Hentikan Polemik Pemindahan Ibu Kota Maluku, Siamiloy: Kasih Kritik Harus Dengan Solusi
http://www.beritamalukuonline.com/2013/09/hentikan-polemik-pemindahan-ibu-kota.html
AMBON - BERITA MALUKU. Menilai beragam kritik negatif tanpa disertai solusi datang silih berganti menolak pencanangan pemindahan ibu kota Maluku dari Kota Ambon, Pulau Ambon ke Makariki, Pulau Seram, Maluku Tengah, salah satu warga Kota Ambon asal Maluku Barat Daya, Herman Siamiloy angkat bicara.
’’Sebaiknya semua pihak bisa menghentikan polemik (pemindahan ibu kota Maluku) tersebut, dan ramai-ramai mencari solusi terbaik agar persoalan ibu kota Maluku bisa terjawab dengan elegan,’’ anjur warga Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon ini kepada media ini, Senin, 2 September 2013.
Dikemukakan Siamiloy, kebanyakan para pengkritik kebijakan visioner Gubernur Karel Albert Ralahalu datang dari latar belakang kampus. Sayangnya, kritik-kritik yang disampaikan kalangan akademisi lebih banyak bermuatan politik, dan tak disertai solusi mumpuni (konsep modern yang menengahi persoalan) atau ada tawaran lokasi alternative selain Makariki.
’’Sah-sah saja mereka mengakui diri sebagai tenaga pengajar di kampus ini dan itu. Tapi, jangan lupa pencanangan Makariki itu sudah dilakukan melalui survei dan pengkajian matang dari tim ahli ITB (Institut Teknologi Bandung). Kalau kajian itu datang dari tim teknis ITB, pastinya penilaian mereka objektif, tak primordial, dan sesuai kajian ilmu pengetahuan dan teknologi serta perhitungan masa depan,’’ ujar mantan Kepala Tata Usaha Kopertis Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat itu.
Siamiloy menambahkan jika akhirnya hasil kajian tim ahli ITB tak dipercayai dan tak dihargai, berarti anggaran daerah yang digunakan Pemerintah Provinsi Maluku untuk mendatangkan mereka mubazir.
’’Kalau memang hasil kajian tim ahli (ITB) diragukan, hasil kajian mana lagi yang kita percayai dan pergunakan. Karena itu, jangan kasih komentar atau kritik hanya dari satu aspek saja. Minimal komentar itu dari berbagai pendekatan sehingga komentar itu berbobot dan memberikan pencerahan kepada masyarakat,’’ ulasnya. (bm 01)
’’Sebaiknya semua pihak bisa menghentikan polemik (pemindahan ibu kota Maluku) tersebut, dan ramai-ramai mencari solusi terbaik agar persoalan ibu kota Maluku bisa terjawab dengan elegan,’’ anjur warga Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon ini kepada media ini, Senin, 2 September 2013.
Dikemukakan Siamiloy, kebanyakan para pengkritik kebijakan visioner Gubernur Karel Albert Ralahalu datang dari latar belakang kampus. Sayangnya, kritik-kritik yang disampaikan kalangan akademisi lebih banyak bermuatan politik, dan tak disertai solusi mumpuni (konsep modern yang menengahi persoalan) atau ada tawaran lokasi alternative selain Makariki.
’’Sah-sah saja mereka mengakui diri sebagai tenaga pengajar di kampus ini dan itu. Tapi, jangan lupa pencanangan Makariki itu sudah dilakukan melalui survei dan pengkajian matang dari tim ahli ITB (Institut Teknologi Bandung). Kalau kajian itu datang dari tim teknis ITB, pastinya penilaian mereka objektif, tak primordial, dan sesuai kajian ilmu pengetahuan dan teknologi serta perhitungan masa depan,’’ ujar mantan Kepala Tata Usaha Kopertis Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat itu.
Siamiloy menambahkan jika akhirnya hasil kajian tim ahli ITB tak dipercayai dan tak dihargai, berarti anggaran daerah yang digunakan Pemerintah Provinsi Maluku untuk mendatangkan mereka mubazir.
’’Kalau memang hasil kajian tim ahli (ITB) diragukan, hasil kajian mana lagi yang kita percayai dan pergunakan. Karena itu, jangan kasih komentar atau kritik hanya dari satu aspek saja. Minimal komentar itu dari berbagai pendekatan sehingga komentar itu berbobot dan memberikan pencerahan kepada masyarakat,’’ ulasnya. (bm 01)