zona Maluku dan Banda dilukiskan sebagai ’’The Based Land’’.
Maka bukan kebetulan, bahwa hingga awal abad ke-21 ini, Maluku merupakan wilayah pemerintahan modern tertua di Indonesia. Awal abad ke-21, sekitar 1700-an pulau besar dan kecil dari luas 705.645 km2 Provinsi Maluku memiliki titik geostrategik di Asia Pasifik. Maluku dan Papua adalah ruang terdepan Indonesia terhadap klaim tumpang tindih dari 6 negara terhadap Laut China Selatan di Asia Pasifik.
Rusia dan Amerika Serikat merasa berhak untuk ikut campur di zona ini. Sehingga Maluku dan Papua menentukan derajat pertahanan nasional Negara Republik Indonesia. Sebab, kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil adalah arteri, sehingga dengan mengontrol arteri ini dapat mengontrol achipelagic zone Negara RI.
Ini teruji empiris dalam penguasaan maritime Indonesia selama 400 tahun oleh VOC dan Belanda sejak 1602. ’’Tiba saatnya kita bikin gerakan, bahwa Maluku kaya. Orang Maluku harus menjadi kewang bagi kekayaan alamnya itu,’’ ungkap Engelina.
Menurut Engelina, perjuangan Maluku untuk memperoleh pengakuan Provinsi Kepulauan, Lumbung Ikan Nasional (LIN), Partisipating Interest (PI) 10 persen Blok Masela, dan lainnya belum berhasil bukan karena pemerintah pusat tak tulus, tapi kesalahan orang Maluku sendiri.
’’Selama saya jadi anggota DPR RI, banyak yang saya perjuangkan untuk Maluku meski dapil saya Sulut. Saya tanya Pempus, misalnya soal bantuan cold storage dan 1000 kapal tangkap ikan, tapi selalu dikatakan nggak ada usulan dari daerah. Mana anggota DPR RI asal Maluku, mana usulan anggota DPRD Maluku, mana usulan Pemprov Maluku, semua itu ditanyakan. Jadi, kegagalan itu karena kita sendiri, bukan Pempus tak tulus. Elite-elite politik dan birokrat kita di sini belum kompak. Sulut itu terpenuhi kebutuhannya, karena setiap bulan wakil-wakil rakyatnya bertemu dan menyatukan persepsi. Kita bertemu, kita lepas jaket partai kita masing-masing, dan fokus bicara Sulut. Tanya ini ke anggota DPR RI dan DPD RI asal Maluku kenapa kita gagal dalam memperjuangkan semua itu,’’ bebernya.
Melalui gerakan Maluku Kaya, terang Engelina, dirinya ingin menggugah komitmen orang Maluku, bahwa kita punya potensi melimpah di darat dan di laut. Tinggal bagaimana komitmen tulus pemerintah Maluku dan kerja keras masyarakat untuk mengelola sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
’’Saya sebenarnya gelisah, bahkan resah membaca berita-berita melalui media massa di mana tahun 2010 Maluku masuk urutan ke-3 nasional provinsi termiskin di Indonesia. Saya merasa ada yang salah dalam pengelolaan kekayaan alam maupun manajemen pemerintahan di Maluku,’’ paparnya.
Dia mengajak masyarakat Maluku untuk bersatu untuk membangun Maluku melalui konservasi 4 pilar dasar ekosistem, yakni tanah, air, pohon dan gas.
’’Kita pulihkan nilai dan pranata sosial, budaya, ekonomi, dan kearifan lokal yang luntur dan terkikis oleh saling curiga dan konflik antarkelompok. Ini pula misi yang akan saya suara di Senayan melalui Dewan Pimpinan Daerah,’’ pungkas mantan Wakil Sekjen DPP FKPPI periode 2003/08 itu. (bm 01)