Guru SD Inpres 28 Ambon Ikut Serta di Konferensi Literacy Asian 2013
http://www.beritamalukuonline.com/2013/10/guru-sd-inpres-28-ambon-ikut-serta-di.html
Ambon - Berita Maluku. Secara umum kualitas pendidikan Maluku masih terpaut jauh di bawah ranking nasional. Posisi Maluku di ranking nasional adalah 32 atau terpaut satu tangga di atas Nusa Tenggara Timur. Namun, dalam hal-hal tertentu, kualitas guru asal Maluku di berbagai event internasional relatif membanggakan di tengah keprihatinan dunia pendidikan daerah ini dalam dua dasawarsa terakhir.
Adapun permata yang ikut mengharumkan nama Maluku di kancah internasional adalah Novita Wattimena. Guru Sekolah Dasar Instruksi Presiden (Inpres) 28 Ambon di Nania ini baru saja mewakili Maluku mengikuti ''Konferensi Literacy Asia'' di Denpasar, Bali, 5-7 Oktober 2013.
Sambutan peserta dari Belanda, Jepang, Bangladesh, Singapura, India, China, Filipina, dan utusan negara lain terhadap wanita 37 tahun ini sangat positif dan apresiasi berlebihan diberikan tatkala dia membawakan metode pembelajaran diagnostik ala Ambon.
''Ada tiga teknik yang saya berikan ketika dipersilahkan mempresentasikan makalah saya, yakni EPR (Every People Respons), Retelling (menceritakan ulang), dan 3 Level Pertunjukan yakni Literal, Inferensial dan Kritikal,'' papar Wattimena, Jumat (25/10/2013).
Dia mengakui guru-guru dalam memberikan pembelajaran masih menggunakan metode atau model klasik dan konvensional. Padahal, metode itu sudah usang karena tak layak lagi digunakan di era komputerisasi dan era digital saat ini. ''Sekarang ini sudah pakai metode diagnostik, jadi guru seperti dokter, mendiagnosa metode pembelajaran yang ada sehingga tidak monoton di kelas. Misalnya, kadang-kadang guru hanya kasih pertanyaan, tapi tak pernah mengharapkan kritikan dari siswa, padahal, tidak begitu, harus ada terobosan khusus melalui metode diagnostik ini,'' jelasnya.
Melalui metode itu, kata Wattimena, siswa lebih aktif di kelas terutama terkait baca, tulis, dan hitung. ''Konferensi itu dilaksanakan karena minat baca siswa di Asia sangat rendah dibanding negara lain di Amerika dan Eropa. Kenapa guru SD yang diambil karena memotivasi minat baca itu harus dari pendidikan dasar. Dan metode yang saya bawakan di Bali sudah saya terapkan di SD Inpres 28 Ambon sejak lama,'' ungkapnya.
Menariknya, menurut Kepsek SD Inpres 28 Ambon Balandina Ralahalu sebenarnya stafnya itu memperoleh predikat peserta terbaik, tapi karena kurang mahir berbahasa Inggris sehingga hanya diberikan piagam penghargaan oleh panitia. Karena metode pembelajaran diagnostik itu, urai Ralahalu,
SD Inpres 28 terpilih di antara 20 sekolah di Maluku yang berhasil dalam metode pembelajaran untuk memotivasi minat baca siswa. (rony samloy)
Adapun permata yang ikut mengharumkan nama Maluku di kancah internasional adalah Novita Wattimena. Guru Sekolah Dasar Instruksi Presiden (Inpres) 28 Ambon di Nania ini baru saja mewakili Maluku mengikuti ''Konferensi Literacy Asia'' di Denpasar, Bali, 5-7 Oktober 2013.
Sambutan peserta dari Belanda, Jepang, Bangladesh, Singapura, India, China, Filipina, dan utusan negara lain terhadap wanita 37 tahun ini sangat positif dan apresiasi berlebihan diberikan tatkala dia membawakan metode pembelajaran diagnostik ala Ambon.
''Ada tiga teknik yang saya berikan ketika dipersilahkan mempresentasikan makalah saya, yakni EPR (Every People Respons), Retelling (menceritakan ulang), dan 3 Level Pertunjukan yakni Literal, Inferensial dan Kritikal,'' papar Wattimena, Jumat (25/10/2013).
Dia mengakui guru-guru dalam memberikan pembelajaran masih menggunakan metode atau model klasik dan konvensional. Padahal, metode itu sudah usang karena tak layak lagi digunakan di era komputerisasi dan era digital saat ini. ''Sekarang ini sudah pakai metode diagnostik, jadi guru seperti dokter, mendiagnosa metode pembelajaran yang ada sehingga tidak monoton di kelas. Misalnya, kadang-kadang guru hanya kasih pertanyaan, tapi tak pernah mengharapkan kritikan dari siswa, padahal, tidak begitu, harus ada terobosan khusus melalui metode diagnostik ini,'' jelasnya.
Melalui metode itu, kata Wattimena, siswa lebih aktif di kelas terutama terkait baca, tulis, dan hitung. ''Konferensi itu dilaksanakan karena minat baca siswa di Asia sangat rendah dibanding negara lain di Amerika dan Eropa. Kenapa guru SD yang diambil karena memotivasi minat baca itu harus dari pendidikan dasar. Dan metode yang saya bawakan di Bali sudah saya terapkan di SD Inpres 28 Ambon sejak lama,'' ungkapnya.
Menariknya, menurut Kepsek SD Inpres 28 Ambon Balandina Ralahalu sebenarnya stafnya itu memperoleh predikat peserta terbaik, tapi karena kurang mahir berbahasa Inggris sehingga hanya diberikan piagam penghargaan oleh panitia. Karena metode pembelajaran diagnostik itu, urai Ralahalu,
SD Inpres 28 terpilih di antara 20 sekolah di Maluku yang berhasil dalam metode pembelajaran untuk memotivasi minat baca siswa. (rony samloy)