<subtitle>Puisi di Akhir Masa Jabatan Karel Ralahalu:</subtitle> ’’MESKI HANYA SATU SAJA TENTANGKU’’ | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Puisi di Akhir Masa Jabatan Karel Ralahalu: ’’MESKI HANYA SATU SAJA TENTANGKU’’

AKU ingin membaca semua jejak tulisan tapi aku hanya menemukan sepuluh catatan dari tarian tangkai jarimu selebihnya tak kucermati apapun selain harapan semoga esok kau menuliskan tentang diriku meski hanya satu bait saja...

**********

Yang kesekian kalinya aku membuka album tapi aku hanya menemukan sepuluh senyum dari seratus tujuh puluh gambar selebihnya tak kumengerti apapun selain asa semoga esok kau melukiskan tentang ragaku meski hanya satu sketsa saja...

**********

Untuk terakhir kalinya aku melihat daftar jelajah lagi-lagi aku hanya menemukan puluhan wajah dari berbagai susunan abjad selebihnya tak kuamati apapun selain cita-cita semoga esok kau memaniskan tentang rupaku meski hanya satu saja tentangku...

**********

PADA Minggu, 15 September 2013, sejarah kembali menoreh rekam jejak seorang pemimpin sejati, abdi rakyat yang loyal, jenderal humanis dan pluralis, serta pengayom rakyat Maluku yang rendah hati. Persis di hari bersejarah itu, Brigadir Jenderal TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu akan meletakkan jabatannya sebagai Gubernur Maluku periode 2008/2013 bersama Wakil Gubernur Said Assagaff.

Sebelum itu, ketika ditandemkan dengan mendiang Muhammad Abdulah ’’Memet’’ Latuconsina, Ralahalu sukses terpilih dalam paripurna DPRD Maluku sebagai gubernur Maluku periode 2003/2008.

Atas panggilan hati dan komitmen moralnya, suami Sofie Sohilait ini dengan tangan terbuka menerima ajakan politisi gaek PDIP Maluku mendiang Jhon Jonathan Mailoa agar pulang membangun Maluku setelah beberapa saat di PT Freeport.
Artinya, lebih kurang sepuluh tahun pria Alang, Kabupaten Maluku Tengah, ini menakhodai biduk pemerintahan Maluku dalam suka dan duka.

Banyak sudah yang dia torehkan meski di tengah kencangnya angin, derasnya hujan, dan tingginya gelombang perairan kepulauan Maluku yang acapkali tak bersahabat. Namun, bersamaan dengan itu, banyak pula yang belum berhasil dia tuntaskan sebelum meletakkan jabatannya.

Karena itu, torehan akhir diharapkan terukir saat peresmian sekaligus penandatanganan prasasti gedung Gereja Maranatha (yang baru direhabilitasi), Jalan Raya Pattimura, Ambon, pada Minggu pagi.

Karya-karya agung dan populis itu sudah dia tuangkan, terutama dalam buku ’’Berkarya di Tengah Ombak’’, dan buku-bukunya yang lain. Namun, karya-karyanya yang fenomenal lebih banyak terpatri di hati rakyat Maluku.

Puisi ’’Meski hanya satu saja tentangku’’ karya Tubagus Rangga Efarasti yang diposting pada 26 Oktober 2011 itu menjadi perenungan sekaligus elegi hati Ralahalu sebelum dia turun tahta.

Sebenarnya dari lubuk hatinya yang terdalam sosok ini ingin melihat suksesi Maluku 2013/2018 berjalan jujur, elegan, bermartabat, dan demokratis. Tapi, asa itu sirna diterbangkan waktu. Hingga akhir masa jabatannya, pemilihan kepala daerah Maluku belum mencapai titik kulminasi.

Masih terjadi tarik menarik sejumlah kekuatan politik dan sandiwara para penyelenggara pemilu sehingga suksesi Maluku kali ini masih dihantui anomali dan skeptimistik masyarakat. Belum jelas kapan suksesor Ralahalu akan lahir melalui proses demokrasi yang berlangsung alamiah. Maksudnya, sesuai aturan dan cita-cita rakyat. Yang kelak ada hanya kebijakan Pemerintah Pusat melalui Menteri Dalam Negeri untuk menurunkan caretaker di Maluku. Obsesinya agar ibu kota Maluku dialihkan ke Makariki, Pulau Seram, masih menjadi wacana politik.

Masih ramai penolakan dan penyetujuan dari rakyat maupun lembaga politik. Jembatan Merah Putih yang kini dalam proses pembangunan baru akan tuntas beberapa tahun ke depan. Menara Maluku hanya terdengar manis di telinga rakyat negeri ini. Tapi, di atas ketegarannya sebagai seorang jenderal, Ralahalu tetap manusia biasa.

Ia bukan malaikat tanpa nista dan khilaf. Elegi hatinya masih menebar asa agar siapapun yang kelak memimpin Maluku tetap berlakon seorang pemimpin yang pelayan, bukan penguasa yang alergi melayani.

Dalam dekapan waktu, nama Ralahalu selalu terukir manis di kalbu rakyat Maluku. Sosok ini bukan tipe pemimpin yang ingin mencari nama, sebab namanya sudah popular dan sentuhan pelayanannya dari Kabupaten Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kepulauan Aru, Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, hingga Kabupaten Maluku Barat Daya sudah mengabadi di hati masyarakat yang selama Negara Indonesia merdeka belum pernah sekalipun dikunjungi para pemimpin berkarakter penguasa di belakang meja.
Ralahalu ibarat oase di tengah padang kegersangan duka lara rakyat Maluku yang selama lebih kurang 68 tahun kemerdekaan RI hidup getir di lorong-lorong kegelisahan dan menjerit pilu di dalam walang-walang kedinginan.
Ralahalu seperti dalam bait demi bait puisi Efarasti ingin mewujudkan adagium politik bahwa pemimpin sejati adalah seorang abdi bagi rakyatnya.

Ia melakonkan titah Raja Kertarejasa ketika mengepalai Kerajaan Majapahit yang sempat tersohor di Nusantara sekira abad ke-12 dan ke-13.

Kerendahan hati, kesahajaan, dan kasih sayang orangtua adalah bahasa cinta Ralahalu untuk menggusur habis keangkuhan dan skeptimisme rakyat atas benih-benih ketidakadilan dan aroma keterbelakangan anak negeri di tengah kelimpahan sumber daya alam Maluku.

Penguatan psikologis ditopang geliat pembangunan ekonomi dan peningkatan stabilitas sosial dan politik menjadi kekuatan Ralahalu menembus hati rakyatnya.

Ia sadar bahwa hanya dengan hati yang tulus seorang pemimpin mampu menembus kedalaman hati orang-orang yang dipimpinnya (rakyat).

Ketulusan itu yang menyebabkan banyak simpati mengalir kepada Ralahalu sebelum dia lengser keprabon dan meninggalkan Imperium Mangga Dua ke puncak Halong Atas, kediaman pribadinya. Banyak asa yang masih menggelantung. Namun, dia tak pernah menyalahkan siapa-siapa.

Impian itu hanya bisa ia tuliskan di lubuk hatinya semoga kelak rakyat Maluku selalu mengenangnya sebagai sosok yang humanis, populis, dan abdi sejati di atas menara kasih sayang. Maranatha, Tuhan akan selalu menyertai seluruh karya baktimu untuk Maluku Tanah Pusaka. (RONY SAMLOY)
Profil 4553788975187587650
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks